Beberapa sernagan Cyber Sudah pernah tercatat menimpah Pemerintah Indonesia terbaru Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 Yang berada di Surabaya akhirnya diretas Hacker yang mengakibatkan dampak dimana 282 Unit Pelayanan Publik baik Pemerintah Pusat maupun Daerah pada akhirnya mengalami gangguan dalam Pelayanan Publik.Bahkan Peretas meminta uang tebusan sebesar Rp 131 Miliar Rupiah.
Serangan Ransomware yang dilancarkan Hacker tentunya membuat Publik indonesia terkejut, Menurut Situs Wikipedia Ransomware adalah perangkat teknologi dimana perangkat perusak dirancang untuk menghalangi akses kepada sistem komputer atau data dengan cara melakukan enskripsi data dan uang tebusan menjadi jaminan untuk mengembalikan kembali datai yang telah di enskripsi.
Serangan Ransomware pada Pusat Data Nasional Indonsia beberapa waktu lalu adalah sebuah kebobolan besar yang tentunya cukup berbahaya jika hal ini tidak mampu diantisipasi secara baik, apalagi saat ini Pemerintah sudah mengarahkan sistem aplikasi saat ini menjadi sistem aplikasi yang terintegrasi pada satu data.Namun diretasnya Pusat Data Nasional (PDN) membuka mata dunia dan anak bangsa ini bagaimana sistem pertahanan data Indonesia masih sangat rapuh sehingga sangat muda dibobol oleh pihak-pihak tertentu yang menguasai seluk beluk perkembangan Program dan teknologi.
Tak bisa dipungkiri salah satu model peperangan saat ini dengana memanfaatkan social media adalah perang propaganda yang merupakan upaya sistematis untuk mempengaruhi pandangan, sikap, dan tindakan publik atau lawan melalui informasi yang bias, direkayasa, atau manipulatif. Tujuan utama perang propaganda adalah membentuk persepsi dan opini masyarakat atau musuh agar sesuai dengan kepentingan pihak yang menyebarkan propaganda
Perang propaganda pernah terjadi di Irak Dimana Amerika serikat melakukan propaganda bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal dan hingga hari ini belum pernah terbukti, dan terlihat Dimana senjata pemusnah massal tersebut, saat ini tentunya perkembangan social media yang begitu cepat membuat Border Batasan negara tidak berlaku lagi.
Propaganda melalui social media terkadnag menjadi alat untuk menciptakan kerusuhan dan konflik social didalam sbeuah Negara, dan hal ini tidak terlepas dari operasi inteligen pihak asing dalam menciptakan konflik yang membuat keamanan sebuah negara menjadi hancur lebur
Kini tentunya mengantisipasi perang modern termasuk perang Propoganda yang tidak terbatasi oleh Border sebuah negara maka pembentukan pasukan TNI matra Cyber Sudha tepat, sebagai Respon menghadapi model peperangan yang bertranformasi cukup pesat seiring dnegan kemajuan peradaban dibidan AI (artificial Intelligence), namun tentunya kita berharap Pasukan matra Cyber ini akan di isi oleh sosok-sosok Prajurit yang memang menguasai teknologi bukan sebaliknya merekrut sosok hanya karena penapilan Fisik semata karena Pasukan Cyber sejatinya adalah mereka yang memiliki kemampuan mumpuni dibidang Teknologi maupun Artificial Intelligence.
Penulis
Edi abdullah/widyaiswara LAN RI
alumni TOT Taplai LEMHANNAS RI/ANGKATAN II TAHUN 2024
Peserta International Webinar "Shaping Peace Togehteher to build a culture of peace among southeast asia nations"yang diselenggarakan IPCRA/IKA UNHAN/APPRA Tahun 2020