Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Belgia Calon Juara Baru di Rusia

9 Juli 2018   07:31 Diperbarui: 10 Juli 2018   12:20 1291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami tampil seperti harimau dan bermain sangat baik.

~ Eden Hazard, Kapten Timnas Belgia

Tidak. Kalimat itu tidak diucapkan Hazard, gelandang Iblis Merah--julukan timnas Belgia, seusai Belgia mengirim Tim Samurai Biru kembali ke Jepang. Kalimat itu bukan pula dituturkan oleh pemain andalan Chelsea itu tatkala Belgia memulangkan Tim Samba ke Brasil. 

Kalimat itu dinyatakan Hazard pada Senin, 15/8/2016, setelah Chelsea mengalahkan West Ham United dengan skor 2-1 di Stadion Stamford Bridge.

Meski begitu, pernyatan heroik itu layak disematkan pada timnas Belgia. Pada laga perdelapan final yang digelar di Rostov Arena, Selasa (3/7/2018), The Red Devils menaklukkan Jepang dengan skor 3-2. Tontonan apik disuguhkan anak asuh Roberto Martinez. Sempat tertinggal dua gol pada babak kedua, berbalik unggul 3-2 pada menit tambahan. 


Hazard benar. Iblis Merah tampil seperti harimau dan menang secara dramatis.

Suguhan memukau kembali dipertontonkan Rode Duivels pada laga perempat final, Sabtu (7/7/2018), di Kazan Arena. Juara Dunia lima kali, Brasil, mereka kalahkan dengan skor 2-1. Perubahan strategi dengan mendorong Kevin de Bruyne lebih maju membuahkan hasil. Empat gelandang yang dipasang sejak sepak mula tampil gemilang dalam melumpuhkan lini tengah Brasil. Keseimbangan antara menyerang dan bertahan terjaga hingga wasit meniup panjang peluit.

Bersama Kroasia, Belgia selalu menang sejak babak penyisihan grup. Akan tetapi, Belgia lebih unggul karena lima kemenangan hingga babak perempat final tidak pernah diraih lewat tos-tosan alias adu penalti.

Tepatlah pernyataan Hazard. Tim Iblis Merah seperti harimau yang terus mengaum. 

***

Foto: FIFA/Getty Images
Foto: FIFA/Getty Images
Reinkarnasi Skuat 1986 dalam Skuat 2018

Kami bermain baik sepanjang turnamen hingga semifinal, tetapi kami dihentikan oleh satu pemain (Maradona) yang tampil sangat baik.

~ Jan Ceulemans, Kapten Timnas Belgia 1983-1991 

Jangankan Youri Tielemans (21 tahun), gelandang Belgia, Hazard (27) pun belum lahir kala Diables Rouges melangkah ke babak semifinal Piala Dunia 1986 di Meksiko. Bahkan Vincent Kompany (32), pemain tertua dalam skuat Belgia, belum cukup dua bulan ketika Belgia ditundukkan Meksiko pada laga pertama , 3 Juni 1986, di Stadion Azteca Meksiko.

Pada Piala Dunia 1986, gawang Iblis Merah dikawal oleh Jean Marie-Pfaff. Kiper Bayern Muenchen itu tampil gemilang dan terpilih dalam Sebelas Terbaik Piala Dunia 1986. Ia juga didaulat sebagai salah satu kiper dalam 100 Pemain Terbaik Sepanjang Masa pilihan Pele. Sekarang Belgia punya Courtois (Chelsea). Andai kata Courtois cedera atau terkena kartu merah, Simon Mignolet (Liverpool) adalah kiper pengganti yang setara.

Foto: FIFA/Getty Images
Foto: FIFA/Getty Images
Lini pertahanan Belgia pada Piala Dunia 1986 dikawal oleh Eric Gerets. Pemain PSV Eindhoven itu seorang bek yang tidak kenal kompromi. Julukannya mentereng, Singa Flander's. Sosok tangguh itu kini menitis pada Kompany, Vertonghen, dan Alderweireld. Bahkan Kompany dan Gerets sama-sama berusia 32 tahun saat ikut Piala Dunia. Kompany pada Piala Dunia 2018, Gerets pada 1986.

Gelandang Belgia yang cukup bersinar pada Piala Dunia 1986 adalah Franky Vercauteren. Sayap kiri lincah ini dijuluki Si Pangeran Kecil karena sihirnya setiap menggiring bola. Ia tidak tergantikan dalam enam laga dan mencetak sebiji gol. Sekarang Belgia punya de Bruyne. Gelandang yang berkarier di Manchester City itu sudah mencetak sebiji gol, persis Vercauteren. Gocekannya maut, umpannya akurat.

Kapten tim, Jan Ceulemans, ditahbiskan sebagai gelandang dengan teknik olah bola tingkat tinggi. Selain unggul dalam duel bola udara, ia juga piawai merobek jala lawan. Ia mencetak tiga gol sepanjang turnamen. Maka, ia diganjar sebagai Sebelas Terbaik Piala Dunia 1986. Kini, Ceulemans menitis pada Sang Kapiten Iblis Merah yang baru. Hazard sudah mencetak dua gol dan masih berpotensi menambah pundi-pundi golnya.

Foto: FIFA/Getty Images
Foto: FIFA/Getty Images
Bagaimana dengan Enzo Scifo, si belia yang saat itu baru berusia 20 tahun, yang terpilih sebagai Pemain Muda Terbaik? Tentu saja Lukaku, 25 tahun, layak disebut sebagai titisan Scifo, walaupun gaya mereka jauh berbeda. Lukaku sudah mencetak empat gol hingga perempat final. Masing-masing dua gol dengan kaki kiri, satu gol dari kaki kanan, dan satu gol lewat sundulan. 

Hebatnya lagi, belum sebiji gol pun yang dicetak oleh pemain Manchester United itu dari titik penalti. Lukaku juga cocok ditahbiskan sebagai titisan Nico Claesen yang mencetak tiga gol dalam enam laga pada Piala Dunia 1986.

Kiprah Ceulemans dan kolega pada Piala Dunia 1986 harus terhenti di babak semifinal. Iblis Merah kalah 0-2 dari Tim Tango. Walaupun kalah, mereka bermain apik laksana harimau. Maklum saja, saat itu Argentina dipimpin oleh Si Penyihir Maradona. Legenda Albiceleste--julukan Argentina--yang menceploskan dua gol ke gawang Pfaff.

Itulah satu-satunya warisan sejarah yang tidak boleh ditiru oleh Hazard dkk. Iblis Merah harus melangkah lebih jauh. Sekaranglah masa yang pas untuk mengukir sejarah. Jangan berhenti di semifinal, sekalian masuk final dan juara. Sekali basah, mandi sekalian!

***

Pelatih dan Staf Pelatih yang Berani

Henry ingin kami berada di permainan terbaik kami. Dia selalu mencoba membantu kami memenangi pertandingan.

~ Kevin de Bruyne, Gelandang Timnas Belgia 

Generasi Emas Perdana besutan Guy Thys melangkah hingga semifinal dan tunduk di hadapan Argentina. Pada laga perebutan kursi ketiga, Iblis Merah menyerah 2-4 di hadapan Prancis, calon lawan di babak semifinal Piala Dunia 2018. Tahun ini, Roberto Martinez membawa Generasi Emas Kedua ke Rusia. Kekalahan dari Prancis yang terjadi 32 tahun silam mau tidak mau harus bisa ditebus.

Jika berhasil mencapai final di Piala Dunia 2018 ini, Martinez akan tercatat dalam sejarah perjalanan Rote Teufel di Piala Dunia. Belgia belum pernah mencicipi atmosfer laga puncak. Perolehan terbaik mereka sejauh ini adalah babak semifinal. Selama 12 kali berpartisipasi di Piala Dunia, Belgia sudah enam kali kandas di babak pertama dan empat kali macet total di babak kedua. Capaian perempat final terakhir diraih pada Piala Dunia 2014.

Foto: FIFA/Getty Images
Foto: FIFA/Getty Images
Para penggawa Iblis Merah kini berada di tangan pengasuh yang tepat. Martinez termasuk pelatih bertangan besi, berkuping kuali, dan berkepala baja. Cibiran akibat tidak membawa Radja Nainggolan dan Christian Benteke ia abaikan. Tidak apa-apa. Sejauh ini pilihan Martinez terbukti ampuh. 

Selain itu, ia bukan tipe pelatih yang kaku dalam meramu taktik dan strategi. Sebelas starter dapat berubah sesuai lawan yang dihadapi. Kasus starter di perempat final merupakan bukti kecermatan dan kelenturan taktiknya. Chadli, pelanggan bangku cadangan, diturunkan sebagai starter pada laga melawan Brasil.

Dua tahun lalu, 2016, Martinez diusir dari kursi pelatih Everton. Pemecatan itu malah jadi berkah baginya. Jikalau adangan Prancis dapat dilewati dengan kemenangan, Inggris atau Kroasia bukan lawan yang asing baginya. Ia pasti hafal sisik-melik Tim Tiga Singa. Bahkan, 12 pemain yang dibawa ke Rusia berkiprah di Liga Inggris. Tidak heran jika Inggris tersungkur dengan skor 1-0 pada babak penyisihan grup.

Jangan lupa Thierry Henry. Tangan kanan Martinez itu membela Prancis sebanyak 123 laga dan mencetak 51 gol. Uniknya, ia kini berada di pihak Belgia. Ia akan berseteru dengan Didier Deschamps, mantan rekannya di timnas Prancis. Selaku asisten pelatih Belgia, ia akan melawan negaranya saat semifinal Piala Dunia 2018. Pada laga yang akan digelar di Stadion St. Petersburg, Rabu (11/7/2018) dinihari, ia berpotensi dituding pengkhianat oleh suporter Les Bleus. Tentu saja kalau asuhan Deschamps kalah.

Andaikan Belgia menang di semifinal dan Inggris juga mampu mengalahkan Kroasia, peluang Iblis Merah mengangkat tropi pertama semakin besar. Dengan catatan, seperti kata Hazard, Belgia harus tampil seperti harimau.

***

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Moga-moga Lahir Juara Baru

Anda harus memenangi seluruh laga apabila ingin mengangkat piala.

~ Eden Hazard, Kapten Timnas Belgia

Pasukan Iblis Merah memang tidak asing dengan skuat Tim Tiga Singa. Namun, Prancis mesti lebih dulu ditaklukkan. Torehan 24 laga tanpa kekalahan selama diasuh Martinez jangan sampai terhenti di babak semifinal. Kendatipun menang melawan Prancis, ada kemungkinan Kroasia yang melaju ke final. Apabila skenario itu yang terjadi, duel Belgia-Kroasia akan menjadi final bal-balan yang sangat puitik. Ujung nama kedua negara itu punya rima.

Akan tetapi, sekali lagi, jangan sampai torehan elok itu tercoreng karena kalah melawan Prancis. 

Lagi pula, Generasi Emas Kedua memiliki kedalaman skuat yang merata. Dari penyerang, gelandang, bek, hingga penjaga gawang. 

Menilik perjalanan Belgia hingga perempat final, maka starter ideal yang tepat diturunkan saat menjamu Prancis adalah skuat yang mengalahkan Brasil. Courtois sebagai kiper. Tiga bek berdiri kukuh di depannya, yakni Alderweireld, Kompany, dan Vertonghen. Lapangan tengah ditempati oleh Meunier, Fellaini, Witsel, dan Chadli. Adapun tiga penyerang dihuni oleh de Bruyne, Lukaku, dan Hazard. Polanya pun tidak perlu diubah, tetap 3-4-3 saja.

Meski demikian, kuasa strategi ada di genggaman Martinez.

Sepak bola memang bukan sekadar urusan tendang-menendang bola. Patriotisme dan nasionalisme terkandung padanya. Ketangguhan jiwa dan kekuatan raga niscaya padanya. Hazard dkk. sudah waktunya memilih: menang atau kalah. Menang berarti melapangkan jalan menuju final, kalah berarti gagal menorehkan sejarah baru bagi Belgia.

Jalan tawa dan jalan duka sudah terbuka. Tinggal memilih jalan mana yang akan ditempuh. Tentu saja jalan tawa menjanjikan bahagia sebagai akhir tualang, sedangkan jalan duka mengajukan nestapa sebagai ujung kembara.

Saya berharap Iblis Merah menjadi Juara Baru di Rusia. Bosan rasanya melihat yang juara belum juga bertambah. Itu lagi, itu lagi. Prancis sudah pernah, Inggris juga. Masing-masing sekali. Ya, kita lihat saja nanti. Pendek kata, apa pun yang terjadi, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda. Syaratnya adalah tetap tampil seperti harimau, meraung umpama serigala, menyepak bagai kuda, dan menyerang seperti elang.

Supaya berdiri di podium menerima gelar juara, Iblis Merah harus tampil melebihi harimau. [kp]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun