Mohon tunggu...
Ade Surya Akbar
Ade Surya Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sumatera Utara

Saya merupakan mahasiswa yang sangat hobi sekali fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pecahan Meriam Puntung dan Kisah Putri Hijau di Desa Sukanalu, Warisan Kerajaan yang Tersembunyi di Tanah Karo!

19 Mei 2025   23:11 Diperbarui: 19 Mei 2025   23:11 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Di Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo, terdapat sebuah situs cagar budaya yang menyimpan peninggalan bersejarah dan legenda yang melegenda, yaitu pecahan Meriam Puntung. Meriam ini bukan sekadar artefak biasa, melainkan saksi bisu dari kisah perjuangan dan tragedi Putri Hijau, tokoh legendaris yang dikenal dalam sejarah dan budaya masyarakat Karo dan Melayu di Sumatera Utara.

Legenda Putri Hijau dan Meriam Puntung

Cerita tentang Meriam Puntung berakar dari kisah Putri Hijau, seorang putri kerajaan Haru yang menolak pinangan Sultan Aceh, Sultan Iskandar Muda, pada awal abad ke-17. Penolakan ini memicu peperangan hebat antara Kerajaan Haru dan Kerajaan Aceh pada tahun 1612. Dalam peperangan tersebut, saudara Putri Hijau, Mambang Khayali, yang memiliki kekuatan magis, berubah menjadi sebuah meriam yang dikenal sebagai Meriam Puntung untuk melindungi kerabatnya dari serangan pasukan Aceh. Namun, karena terus-menerus menembakkan peluru, meriam tersebut menjadi panas dan akhirnya pecah menjadi dua bagian.

Salah satu pecahan meriam tersebut kemudian terbang jauh dan jatuh di Desa Sukanalu, Kabupaten Karo, sementara bagian lainnya disimpan di halaman Istana Maimun, Medan. Pecahan yang berada di Sukanalu ini kini menjadi situs cagar budaya yang harus dilestarikan sebagai bukti sejarah dan identitas budaya masyarakat setempat.

Situs Cagar Budaya Meriam Puntung di Desa Sukanalu

Situs Meriam Puntung di Desa Sukanalu merupakan warisan leluhur yang berusia lebih dari 200 tahun. Lokasinya berada di tengah desa, dikelilingi oleh pepohonan besar yang menambah kesan mistis dan sakral. Meriam puntung yang ada di sini disimpan dalam sebuah tempat yang dikelilingi jerjak besi sebagai bentuk perlindungan dari kerusakan dan pencurian. Meskipun sudah pecah, situs ini tetap menarik perhatian banyak pengunjung, tidak hanya dari Kabupaten Karo, tetapi juga dari Aceh, Pekanbaru, dan Medan yang datang untuk berziarah dan berdoa.

Menurut para juru kunci dan masyarakat setempat, pecahan meriam ini memiliki nilai budaya dan spiritual yang tinggi. Mereka percaya bahwa meriam ini menyimpan kekuatan magis dan menjadi simbol perjuangan serta pengorbanan Putri Hijau dan keluarganya. Oleh karena itu, situs ini dijaga dengan penuh rasa hormat dan sering menjadi tempat peziarahan bagi masyarakat yang ingin memohon berkah atau mengingat sejarah leluhur mereka.

Nilai Sejarah dan Budaya

Meriam Puntung bukan hanya sekadar peninggalan fisik, tetapi juga menyimpan makna mendalam tentang nilai kehidupan, adat istiadat, dan identitas suku Karo yang diwariskan secara turun-temurun. Cerita Putri Hijau dan Meriam Puntung menjadi bagian dari kekayaan budaya yang mengajarkan keberanian, pengorbanan, dan kekuatan batin masyarakat Karo. Situs ini juga menunjukkan adanya hubungan historis dan kultural antara suku Melayu dan suku Karo, meskipun versi cerita yang berkembang memiliki variasi berbeda.

Upaya Pelestarian dan Tantangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun