Mohon tunggu...
Arung Wardhana Ellhafifie
Arung Wardhana Ellhafifie Mohon Tunggu... Sutradara film -

Buku Terbarunya Tubuh-Tubuh Tompang Tresna (dan 7 lakon lainnya); (bitread, 2017), Gidher (Ladang Pustaka, 2017), Gambir (bitread, 2017), kumpulan puisi tunggal ; Mancok (Pustaka Ranggon, 2018), Mampus (Pustaka Ranggon, 2018).

Selanjutnya

Tutup

Drama

Laknat

10 Februari 2016   20:14 Diperbarui: 10 Februari 2016   20:22 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karya : Arung Wardhana Ellhafifie

Diadaptasi dari tragedi Nipah, 1993 di Sampang-Madura

1

PANGGUNG DI BUKA DENGAN SUARA LETUSAN PISTOL DAN BEBERAPA SENAPAN LAINNYA, ASAP MENGHAMBUR KE UDARA TIBA-TIBA DARI SEGALA PENJURU, SUARA GONG, BUMBUNGAN, KENDANG BATANGAN/CIBLON JUGA MENGIRINGI PERTUNJUKAN, BEBERAPA ORANG BERLARIAN SEMRAWUT, BERTERIAK “ NYO’ON ODIK (MOHON HIDUP)“, ADA YANG TERJUNGKANG KARENA TEMBAKAN, ADA JUGA YANG BERHASIL MELARIKAN DIRI, SUASANA CHAOS (KEKISRUHAN) TERCIPTA, MUNCUL SESEORANG MENYERET SESEORANG LAINNYA DENGAN SENAPAN, ADA YANG MENINDAS, ADA YANG DI TINDAS, ADA YANG TERLUKA, ADA YANG MELUKAI, ADA YANG MENGHARDIK, ADA YANG DI HARDIK, PANGGUNG PENUH DENGAN KEKEJAMAN SEKELOMPOK BINATANG YANG MELANGGAR ATURAN, ATURAN MEMANG BUAT DI LANGGAR, ATURAN SEPERTI PERMAINAN. 

2

HENING MENCEKAT, CUKUP LAMA, LONCENG BERBUNYI PELAN, LALU TEMBANG TERDENGAR PELAN-PELAN, MUNCUL UNSUR MAGIS, PANGGUNG SEPERTI MISTERI PENGHAKIMAN PRILAKU MANUSIA, PANGGUNG SEPERTI PANGHANCURAN MANUSIA, PANGGUNG SEPERTI PEMBUNUHAN PRILAKU BUDAYA, DI ANTARA SESEORANG YANG MENABUR DUPA, KEMBANG SETAMAN, KEMBANG BOREH, LALU GULA MERAH DI “ BUJU ”. 


TEMBANG   :  Oreng odhik panekah kaangguy abekteh dek gusteh pangerannah, tapeh panekah kaangguy mesedeagih manossah laenepon. Toreh taretan sadejeh apossagih dek langgek, nyo’on agih nyabeh se laenepon. (Orang hidup itu untuk mengabdi pada Tuhannya, tapi yang kita lihat adalah membunuh manusia lainnya, mari saudaraku semua, memohonlah pada langit, mintalah nyawa yang lain). 

3

BUJU’, MAKAM YANG SANGAT SAKRAL, DI MANA KEDUA NISANNYA TERTUTUP KAIN KAFAN, TERPELIHARA DENGAN BAIK, TERJAGA DENGAN BAIK, ILALANG-ILALANG YANG TUMBUHPUN DI CABUTI. 

4

KEMBALI SUARA GONG, BUMBUNGAN, KENDANG BATANGAN/CIBLON MENGIRINGI, SESEORANG MEMBAWA GEROBAK KAYU, LALU BEBERAPA ORANG YANG TERTEMBAK DI GELINDING, YANG TERINJAK, YANG HILANG, YANG LEKANG, DI SERET DENGAN KEJAM KE ATAS GEROBAK, DI LEMPAR SAMPAI TERKAPAR, SESEORANG TAMPAK BERSIAGA DENGAN SENAPAN DI TANGANNYA. 

5

LONCENG KEMBALI BERBUNYI, BERULANG KALI SAMPAI TERHENTI, DI ANTARA SESEORANG MUNCUL, DIA MENANGIS DI ANTARA BUJU’, BERPEGANG ERAT PADA NISAN YANG BERKAFAN, TAK LAMA KEMUDIAN SESEORANG PEMBAWA OBOR BERJALAN PELAN-PELAN DI KEGELAPAN MALAM. 

6

SESEORANG MUNCUL MEMASANG PATOK TANAH, LALU MENGUKUR TANAH DENGAN PENUH TELITI, SESEORANG MENJAGA DENGAN KETAT, SENAPAN DI TANGAN DI PEGANGNYA DENGAN TEGAP. SETELAH ITU SESEORANG KELUAR DENGAN GAGAH PERKASA, NAN BAHAYA. 

7

CAHAYA PANGGUNG BERUBAH, BEBERAPA BATANG BAMBU MENJULANG DI ANTARA RERIMBUNAN PRENG MENJAGA “ BUJU ” PENUH SETIA DAN SEBUAH KEHORMATAN. 

8

SESEORANG MENEBAS DI ANTARA BATANG BAMBU, SEHINGGA RERIMBUNAN PRENG JATUH MENGHIASI PANGGUNG. 

SESEORANG: Tak kan pernah kubiarkan satupun dari mereka mengukur tanah ini, tak akan pernah kujual sekalipun aku miskin, kecuali pada Tuhan, karena inilah miliknya.

SESEORANG: Laknat!

SESEORANG: Keparat!

SESEORANG: Seharusnya mereka memahami kalau di sini, ada Buju’ yang selalu kita datangi setiap malam jum’at, bahkan ada di antara kita mendatangi setiap hari, kita selalu bertegur sapa dengan Tuhan, saling bercanda ria, dan saling curhat.

SESEORANG: Mereka keterlaluan, padahal kita sudah jelaskan alasannya, tapi mereka terus memaksa, bahkan kita di katakan  sekumpulan orang yang kurang kerjaan, hanya mendatangi makam, dan berdo’a, katanya lebih baik bersenang-senang, ketimbang bertemu Tuhan.

SESEORANG: Keparat!

SESEORANG: Laknat!

SESEORANG: Lalu apa yang harus kita lakukan?

SESEORANG: (SALING MEMANDANG) Kalau mereka tetap memaksa?

SESEORANG: Ya.

SESEORANG: Kita bunuh mereka.

SESEORANG: (KEMBALI SALING MEMANDANG, ADA JUGA YANG SANGAT KAGET)  Bunuh?

SESEORANG: Ya, kita perang, kita tikam mereka, Cacca tabu’eh tong settong!!!

SESEORANG: Setuju, kita bunuh, bunuh dan bunuh. (MENDADAK TERDIAM, SALING MEMANDANG) Kenapa? Takut  mati? Takut mati  karena membela buju’? Takut karena mau bertemu Tuhan? Kita akan mati di agungkan, kita akan mati sebagai yang agung, karena memakmurkan mereka yang lebih dulu mendahului kita, kita selalu berdo’a di sini, agar kita selalu di pertemukan dengan Tuhan dan utusannya.

SESEORANG: Marilah kita rayakan do’a kita dengan bergembira dan bersenda gurau.

SESEORANG: Setuju.

 

MEREKA BEROD’A, MEMANJATKAN DO’A PADA TUHAN AGAR TERHINDAR DARI SEGALA BALA’ YANG MENIMPA DI DESANYA.

 

9

BEBERAPA ORANG MUNCUL MEMBAWA BEBERAPA OBOR, LALU KEMBALI MELAKUKAN RITUAL, SEMBARI MENARI DAN MENYANYI.

 

10

SESEORANG PEMBAWA OBOR DATANG KEMBALI, DIA MENARI DI ANTARA NISAN-NISAN YANG BERKAFAN.

 

SESEORANG:        Dia tak kunjung datang, atau mungkin sedang tidur, atau mungkin sedang lelah, atau mungkin sedang mengalah, atau mungkin tak pernah mau datang memimpin sidang, sidang yang sedang aku tunggu, sidang yang sedang aku impikan, sidang yang sedang di nantikan semua orang, atau mungkin dia sudah bosan, karena kita selalu memanggilnya, atau mungkin tak mau mendengar lagi, atau mungkin pura-pura tuli, dan bisu, atau mugkin tak bisa membaca atau tak bisa menulis. (TERDIAM SEJENAK) Tidak, tidak, pasti dia bisa membaca, pasti dia bisa menulis, pasti dia tidak tuli, pasti dia bisa bicara, kalau tidak bisa  bicara, mana mungkin aku bisa menulis dan membaca, mana mungkin aku bisa bicara dan mendengar. Ya, betul, dia pasti datang. Tidak, tidak, dia tidak akan datang. Bedebah, kalau bukan hari ini, kapan dia mau datang, apakah menunggu setiap orang menangis? Apakah menunggu setiap bayi yang lahir kehilangan Ibunya, atau menunggu setiap bayi yang tumbuh kehilangan Bapaknya, atau menunggu setiap anak tak memiliki Bapak dan Ibu, atau menunggu sidang di serang, atau menunggu ruang sidang sepi, senyap, hilang dan lekang oleh waktu, padahal dia harus memimpinnya, padahal dia harus mengetuk palu, padahal dia harus merubah keputusan, padahal dia harus mendengar suara-suara yang mati, padahal dia harus mendengar lonceng berbunyi, padahal dia harus mendengar kokok ayam, padahal dia harus mendengar lolongan anjing, padahal dia harus mendengar saat aku membela, padahal dia harus merubah catatannya, catatan sebuah takdir, mereka harus di percepat, mereka harus di persingkat, mereka harus di percepat, mereka harus di persingkat, mereka harus di percepat, mereka harus di persingkat, mereka harus di percepat, mereka harus di persingkat.

LAMA KELAMAAN SESEORANG PEMBAWA OBOR MENGHILANG DI TENGAH SUARANYA YANG MASIH TERUS MENGGEMA, SEPERTI MANTRA.

 

11

SUARA KOKOK AYAM SALING BERSAHUTAN, ANTARA SATU SAMA LAINNYA MENIMBULKAN EFEK BUNYI YANG INDAH.

 

12

SEKETIKA TERDENGAR SUARA TEMBANG.

 

TEMBANG   :         Bedeh langgek, bedeh bumeh, bedeh pangeran, bedeh manossah, bedeh seh bender, bedeh seh sala, bedeh reng odi’, bedeh reng mateh, bedeh neng attas, bedeh neng bebe, bedeh roma, bedeh tanean, nekaepon, mayok junjung sampek tengkat paleng teggih.           (Ada langit, ada bumi, ada Tuhan, ada manusia, ada yang benar, ada yang salah, ada yang hidup, ada yang mati, ada yang di atas, ada yang di bawah, ada rumah, ada tanah lapang, ayo junjung sampai tingkat paling tinggi).

 

13

CAHAYA BERUBAH, BEBERAPA ORANG MUNCUL SIBUK MENGUKUR TANAH.

 

SESEORANG: Siapa yang menyuruh kalian mengukur tanah ini?

SESEORANG: Yang punya tanah.

SESEORANG: Siapa yang punya tanah?

SESEORANG: Yang punya rumah.

SESEORANG: Siapa yang punya rumah?

SESEORANG: Yang punya tanah.

SESEORANG: Siapa Tuhan yang punya tanah?

SESEORANG: Yang punya rumah.

SESEORANG: Siapa Tuhan yang punya rumah?

SESEORANG: Yang punya tanah.

SESEORANG: Sekarang kalian kembalilah, pada yang punya tanah dan rumah sebelum aku merubah takdirmu.

SESEORANG: Aku datang ke sini memang sedang menjemput takdirku.

SESEORANG: Berani juga nyalimu.

SESEORANG: Inilah amanah yang di berikan kepadaku.

SESEORANG: Inilah yang harus harus kujalankan.

SESEORANG: Pergilah pada pemilik tanah, dan jangan pernah melakukannya, sebelum mereka menyetujui.

SESEORANG: Pergilah cepat!

SESEORANG: Aku tak akan pergi.

SESEORANG: Aku akan pergi setelah mengukurnya.

SESEORANG: Pergilah bangsat!

SESEORANG: Aku tak akan pergi, karena inilah jalan yang kucintai.

SESEORANG: Menjadi budak?

SESEORANG: Ya.

SESEORANG: Sampai kapan?

SESEORANG: Sampai ada yang menebusku.

SESEORANG: Kalau tak ada yang menebusmu?

SESEORANG: Aku akan tetap menjadi budak sampai kapanpun.

SESEORANG: Kau senang?

SESEORANG: Ya.

SESEORANG: Kau bahagia?

SESEORANG: Ya.

SESEORANG: Menyenangkan sekali.

SESEORANG: Tentu.

SESEORANG: Sekarang pulanglah!

SESEORANG: Aku belum mendapatkan hasil, dan pasti mereka akan mencambukku.

SESEORANG: Aku harus memberikan data-data yang ada di sepanjang tanah ini, baru aku akan pulang.

SESEORANG: Kau cukup patuh.

SESEORANG: pasti.

SESEORANG: Kau cukup ta’at.

SESEORANG: Pasti.

SESEORANG: (BERTERIAK LANTANG) Pergilah cepat!

 

SUARA GONG, BUMBUNGAN, KENDANG BATANGAN/CIBLON DI TABUH, BEBERAPA ORANG MENGELUARKAN CLURIT DARI SARUNGNYA MASING-MASING, LALU MEREKA BERTARUNG SAMPAI LANGIT MENDUNG, MEREKA BERTARUNG SAMPAI BUNTUNG, MEREKA BERTARUNG SAMPAI LINGLUNG.

 

14

PANGGUNG BERUBAH, CAHAYA BERUBAH. BEBERAPA ORANG DI SERET OLEH BEBERAPA ORANG LAINNYA, MEREKA TAMPAK BERONTAK, KEPALANYA DI TUTUP TOPENG HITAM, LALU MEREKA DI DORONG HINGGA TERSUNGKUR, LALU PENUTUP KEPALA MEREKA DI BUKA.

 

SESEORANG: Apa alasanmu tak setuju menjual tanah?

SESEORANG: Tanah itu bukan punyaku.

SESEORANG: Lalu punya siapa?

SESEORANG: Tanah itu punya Tuhan.

SESEORANG: (TERTAWA BERBAHAK-BAHAK) Suka melucu rupanya kau.

SESEORANG: Memang kenyataannya, tanah itu punya Tuhan.

SESEORANG: Tak kan ada seorangpun yang boleh membelinya kecuali Tuhan punya mau.

SESEORANG: (SEMAKIN TERTAWA BERBAHAK-BAHAK) Selera humormu semakin tinggi, kenapa kau tak membuat sebuah kelompok tonil maduro’an, atau semacam panjeg?

SESEORANG: Tak ada waktu memikirkan soal itu, karena aku hanya mau bertemu Tuhan.

SESEORANG: Baiklah, akan kupertemukan Tuhan denganmu.

SESEORANG: Betul?

SESEORANG: Ya.

SESEORANG: Sungguh?

SESEORANG: Ya, kampret.

SESEORANG: Kapan kau mempertemukan aku dengannya?

SESEORANG: Nanti setelah kau menuruti semua keinginanku.

SESEORANG: Apa yang kau inginkan?

SESEORANG: Tandatanganmu.

SESEORANG: Untuk apa?

SESEORANG: Agar Tuhan tahu siapa yang menandatanganinya?

SESEORANG: Lalu siapa kau?

SESEORANG: Pemburu.

SESEORANG: Kau setiap hari bertemu dengannya?

SESEORANG: Setiap saat aku berbicara, aku bersenda gurau, aku saling mengumpat, aku saling memaki, karena tak ada yang becus di antara kalian, karena semuanya hanya penghancur sampai lebur.

SESEORANG: Bohong, aku tak mempercayaimu.

SESEORANG: Jangan tertipu dengan muslihatnya.

SESEORANG: Ya, aku tak akan tertipu, karena kau pembohong besar, kau bukan pemburu.

SESEORANG: Aku pemburu kawan.

SESEORANG: Kalau memang kau pemburu, pertemukan aku dengannya.

SESEORANG: Tenang saja, jangan buru-buru.

SESEORANG: Semuanya ada waktunya, semuanya berproses.

SESEORANG: Tidak, aku tak akan mempercayaimu.

SESEORANG: Kau harus mempercayaiku.

SESEORANG: Kenapa aku harus mempercayaimu?

SESEORANG: Karena aku yang akan mengantarkanmu menemui Tuhanmu.

SESEORANG: Tidak, siapa kau?

SESEORANG: Pemburu.

SESEORANG: (LEBIH LANTANG) Pemburu.

SESEORANG: (TERTAWA BERBAHAK-BAHAK) Cepatlah kau tandatangani surat ini, karena Tuhan tak sabar mau bertemu denganmu.

SESEORANG: Cepatlah, jangan membuang waktu lagi.

SESEORANG: Karena Tuhan lelah mendengarkan setiap bantahanmu, dia tak pernah menyukai manusia yang banyak bicara, dia tak pernah menyukai manusia yang banyak membangkang, lebih baik dia melihat mereka telanjang di padang tanpa ilalang, bukannya kamu di perintahkan untuk menjalankan semua perintahnya?

SESEORANG: Tapi aku sangsi kalau kau bukan utusan Tuhan, aku curiga kalau kau punya maksud dengan tanah itu, aku curiga kalau kau hanya memanfa’atkannya.

SESEORANG: Aku kuatir kalau kau menjebakku.

SESEORANG: Sekarang izinkanlah aku bertanya, apakah Tuhan pernah menjebakmu?

SESEORANG: Mungkin.

SESEORANG: Kenapa harus mungkin?

SESEORANG: Karena aku di kirim ke sini.

SESEORANG: Bukannya ini menyenangkan?

SESEORANG: Menyenangkan sekaligus menyesakkan.

SESEORANG: Menyenangkan sekaligus menakutkan.

SESEORANG: Menyenangkan sekaligus menyeramkan.

SESEORANG: Mengerikan.

SESEORANG: Bahkan sangat mengerikan.

SESEORANG: Memusingkan.

SESEORANG: Bahkan sangat memusingkan.

SESEORANG: (TERTAWA BERBAHAK-BAHAK) Kenapa kau berkeluh kesah?

SESEORANG: Mungkin kau benar, aku akan membuat sebuah kelompok tonil maduro’an, atau semacam panjeg.

SESEORANG: Sudah kubilang kampret.

SESEORANG: Kau tak pernah percaya.

SESEORANG: Karena kau selalu berprasangka buruk, padahal aku hanya mempermudah jalanmu.

SESEORANG: Aku hanya mempercepat supaya tak berlarut-larut.

SESEORANG: Baiklah, kalau kau memang pemburu, jawablah pertanyaanku dengan cepat!

SESEORANG: Jangan pernah menanyakanku, karena nantinya aku yang memberikan banyak pertanyaan.

SESEORANG: Jawablah kampret!

SESEORANG: (TERTAWA BERBAHAK-BAHAK) Sungguh, sungguh, kau punya selera humor yang tinggi, nanti kita minta izin Tuhan, kalau kita membuat sebuah kelompok komedi, kita undang para komedian senior dari segala penjuru, kita undang para penulis naskah lakon komedi, lalu kita panggungkan, dan Tuhan pasti menontonnya, dia pasti menyempatkan waktu menonton pertunjukan kita.

SESEORANG: Jangan berbasa-basi, jawab saja pertanyaanku!

SESEORANG: Apa? Apa yang mau kau tanyakan?

SESEORANG: Untuk apa Tuhan membeli tanah ini, padahal ini miliknya?

SESEORANG: Apa alasanmu tak setuju menjual tanahnya?

SESEORANG: Mana ku tahu.

SESEORANG: Untuk apa?

SESEORANG: Mungkin sebuah surga yang lebih luas.

SESEORANG: Ya, mungkin sebuah surga dengan pemandian yang besar, taman rekreasi yang beranekaragam, lalu setiap hari di kunjungi para pengunjung, lalu mendatangkan keuntungan yang besar di masa datang, kekayaan yang berlimpah ruah, dengan harapan anak cucumu bisa juga menikmatinya.

SESEORANG: Kampret, mana mungkin Tuhan berkeinginan semacam itu?

SESEORANG: Kau jangan mengarang.

SESEORANG: Aku tidak mengarang.

SESEORANG: (MEMBENTAK) Cepat tandatangani.

SESEORANG: Aku sudah hilang kesabaranku.

SESEORANG: Aku sudah hilang sifat baikku.

SESEORANG: Tidak.

SESEORANG: Cepat!

SESEORANG: Aku janji kalau Tuhan akan membatalkan semua niatnya, tanah ini akan di kembalikan pada Tuhan yang punya, tanah itu akan di kembalikan pada haknya.

SESEORANG: Sungguh?

SESEORANG: Sungguh.

SESEORANG: Sumpah?

SESEORANG: Sumpah.

SESEORANG: Mie apa?

SESEORANG: Mie ayam, kampret.

SESEORANG: Baiklah, aku sekarang percaya.

SESEORANG: Coba dari tadi, kau mengatakannya seperti itu, aku tak akan berpanjang lebar berada di sini, pekerjaanku masih banyak.

SURAT DI TANDATANGANI, MEREKA LANGSUNG MELONJAK KEGIRANGAN, SALING BERPELUKAN, SUARA GONG, BUMBUNGAN, KENDANG BATANGAN/CIBLON DI TABUH, KEMBALI MEREKA BERNYANYI, KEMBALI MEREKA MENARI, SALING BAHU MEMBAHU ANTARA SATU DENGAN LAINNYA.

 

15

SEKETIKA TERDENGAR SUARA TEMBANG.

 

TEMBANG   :         Beden kuleh geduen tana, deri panjenengan, kaangguy erabedih, kaangguy kelakoan seh sae, tapeh panekah bennyak oreng gileh, benyyak orang kelengger, bennyak oreng nyareh pangerannah, bennyak orang kengeng apanggi, bennyak oreng kelengger, karenah lok koat bedeh neng dunnyah, lantaran kala sarengepon hewe nafsunnah.           (Aku memiliki tanah, dari engkau, untuk di rawat, untuk melakukan hal yang baik,  akan tetapi kenyataannya banyak orang gila, banyak orang gila, banyak orang mau bertemu Tuhannya, banyak orang gila, karena tak kuat berada di muka bumi ini, karena kalah dengan hawa nafsunya).

 

16

PANGGUNG BERUBAH, CAHAYA BERUBAH. BEBERAPA ORANG KEMBALI BERLARIAN, SALING MENJERIT, ADA YANG TERJEPIT DAN TERHIMPIT, ADA YANG MENGHIMPIT, ADA YANG SAKIT,  ADA YANG MENYIKSA, ADA YANG DI SIKSA, ADA YANG DI CAMBUK, ADA YANG MENCAMBUK, SUARA LETUSAN PISTOL BERDENGUNG DI MANA-MANA, PANGGUNG BERUBAH MENJADI MEDAN PERTEMPURAN, PANGGUNG BERUBAH MENJADI ARENA KEBIADABAN, SEMUA DI TELANJANGI, SEGALA BENTUK HAK-HAK YANG MEREKA MILIKI, SESEORANG MUNCUL DENGAN GAGAH PERKASA, MENARI DI ANTARA MEREKA, SEPERTI SEBUAH PESTA, SEPERTI SEBUAH UPACARA KESUBURAN, SEPERTI SEBUAH PERMAINAN, IA MENYAMBUT DENGAN GEMBIRA, SUARA KENDANG BATANGAN/CIBLON DAN SRONEN BERBUNYI MENGHIASI RUANG PANGGUNG.

SESEORANG: (TERTAWA BERBAHAK-BAHAK) Belum cukup dengan peringatan yang kuberi? Belum cukup dengan siksaan yang kuberi? Belum cukup dengan bencana yang kuberi? Belum cukup dengan malapetaka yang kuberi? Belum cukup dengan tanda-tanda yang kuberi? Kalau memang belum cukup, lalu apa yang kau tunggu semua? Lalu apa yang kau nanti? Tak ada seorangpun yang mampu melawanku, tak ada seorangpun yang mampu mengalahkanku, aku memiliki ribuan pemburu yang akan berterbangan mencengkerammu, aku punya ribuan pemburu yang akan meledakkan semua tubuhmu, aku punya ribuan pemburu yang mampu berbuat lebih kejam dari ini, kau harus memahami ini semua. Dan kau tahu, yang kau tandatangani itu sebuah surat perjanjian kalau tanah itu sudah di jual kepadaku. (TERTAWA BERBAHAK-BAHAK).

 

17

SUASANA MENJADI PANIK, TAKUT, KEMATIAN SEPERTI MENDEKAT, LEDAKAN DAN TEMBAKAN SEPERTI MENDEKAT.

 

SESEORANG: Kita di tipu.

SESEORANG: Karena bodoh.

SESEORANG: Dia bukan Tuhan yang kita cari selama ini.

SESEORANG: Betul, lalu siapa dia?

SESEORANG: Entahlah, menyerupai iblis.

SESEORANG: Bisa jadi.

SESEORANG: Karena suaranya menggelegar, dan tawanya menyeramkan.

SESEORANG: Ya, ya benar, aku semakin yakin kalau dia bukan Tuhan, dia adalah orang lain, kita salah memberinya, kita salah menjualnya.

SESEORANG: Kita tak pernah menjualnya, kita di tipu kalau dia berjanji tak akan membelinya.

SESEORANG: Lalu kenapa kita mengiyakan begitu saja?

SESEORANG: Karena kita terlalu obsesi.

SESEORANG: Maksudmu?

SESEORANG: Bertemu Tuhan, dan dia mengelabuiku.

SESEORANG: Benar, kita adalah kelemahannya.

SESEORANG: Benar, kita menjadi alat tipu daya.

SESEORANG: Lalu apa yang harus kita lakukan?

SESEORANG: Bersiap-siaplah.

SESEORANG: Kemana?

SESEORANG: Bertemu Tuhan sesungguhnya.

SESEORANG: Lalu?

SESEORANG: Kita laporkan semua kejadian ini.

SESEORANG: Lalu?

SESEORANG: Kita minta dia jadi pimpinan sidang.

SESEORANG: Artinya kita membuat sebuah sidang?

SESEORANG: Mungkin.

SESEORANG: Dan dia sebagai hakimnya?

SESEORANG: Mungkin.

SESEORANG: (BERTERIAK) Aaaaa….. kenapa aku jadi bodoh?

SESEORANG: Diam!

SESEORANG: Kenapa aku gampang di tipu?

SESEORANG: Diam!

SESEORANG: Kau pasti lebih takut dari aku.

SESEORANG: Siapa bilang?

SESEORANG: Itu mukamu, mirip tahi kucing.

SESEORANG: Halah, padahal sebenarnya kau lebih takut, mirip tahi ayam.

 

TERTAWA BERSAMA, SEKETIKA CAMBUK MENDATANGI, LALU DI GEBUK, LALU DI CAMBUK, BERUSAHA MELAWAN, SEMAKIN MENCAMBUK DAN MENGGEBUK HINGGA MENJELANG SEKARAT.

 

SESEORANG: Kalau aku mau, sudah dari tadi aku lakukan.

SESEORANG: Lakukan saja!

SESEORANG: Belum waktunya, kawan.

SESEORANG: Nanti saja sesuai Tuhan mau.

SESEORANG: Bangsat, jangan sebut nama Tuhan di depanku.

SESEORANG: (TERTAWA) Kenapa?

SESEORANG: Kau mulai tak mempercayainya.

SESEORANG: Aku di tipu mentah-mentah olehmu.

SESEORANG: Bukan aku, tapi otakmu yang menipumu sendiri.

SESEORANG: Tapi pikiranmu yang menipumu, kampret.

SESEORANG: Sekarang apa yang kau mau minta pada Tuhan?

SESEORANG: Bunuh saja aku, aku tak mau bertemu dengannya.

SESEORANG: Kau sudah putus asa rupanya.

SESEORANG: Tenang saja kampret, akan dia atur kapan waktunya kau bertemu.

SESEORANG: Jangan buru-buru!

SESEORANG: Itu salah satu kesalahanmu.

SESEORANG: Karena hawa nafsu.

SESEORANG: Karena mau buru-buru, bukankah sifat buru-buru itu pekerjaan iblis?

SESEORANG: (BERTERIAK LANTANG) Kau yang Iblis.

 

HENDAK MELAWAN, TAPI MALAH DI TAWAN, HENDAK MENERJANG, MALAH DI TERJANG LEBIH DULU, HENDAK MENENDANG, MALAH DI TENDANG LEBIH DULU, SEMAKIN SEKARAT, LALU DI LUDAHI, DAN DI KENCINGI.

 

SESEORANG: Bersenang-senanglah terlebih dulu, nanti ku beritahu.

 

18

PANGGUNG KEMBALI BERUBAH, CAHAYA BERUBAH. DI IRINGI BEBERAPA PENARI MELENGGAK LENGGOK, PANGGUNG PENUH PESTA PORA, SALING MENELANJANGI DAN MENGKEBIRI, ADA YANG MENIKMATI, ADA YANG DI NIKMATI, SEHINGGA SEGALANYA MENJADI MABUK HINGGA BUNGKUK, IA SEMAKIN GAGAH PERKASA MENCIUMI YANG BISA DI CIUMI.

 

SESEORANG: Berpestalah sampai puas, karena di sinilah sesungguhnya tempat berpesta, tempat kita menemukan jati diri, tempat kita sesungguhnya, mari, mari mabuk bersama sayang, ayolah, mendekatlah denganku, ciumlah aku, ciumlah, biarkan semua orang menonton kita, karena mereka hanya budak-budak kita, mereka bukan siapa-siapa, mereka hanya sekumpulan sampah yang kita bisa musnahkan kalau kita mau, mereka hanya cecunguk yang bermimpi mau bertemu Tuhannya, mereka hanya orang gila yang duduk-duduk membaca mantra pada setaip nisan yang berkafan, mereka hanya sekumpulan manusia yang tidak tahu bagaimana caranya menikmati hidup, mereka tidak tahu jalan keluarnya, sehingga tak mampu membedakan antara iblis dan Tuhannya sendiri, ayo kemarilah, kita membuat sebuah tradisi yang baru, kita membuat sebuah kebudayaan yang baru, mari sayang, jangan malu-malu, ayo bercumbulah sampai kita mabuk, mari kita buat malam ini semakin indah, sebelum kita menentukan siapa yang paling berkuasa, sebelum kita pastikan bahwa mereka akan bertemu Tuhannya lebih cepat dari jadwal yang kita tentukan sebelumnya, mari sayang, ayo! Ayo! Ayo serang! Serang! Serang!!!!!

 

19

KENDANG BATANGAN/CIBLON, GONG, BUMBUNGAN KEMBALI DI TABUH, PESTA PORA KIAN LARUT, PARA PENARI SATU PERSATU MENINGGALKAN PANGGUNG, PANGGUNG KEMBALI BERUBAH, ADA YANG BERSERAGAM, LENGKAP DENGAN SENAPAN, ADA YANG MEMBAWA CLURIT MENGHADANG, LANGSUNG DI TENDANG, SEGALANYA BERUBAH MENJADI MALAPETAKA, LETUSAN PELURU TERDENGAR, SEMAKIN LAMA, SEMAKIN BERSAHUTAN, ADA YANG TERJENGKANG, KEMBALI PANGGUNG MENJADI KESERAKAHAN.

 

SESEORANG: Akulah Tuhanmu, sekarang nikmati saja pegelaran pesta ini yang kusuguhkan dengan indah, kampret!!!

 

20

SUASANA KEMBALI HENING, CAHAYA BERUBAH, SESEORANG PEMBAWA OBOR MUNCUL.

 

SESEORANG: Mungkin sudah waktu datang menemui Tuhan, lalu aku akan meminta untuk memimpin siding, lalu aku memaksanya kalau dia tak mau memimpin, lalu aku memaksanya kalau dia enggan memimpin siding, lalu aku memaksanya kalau dia menolaknya. (SEKETIKA MENANGIS)

 

 

 

21

BUJU’ DI HANCURKAN, DI RUSAK, DAN DI BONGKAR, DI INJAK, LALU DI BUAT MAINAN.

 

22

SESEORANG MELONJAK KEGIRANGAN DI TENGAH BUJU’ YANG HANCUR, BERMAIN-MAIN SEPERTI ANAK KECIL, MENEMBANG, SEMBARI MENARI SEMAUNYA, GONG, BUMBUNGAN, KENDANG BATANGAN/CIBLON DI TABUH, IA PUN MEMAINKAN KALONGKING, SEHINGGA SEMAKIN TAMPAK AKULTURASI BUDAYA SANDUR MADURO’AN DAN BOJONEGORO MENYATU DI PANGGUNG SECARA ESENSIALNYA.

 

23

SESEORANG PEMBAWA OBOR MENEBAS TUBUH SESEORANG YANG BERJINGKRAK DI ATAS BUJU’, DARAH MUNCRAT KE UDARA. SESEORANG ITU BERSIMPUH, LALU MENANGIS SEJADI-JADINYA.

 

SESEORANG: Tuhan mungkin enggan memimpin sidang yang kumau, Tuhan mungkin bosan kudatangi, mungkin juga dia lelah, karena tak mau menemuiku, maka kuputuskan akulah Tuhanmu, akulah yang akan merubah takdirmu, laknat! Nyo’on Odik. (TERTAWA BERBAHAK-BAHAK,LONCENG BERBUNYI, PANGGUNG GELAP)

 

 

 

 

 

 

 

 

Bangkalan, 2015

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun