Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sekilas Tentang Kenaian Lo'okeu

6 Maret 2014   03:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:12 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pohon-pohon cemara tumbuh subur di sekitar mota Merak-Lookeu. Penggunaan kayu dari pohon-pohon cemara untuk membentuk bangunan Lo'o telah menyebabkan orang menyebut wilayah ini sebagai Lo'okeu. (Foto: Dokpri)

Kita dapat mengetahui tentang Kenaian Lo'okeu berdasarkan fakta-fakta pembangunan Situs-Situs dan telaah atas sistem administrasi wilayah swapraja Belu, sebelum dan masa awal kabupaten Belu pada tahun 1958. Pembangunan Situs-Situs ritual adat yang menyebar pada beberapa titik lokasi di daerah Lo'okeu telah memberikan kepada kita bukti cukup menyakinkan bahwa di tempat-tempat di mana dibangun bangunan Situs merupakan bukti adanya aktivitas ekonomi adat, pembauran dan tempat berkumpulnya masyarakat Lo'okeu dalam konsentrasi besar yang secara tidak langsung ikut serta membentuk tatanan sosial dan struktur-strukturnya sebagai kerajaan tradisional, kemudian kerajaan yang bercorak pengaruh kolonial dan berlangsung sedikit setelah kemerdekaan RI melalui pembentukkan Kenaian Lo'okeu sebelum munculnya sistem pemerintahan desa-lama Lookeu.

Kata Lo'okeu terdiri dari 2 kata dari bahasa Tetun-terik yakni Lo'o yang berarti rumah atau tempat peristirahatan di kebun dan keu dari kata ai kakeu yang berarti pohon cemara. Jadi kata Lo'okeu merupakan sebuah kata bahasa tetum-terik yang berarti tempat peristirahatan di kebun yang terbuat dari kayu pohon cemara. Secara realistis, pohon cemara merupakan pohon yang bertumbuh subur di daerah Lo'okeu dengan batang-batang yang kukuh dan dedaunannya yang rimbun. Penggunaan kayu cemara untuk membangun Lo'o telah ikut menyebabkan daerah ini dinamakan Lo'okeu.

Topografi wilayah Kenaian ini berbukti-bukit dengan sudut kemiringan yang cukup besar, sehingga mendatangkan kesulitan tersendiri untuk bertemu dengan para warga Lookeu. Itulah sebabnya para peneliti, para petugas pemerintah Belanda dan para misionaris kesulitan melakukan konjungan dan kontak secara teratur dengan penduduk Lo'okeu dan para pemimpin pribuminya. Dalam arsip-arsip Belanda seperti KITLV dan Tidjstchriften.kb.nl tidak ditemukan dokumen tertulis yang cukup mendetail tentang kerajaan ini demikianpun dokumen Kolonialverslag.

Sebagai akibat dari kekurangan sumber tertulis tentang kerajaan ini dapat menimbulkan penafsiran bahwa wilayah kerajaan Lookeu dengan Situs-Situsnya dalam jangka waktu lama mengalami masa khaos, salah satunya akibat perilaku magis yang muncul oleh para pemimpin suku tradisional di bawah raja. Perilaku menggunakan daya magis melalui ritual-ritual aikakaluk, dll pada Situs-situs kerajaan Lo'okeu telah menyebabkan adanya khaos sebab daya magis masyarakat bisa jadi akan memunculkan kelesuan dalam membentuk tatanan organisasi masyarakat yang rapih dengan struktur-strukturnya.

Jadi secara realistis keberadaan kerajaan ini dinilai cukup eksis di Belu. Dua berita yang dapat membuat kita yakin akan adanya Kerajaan Lo'okeu ialah yang pertama berita dari penguasa Federasi Fehalaran (Federasi Tasifeto) yang menyebutkan bahwa Kenaian Lo'okeu merupakan sebuah kerajaan kecil dan menjadi bagian dari kerajaan besar Belu Tasifetoh yang pada tahun 1916-1924 pernah berdiri di Belu.

Kerajaan Belu Tasifeto sendiri meliputi Lamaknen dan wilayah Tasifeto sekarang ini (Bdk. Nota van Toechlichting betrefende het Landschaft Beloe, 1926, hal. 44, seperti dikutip I Ketut Ardhana dalam Buku Penataan Nusa Tenggara Pada Masa Kolonial 1915-1950, pada catatan kaki, hal.101). Berita yang kedua ialah adanya pembentukan Kenaian Lo'okeu sebelum tahun 1980. Kenaian Lo'okeu merupakan bentuk pemerintahan lama yang berdiri di atas bekas kerajaan tempo doeloe. Sistem pemerintahan Kenaian merupakan bentukan pemerintah Belu sebelum berubah dari bentuk pemerintahan kenaian menjadi desa-lama.

Pada masa awal kemerdekaan dan awal pemerintahan kabupaten Belu telah dibentuk sistem pemerintahan Kenaian Lookeu. Kenaian berasal dari kata dasar Nai yang artinya raja. Kenaian dapat disamakan dengan kerajaan dengan Nai atau raja sebagai kepala pemerintahan yang berdiri di atas warisan kerajaan model bentukan pemerintahan Belanda berdasarkan Piagam Perjanjian Korte Verklaring.

Pembentukan Kenaian Lookeu dalam administrasi Belu merupakan bukti paling akurat untuk menyebut dan mengakui adanya Kerajaan/Kenaian Lo'okeu. Itu berarti pembentukan Kenaian Lookeu ikut serta membentuk struktur-struktur pemimpin, dengan pemimpin tertinggi bergelar Nai lalu menyusul sekretaris, vetor, temukung besar, temukung kecil, fukun, pemimpin suku-suku dan rakyat jelata.

Situs Kerajaan Lookeu di Fatumea yang kita bahas sekarang ini secara geografis masuk wilayah Fatumea-Timorleste. Kenaian Lo'okeu merupakan kenaian yang sebagian wilayahnya kini menjadi bagian Timorleste, sebagian besar wilayah masuk Indonesia. Kerajaan Lo'okeu secara geografis berbatasan dengan beberapa kerajaan yakni kerajaan Dafala. kerajaan Fatumea, kerajaan Dakolo, Lanken, Tamiru-Ailala. Takafaij dan Fehalaran. Dewasa ini kerajaan Dafala, kerajaan Lookeu dan kerajaan Fehalaran merupakan bagian wilayah Indonesia sedangkan kerajaan Fatumea, Dakolo, Lanken, Tamiru-Ailala dan Takafaij merupakan wilayah kerajaan bentukkan Portugis (sekarang Timorleste).

Meskipun sekarang ini secara administratif, sistem pemerintahan kerajaan tidak berlaku lagi namun kita tetap yakin bahwa pendirian NKRI dibangun dari warisan-warisan masa pemerintahan kolonial Belanda. Dengan keyakinan demikianlah maka saya berjuang keras bahkan harus melawan medan yang curam, berbatu-batu bahkan hingga menembus wilayah Timorleste hanya untuk meliput dan menyaksikan ritual adat Kerajaan Lo'okeu di Situs bersejarah kerajaan Lo'okeu di Fatumea. Di sana saya tinggal selama semalam dan berhasil mengambil gambar-gambar yang penting tentang aktivitas adat warga Lo'okeu di Situs-Situs mereka. Semoga artikel-artikel ini ikut memberikan sumbangan demi pengembangan ilmu antropologi-budaya tetum dan teristimewa usaha pembukaan daerah-daerah yang sulit dijangkau komunikasi demi kepentingan pembangunan daerah menuju kemajuan..

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun