Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menjenguk Masa Kecil dan Keluarganya yang Tengah Buka Bersama

19 Mei 2018   20:30 Diperbarui: 26 Mei 2019   14:24 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Kebetulan aku baru saja menamatkan buku tentang Abu Nawas.

Tatkala matahari setinggi galah, kira-kira pukul delapan, aku ke masjid dan bang dengan suara lantang. Aku tiru gaya Abu Nawas yang kecewa karena jamaah Subuh sangat sepi, beda dengan Magrib atau Isya. Suara lantangku berhasil memacu langkah-langkah orang ke masjid. Mula-mula Saleh, kakakku, melongok di pintu masjid. Lalu Yasin, sepupuku. Lalu tambah banyak. Lalu muncullah Om Syarif, paman yang disegani orang sekampung.

"Kenapa bang jam sebegini?" tanya Om Sewang, adik Om Syarif, sambil tertawa.

Aku melenggang ke halaman masjid dengan mimik serius. "Tadi Subuh aku azan, yang datang tidak seberapa. Padahal itu waktu azan yang benar. Waktu salat Subuh juga. Sekarang aku azan dan waktunya salah, kalian malah datang. Kita memang sering lebih tertarik mencari kesalahan daripada kebenaran."

Sejak itu jamaah Subuh mulai ramai. Seminggu setelahnya susut lagi. 

Namun, aku ingat satu peristiwa besar yang terekam di benakku hingga sekarang. Kakek Silang, saudara nenekku, mengusap kepalaku dan mencium ubun-ubunku. Beliau berbisik, "Kamu cerdas, Nak, tetapi jangan main-main soal azan."

Ingatanku kembali ke sore ini. Masih hujan. Dua jam lebih bercengkerama dengan Masa Kecil dan Masa Remaja. Waktu melaju tanpa terasa. Dari masjid di tengah perumahan berkumandang azan. Masa Kecil dan Masa Remaja segera menyeruput teh manis. Tak ada penganan khas Makassar. 

Yang ada hanya kenangan menenangkan.

"Selamat berbuka puasa," kataku kepada mereka. 

Kamu belum juga datang. Moga-moga kamu berbuka puasa bukan bersama kenangan Masa Kecil dan Masa Remaja.

Kandangrindu, 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun