Mohon tunggu...
Aliah
Aliah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang guru di SMPN 278 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seuntai Harapan di Terik Matahari

6 April 2020   05:05 Diperbarui: 6 April 2020   05:35 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Boleh mah...” .

Syafa langsung bergegas ke dapur untuk mengambil mangkok dan sendok.

“ Mama sekalian beli dan Nazwa”, terdengar suara seruan suamiku dari depan.

“ Iya Pah...”   

Kuhampiri lagi suami dan bertanya” Papa mau beli berapa?”, tanya ku

“ Lima ribu aja Mah..”

Langsung Syafa bergegas menuju ke pedagang empek-empek  gerobak. Dilihatnya pedagang itu sedang duduk termenung entah apa yang pikirkan. Dilihat raut wajahnya penuh dengan kesedihan dan kegelisahan. Badanya begitu lesu dan tak bersemangat. Mungkin dia memikirkan kondisi ekonomi yang semakin lesu dan tak menentu. Syafa memperhatikan lagi belum ada seorang pun yang membeli dagangannya. Pedagang itu asyik termenung hingga tak tahu kedatangan Syafa di dekatnya.

Lalu Syafa memanggil pedagang itu.

“ Bang...beli”, kata Syafa dengan nada keras. 

Pedangan itu terhentak kaget dan tersadar dari lamunannya.

“Oh...iya, Bu”, dengan kaget dia menjawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun