Tami merasa ingin berada di tempat lain, tidak di hadapan cowok yang sangat menyebalkan ini, tetapi ia terkesima pada caranya menuturkan jawaban.
Rindu dan cemburu itu sama-sama cinta. Baik takar rindu maupun cemburu tidak boleh berlebihan. Secukupnya saja. Lebih sedikit saja dari semestinya, hati bisa terluka.Â
Pertemuan ketiga juga terjadi tanpa disengaja. Masih di kafe yang sama. Remba duduk di meja yang sama, menghadap ke jendela, menekuri novel, dan acuh tak acuh pada suasana sekitar.
Tami duduk di kursi di depan Remba, membelakangi jendela, dan tidak berkata apa-apa hingga Remba menutup novel yang ia baca.
"Tiga pertanyaan lagi?"
Tami menggeleng. "Kamu suka meja ini?"
Remba menggeleng. "Sering duduk di sini bukan berarti suka pada meja ini."
"Aneh!"
"Sering dan suka itu berbeda, Neng," tutur Remba pelan. "Mahasiswa yang sering telat masuk kuliah bukan berarti suka terlambat."
Tari melongo. "Hmmm...."
Tami mengernyit.