Mohon tunggu...
Sugih Hartanto Wijoyo
Sugih Hartanto Wijoyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa, Universtitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kilas Balik Kontroversi, Pantaskah Kamboja Menjadi Tuan Rumah SEA Games 2023?

18 Juni 2023   22:50 Diperbarui: 18 Juni 2023   23:23 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bulan lalu, Pesta Olahraga Asia Tenggara atau biasa disingkat SEA Games yang ke-23 telah terselenggarakan. SEA Games merupakan ajang multi-olahraga yang diadakan setiap dua tahun dengan melibatkan 11 negara di Asia Tenggara. Dalam penyelenggaraan acara SEA Games tahun ini, Negara yang bersedia mengajukan diri sebagai tuan rumah penyelenggara pada acara SEA Games ke-23 adalah Negara Kamboja. 

SEA Games 2023 yang diselenggarakan di Kamboja merupakan ajang ke-32 dan ini adalah pengalaman pertama Kamboja menjadi tuan rumah pesta olahraga Asia Tenggara. Dari semua negara di kawasan, hanya Kamboja yang belum pernah menjadi tuan rumah SEA Games. Karena pasalnya Kamboja baru merasa percaya diri untuk menggelar acara SEA Games setelah bangkit dari penjajahan dan gejolak situasi politik.

Sebagai negara yang baru pertama kali menjadi tuan rumah pesta olahraga besar, Kamboja dapat dikatakan "masih belum siap" untuk menyelenggarakannya. Berbagai perbincangan dan kontroversi terjadi dalam pelaksanaan acara yang menuai banyak cibiran, terutama oleh masyarakat Indonesia terkait penyelenggaraan SEA Games 2023 di Kamboja. 

Dimulai dari insiden kesalahan tentang bendera negara Indonesia yang terbalik saat upacara pembukaan, fasilitas dan pelayanan para atlet yang dianggap minim di ajang besar seperti SEA Games, sampai hasil pertandingan yang menuai kontroversi. Adapun beberapa kontroversi yang terjadi dalam pelaksanaan SEA Games ke-23 di Kamboja adalah:

1. Insiden Fatal Bendera Indonesia terbalik

Ketika acara pra-opening ceremony SEA Games 2023 yang berlansung, Jumat (5/5/2023), Bendera Merah Putih yang merepresentasikan keikutsertaan Negara Indonesia di ajang olahraga besar ini, sempat terpasang terbalik. Saat salah satu penyanyi lokal Kamboja tampil diiringi penari yang membawa 11 bendera peserta SEA Games. 

Bendera Indonesia yang dibawa mengalami kekeliruan fatal yang membuat posisinya terbalik menjadi putih-merah. Namun insiden ini telah berujung permintaan maaf dari pihak Kamboja, yang disampaikan langsung oleh Panitia Penyelenggara SEA Games 2023 Kamboja (CAMSOC), Perdana Menteri Kamboja yaitu Hu Sen, kepada Presiden Indonesia Joko Widodo di sela KTT ASEAN di Labuan Bajo, NTT, Rabu (10/5/2023).

2. Masih minimnya fasilitas yang digunakan

Berawal dari postingan pada akun instagram PSSI terkait kondisi ruang ganti pemain Tim Garuda, masyarakat Indonesia (netizen) menyoroti kursi yang dipakai di ruang ganti itu, yang banyak disebut menyerupai "Kursi Hajatan". Selain itu jersey yang akan dikenakan Tim Garuda juga sekedar digantungkan di tembok, tanpa dilengkapi fasilitas dan kondisi ruang ganti yang memadai. 

Di sisi lain, kondisi ruangan yang ada untuk tempat beristirahat para atlet (Wisma Atlet) juga kurang dipersiapkan dengan baik oleh pihak Kamboja. Salah satu atlet Bulutangkis Indonesia, Amalia Cahaya Pratiwi mengunggah sebuah video lewat akun instagramnya yang memperlihatkan kamar pemain bulu tangkis putri Indonesia bocor saat terjadi hujan deras, air yang jatuh dari atap membuat tempat tidur dan lantai menjadi basah. Sehingga terpaksa dipindahkan ke gedung lain untuk beristirahat. Meski demikian, panitia disebutkan langsung bergerak cepat untuk memperbaiki atap serta mengganti kasurnya.

Prosesi Tempat Podium yang seadanya juga dialami atlet jalan cepat Indonesia Hendro Yap, yang merebut medali emas pada Sabtu (6/5/2023), di Angkor Wat, Siem Reap. Ia menorehkan catatan waktu 1 jam 40 menit 42 detik, untuk nomor 20 km putra. Ketika acara pengalungan medali yang berlangsung malam hari, Hendro Yap beserta atlet Vietnam dan Myanmar mendapat prosesi yang agak berbeda. Alih-alih menggunakan sinar penerangan di atas podium, mereka justru hanya mendapat Cahaya dari sorotan lampu mobil yang berada di depan podium. Tonggak yang seharusnya ada untuk tiang bendera juga digantikan dengan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun