Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menjenguk Masa Kecil dan Keluarganya yang Tengah Buka Bersama

19 Mei 2018   20:30 Diperbarui: 26 Mei 2019   14:24 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Aku tersenyum. Sejak kecil aku memang banyak minum. Orang lain delapan gelas, aku bisa sebelas gelas. Orang-orang menggelariku Si Botak Manusia Ikan. Gelar manusia ikan kuraih gara-gara kebiasaan minum, sedangkan si botak karena rambutku sempat rontok akibat sakit parah semasa berusia empat-lima tahun. Sakit apa? Yang kuingat cuma demam, muntah darah, dan lemas tiba-tiba.

Biasanya tengah malam buta aku terbangun dan buru-buru ke belakang, lalu pipis di jendela. Rumah panggungku memang tak punya kakus. Hanya ada satu tempat seukuran satu kali satu meter dengan sebuah gumbang dan beberapa ember berisi air. Lantainya dari kayu lontar. Licin. Mata berat dan cemas terpeleset membuatku selalu memilih jendela.

"Ketika air kencing memancur ke kebun di belakang rumah," timpal Masa Kecil, "ibu terbangun."

Aku terkesima. Rumah panggung dengan lantai dari bilah-bilah bambu yang dihaluskan dan dipasang tengkurap menari-nari di mataku.

"Air kencing itu mengenai daun pisang dan risiknya terdengar nyaring," tambah Masa Kecil.

Ibu tidak pernah marah meskipun aku tidak pipis di jamban. Alih-alih menggerutu, beliau bawakan segayung air untukku. Ibu juga tidak pernah marah kalau aku menolak pisang goreng yang riwayatnya berasal dari rumpun pisang yang sering kukencingi. Tiap mengunyah pisang goreng itu serasa menenggak kencing sendiri.

Masa Remaja masam-mesem. "Setelah itu?"

"Kembali ke tikar daun lontar dan tidur lagi," jawab Masa Kecil.

Mataku memampang gambar buram. Ibu menghangatkan sayur dan menggoreng ikan, aku menggelung di belakangnya di atas tikar yang kuseret dari ruang tengah. Ibu memasak sambil bercerita tentang dongeng lompo golok, aku tidur sambil mendengkur.

"Tetapi aku lebih sering mengingat saat-saat berbuka puasa di masjid," ujar Masa Remaja sambil mengibaskan rambut. 

Mata Masa Kecil berbinar-binar. "Ya, banyak makanan enak!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun