Mohon tunggu...
Gusti Ayu Komang Diva Triani
Gusti Ayu Komang Diva Triani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Agama Hindu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Panca Sradha sebagai Dasar Kepercayaan Umat Hindu

13 September 2023   13:18 Diperbarui: 13 September 2023   13:52 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://planetware.com

Agama Hindu mencakup berbagai aliran seperti Saiwa, Waisnawa, dan Sakta, serta memiliki konsep yang luas tentang hukum dan aturan untuk "moralitas sehari-hari" yang didasarkan pada karma, darma, dan norma sosial. Umat Hindu  menyebut agamanya sendiri sebagai Sanatana Dharma, yakni yang berarti ajaran abadi atau jalan abadi yang melebihi asal-usul manusia itu sendiri. Pernahkah Anda memikirkan dari mana asal mula kata "Manusia" itu? Di dalam keyakinan agama Abrahamik (Kristen, Yahudi, dan Islam), kita mengenal nama "Adam" sebagai manusia pertama di dunia, dan juga "Hawa/Eva" sebagai wanita pertama di bumi. Namun, dalam ajaran agama Hindu, manusia pertama dikenal dengan sebutan "Manu".

Menurut kepercayaan Hindu, Manu Swayambu merupakan sosok manusia pertama yang diturunkan ke bumi. Sementara, pasangan Manu Swayambu yakni Satarupa merupakan Wanita pertama di dunia. Diturunkannya Manu ke dunia, yakni untuk ditugaskan mengamati dunia ini dan menyusun aturan-aturan yang akan digunakan oleh umat manusia nantinya untuk hidup di bumi ini. Kata "Manu" berarti manusia yang pertama, maka dalam Bahasa Sanskerta istilah ini menjadi asal usul adanya kata "Manusya," yang artinya keturunan manu. Kata "Manusya" ini kemudian diserap ke dalam Bahasa Indonesia menjadi kata "Manusia". Tidak hanya dalam Bahasa Sanskerta dan Bahasa Indonesia, bahasa-bahasa lain termasuk Bahasa Inggris juga memiliki asal-usul kata "Man" yang mana kata itu diambil dari kata "Manu". Selain itu, bangsa-bangsa di Jerman meyakini bahwa leluhur pertama mereka disebut "Mannus." Hal ini dianggap ada hubungannya antara India kuno dan Eropa kuno dalam hal kultural-religi.

Manu diturunkan ke dunia oleh Dewa Surya setelah ia mengajarkan Manu banyak hal tentang kitab suci agama Hindu yaitu Weda. Kemudian, Manu diberi tugas untuk merangkum dan menuliskan sebuah kitab yang saat ini dikenal dengan sebutan Manu Smerti yang menjadi panduan bagi manusia untuk hidup di dunia. Kitab Manu Smerti itu kemudian diajarkan kepada Iksavaku, anak Manu. Walaupun demikian, Manu Smerti merupakan kitab yang ditulis oleh manusia, sehingga kitab ini tidak menjadi kitab suci agama Hindu. Berbeda halnya dengan Weda yang yang dijadikan sebagai kitab suci agama Hindu karna di dalamnya berisi wahyu-wahyu dari Brahman atau Sang Hyang Widhi Wasa.

Bagi umat Hindu, dalam ruang lingkup kehidupannya menggunakan ajaran agama Hindu sebagai sumber tuntunan dan pegangan hidup untuk mencapai kebahagiaan secara jasmani dan rohani. Di samping itu, agama Hindu secara realitas merupakan pandangan dan falsafah hidup umat manusia, khususnya umat Hindu. Kepercayaan umat Hindu terhadap ajaran agama senantiasa melandasi kehidupannya dalam setiap langkahnya. Hal ini sesuai dengan arti agama dalam jiwa kerohaniannya, bahwa agama bagi agama Hindu adalah dharma dan kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan kehidupan manusia (Parisada Hindu Dharma. 1978:13). Sehingga umat Hindu sangat berpegang teguh pada dasar keyakinan dalam menjalankan agamanya.

Sebagai salah satu kerangka dasar agama Hindu, Tattwa mencakup lima dasar kepercayaan yang dikenal dengan sebutan Panca Sradha. Secara etimologi, Panca Sradha terdiri dari kata Panca dan Sradha, yang mana Panca artinya lima dan Sradha artinya keyakinan atau kepercayaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Panca Sradha artinya lima dasar keyakinan atau kepercayaan. Berikut ini adalah bagian-bagian dari Panca Sradha, yaitu:


1. Percaya akan adanya Brahman

Umat Hindu meyakini bahwa Tuhan sesungguhnya hanya satu atau tunggal yang kemudian disebut dengan Brahman. Sebagaimana disebutkan dalam Kitab Yayur Weda XVII.27, yaitu "Yo Devanam Namadha Eka Eva" yang artinya "Ia adalah satu dan Ia disebut dengan banyak nama". Pernyataan ini, dapat kita simpulkan bahwa umat Hindu bukanlah penganut Politheisme, melainkan mengakui dengan adanya satu tuhan.

2. Percaya akan adanya Atma

Hidupnya hidup disebut dengan Atma, yaitu percikan-percikan dari Brahman atau Parama Atma yang berada dalam setiap makhluk hidup. Atma akan menjiwai dan memberikan kehidupan pada setiap tubuh makhluk hidup. Apabila Atma meninggalkan suatu badan makhluk hidup, maka makhluk hidup tersebut akan mati. Bila hal ini terjadi, maka Atma akan pergi menyatu dengan asalnya yaitu Parama Atma atau masuk kembali pada tubuh manusia ataupun tubuh makhluk hidup lainnya dalam reinkarnasi (Punarbhawa) berikutnya. Sementara, Atma yang ada pada hewan disebut Janggama, dan Atma yang berada pada tumbuh-tumbuhan disebut Sthawara.

3. Percaya akan adanya Karma Phala

Istilah "Karma" berarti perilaku atau perbuatan, sementara "Phala" berarti hasil yang didapat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Karma Phala adalah hasil yang didapatkan dari perbuatan yang telah dilakukan. Secara sederhana, umat Hindu sangat meyakini adanya prinsip sebab dan akibat yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Adapun Karma Phala itu sendiri dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

  • Sancita Karma Phala, yaitu hasil dari perbuatan dalam kehidupan terdahulu yang belum habis diterima, sehingga masih mempengaruhi kehidupan yang sekarang.
  • Prarabda Karma Phala yaitu hasil dari perbuatan pada kehidupan sekarang yang bisa  langsung diterima.
  • Kriyamana Karma Phala adalah hasil dari perbuatan yang tidak dapat dinikmati langsung pada kehidupan saat ini sehingga akan diterima pada kehidupan selanjutnya.

4. Percaya akan adanya Punarbhawa

Punarbhawa sendiri berarti kelahiran kembali atau reinkarnasi. Punarbhawa ini terjadi karena atma masih terpengaruh oleh kenikmatan duniawi dan adanya sisa karma yang belum habis diterima. Yang mana, dilahirkan kembali sebagai seorang manusia merupakan sebuah kesempatan untuk memperbaiki diri dan menebus semua perbuatan buruk yang dilakukan selama masa hidup sebelumnya.

5. Percaya dengan adanya Moksha

Moksha berarti menyatunya Atma dengan asalnya yaitu Sang Parama Atma atau  Sang Hyang Widhi Wasa sendiri. Moksha ini merupakan tujuan hidup utama bagi umat Hindu karena merupakan suatu kebahagiaan tertinggi. Apabila suatu atma telah mencapai Moksha, maka ia akan terbebas dari pengaruh keduniawian dan tidak akan lagi menerima Karma ataupun mengalami Punarbhawa.

Kelima dasar kepercayaan ini saling berkaitan satu sama lain dalam mencapai keberhasilannya. Oleh karena itu, sebagai umat beragama kita harus mampu menekuni serta mengamalkan ajaran agama dengan baik dan seksama. Perkembangan zaman saat ini tentu membawa banyak pengaruh baik ataupun buruk dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Untuk itu, sebagai umat Hindu kita harus menekuni ajaran Panca Sradha sebagai dasar keyakinan atau kepercayaan dalam agama Hindu sehingga kita dapat menjalani kehidupan kita dengan baik dan terhindar dari segala pengaruh buruk tersebut. Seperti pada kasus pandemi Covid-19 yang telah melanda dunia sebelumnya, yang mana telah merengut jutaan korban jiwa dan juga harta benda. Ditinjau dari ajaran agama Hindu sendiri, Covid-19 dianggap sebagai bentuk hasil karma manusia sendiri. Yang mana, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, umat Hindu sangat tunduk pada hukum Karma Phala sebagai hukum sebab akibat. Pandemi Covid-19 ini diyakini sebagai peringatan sekaligus renungan bagi kita agar berhenti sejenak dan berserah diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam agama Hindu, manusia disebut sebagai makhluk yang paling mulia. Sebab, manusia diberkati dengan Tri Premana, yakni Bayu, Sabdha, dan Idep. Yang mana idep memungkinkan manusia untuk berpikir dan berupaya dalam menyelamatkan dirinya dari marabahaya yang ada. Dalam menghadapi pandemi Covid-19, manusia dituntut untuk terus berupaya dengan penuh kehati-hatian dan kesungguhan. Sebagaimana disebutkan dalam kakawin Ramayana: "Utsaha ta larapana, karyysing pahapaghn" yang artinya tekun atau usaha yang gigih itulah yang dijadikan sebagai jalan, setiap pekerjaan apa pun dilakukan dengan tekun. Begitu pula halnya  dalam menanggulangi pandemi Covid-19 ini, yakni dengan ketekunan, kesungguhan hati, kehati-hatian, dan semangat untuk terus berupaya, niscaya kita akan menemukan solusi atas segala persoalan yang ada.

Covid-19 berkembang dan menyebar dengan cepat dari orang satu ke orang lainnya. Untuk mencegah penyebaran virus ini, kita dapat menerapkan berbagai upaya, salah satunya adalah dengan menerapkan ajaran Usada atau pengobatan dalam sastra Hindu. Usada merupakan pendekatan holistik sistem kesehatan Hindu yang memandang bahwa penyebab penyakit, pencegahan, dan pengobatannya melibatkan tubuh, pikiran, sekaligus jiwa sebagai kesatuan. Dalam konteks Covid-19, pengobatan dalam sastra Hindu ini dapat menjadi pilihan alternatif untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu mempercepat proses pemulihan. Berdasarkan ajaran Usada, cara pencegahan yang utama yakni dapat dilakukan dengan mengikuti anjuran pemerintah dan otoritas kesehatan, yaitu seperti: mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir, menjaga jarak, memakai masker, serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat yang sejalan dengan prinsip Ayurveda, yakni mengonsumsi makanan dan minuman yang berkualitas (Ahara), beristirahat dan tidur yang cukup (Nidra), dan kembali ke pola hidup alami (Vihara). Dengan belum ditemukannya obat yang efektif untuk mengatasi virus Corona tersebut, maka tindakan pencegahan dirasa cukup baik sebagai upaya dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun