Senja perlahan tenggelam menyisakan Kilauan jingga
Malam menyambut bintang menunggu pagi datang
Mentari menusuk dibalik tirai memancarkan cahayaÂ
Aku tenggelam dalam lamunan yang tak terhingga
Aku bagaikan siput yang tak berdayaÂ
Berjalan perlahan dengan tumpukan bebanÂ
Aku Adalah kaktus yang tumbuh di Gurun pasir
Bertahan hidup meski kekeringan kian menyerang
Aku adalah puan yang mengarungi banyak lembahÂ
Bahu ku adalah baja yang hampir karatÂ
Aku terlalu naif untuk mengatakan aku baik-baik saja
Kepalaku hampir pecah karena bertarung dengan pikiranku
Hari semakin berlalu Aku semakin rapuhÂ
Aku jauh tertinggal di dalam lembah yang gelap gulita
Kaki ku tak kuat lagi berpijak terlalu lama
Semakin lama aku semakin dikejar tuntutan
Tuntutan untuk tetap kuat
Tuntutan untuk tetap melangkah
Tuntutan untuk tetap Hidup
Kakiku penuh nanah dan darahÂ
Mataku perih menahan air mata
Bibirku kering dipaksa senyum
Hatiku berteriak histeris menahan hingga kering lukaku.