Mohon tunggu...
Aliah
Aliah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang guru di SMPN 278 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Kesucianku yang Ternoda

13 Desember 2019   19:14 Diperbarui: 13 Desember 2019   19:10 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ku jalani hari-hari ku dengan kegelisahan, kecemasan, dan ketakutan. Itulah hari-hari yang ku lalui setiap hari. Hidupku bagai telur diujunng tanduk. Aku berasal dari keluarga yang berantakan ibu ku bercerai dengan ayahku semenjak aku di SMP kelas 7. 

Entahlah perpisahan mereka aku tidak tahu penyebabnya hingga`aku menjadi korban dari perceraian ayah dan ibuku. Semenjak perpisahan itu aku tinggal dengan ibu. Sedangkan ayah kembali sama keluarganya. Aku dan ibu sementara mengontrak rumah yang sederhana setiap bulannya harus bayar kontrakan 500 ribu rupiah. Ibu akhirnya bekerja sebagai kuli cuci di perumahan untuk memenuhi kebutuhan setiap harinya. 

Beberapa bulan kemudian aku mendengar ayah menikah lagi. Mendengar berita itu aku merasa sedih karena kasih sayang ayah  terbagi dengan orang lain. Semenjak ayah menikah komunikasi kami terputus. 

Ayah jarang sekali menemuiku dan menelepon ku. Sepertinya ada jurang pemisah dianatara aku dan ayah hingga sulit untuk bertemu lagi. Ibu selalu menghibur ku agar aku tidak berlarut-larut dalam kesedihan."Sudahlah Mala ini sudah kehendak Tuhan, kita manusia tidak bisa berbuat apa-apa!", kata ibu sambil memeluk dan membelai rambutku. Ibu berusaha menenangkan perasaan ku agar aku tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Ku peluk ibu erat-erat untuk menumpahkan air mata kesedihan ku. 

            Setelah satu tahun berpisah dari ayah, ibu bertemu dengan sorang laki-laki yang berstatus duda mempunyai 1 orang putri yang masih duduk di bangku SD kelas IV. Kelihatan laki-laki ini baik dan sayang sama ibu dan aku. Tak beberapa lama mereka dekat, akhirnya ibu dilamar sama laki-laki itu yang bernama Rahmat. Sebelum dilamar ibu minta persetujuan dari ku

" Mala ibu ingin bicara sama kamu, Nak!", katanya dengan nada ragu dan gelisah. 

" Ada apa bu!",sahut ku sambil menatap wajah ibu. 

Kelihatan  dari raut wajah ibu penuh dengan kegelisahan. Ku coba untuk mendekatinya sambil menatapnya penuh tanda tanya. Ibu tidak pernah seperti ini. Dengan nada bicara tersendat-sendat akhirnya ibu bicara juga. 

" Mala kamu jangan marah ya, Nak!", bicara dengan suara pelan sambil menarik napas dalam-dalam. Sambil ku perhatikantingkah dan raut

 wajah ibu yang begitu tegang. " Mala sudah mengenal pak Rahmat dengan baik". 

" Tadi pagi dia datang dan mengutarakan niatnya untuk melamar ibu, Gimana menurut  Mala?", tanya ibu dengan gelisah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun