Aku bisa mencintaimu tanpa harus memilikimu. Aku bisa merelakan mu, tanpa harus berhenti mengingatmu.
Aku sempat tertawa sendiri. Andai aku benar-benar tenggelam karena galau, mungkin besok koran akan menulis: "Seorang wanita patah hati ditemukan mengambang, mirip cendol tanpa es batu." Tragis sekaligus konyol. Kau pasti tergelak membacanya.
Tapi setelah renang itu, aku mengerti.
Melepaskan bukan berarti aku kalah. Melepaskan justru cara paling jujur untuk mencintai dengan bermartabat. Karena memaksa sesuatu yang tak ditakdirkan hanyalah bentuk cinta yang egois.
Seno, aku menulis ini bukan untukmu. Surat ini takkan pernah kukirim. Aku menulis untukku sendiri, supaya aku ingat bahwa aku pernah mencintai begitu keras, dan pernah belajar melepaskan meski rasanya seperti mati perlahan.
Dan jika suatu hari nanti aku mampu tersenyum tanpa lagi menyebut namamu dalam hati, aku ingin mengenangnya begini:
Bahwa ada seseorang bernama Seno yang pernah mengajariku arti pasrah. Bahwa cinta, seindah apapun rasanya, tetap harus tunduk pada ruang hidup yang nyata.
--- Nadira
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI