Mohon tunggu...
Yanti 232165083
Yanti 232165083 Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa universitas siliwangi dari jurusan pendidikan ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Industri Kriya: Tenun Sutra Kendra Sabilulungan III

1 Mei 2025   21:18 Diperbarui: 1 Mei 2025   21:48 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tangkapan layar Kanal Youtube Bank Indonesia Tasikmalaya

Tenun Sutra jenis bulu  (Foto: Dok.Pribadi)
Tenun Sutra jenis bulu  (Foto: Dok.Pribadi)
 Tenun Sutra lukis motif daun murbey (Foto: Dok.Pribadi)
 Tenun Sutra lukis motif daun murbey (Foto: Dok.Pribadi)
Tenun sutra model bulu (Foto: Dok.Pribadi)
Tenun sutra model bulu (Foto: Dok.Pribadi)
Kendra Sabilulungan menghasilkan berbagai jenis kain tenun, mulai dari tenun bulu, tenun sulam, tenun lukis hingga kombinasi dengan brokat atau sifon. Harga kain bervariasi tergantung bahan dan proses: kain bulu sekitar Rp300.000 per potong, sulam Rp600.000, dan untuk bahan tenun Lukis tanpa tambahan dari kain lain bisa mencapai Rp1,2 juta. Panjang kain berkisar antara 2,1 hingga 2,6 meter, dan bisa disesuaikan berdasarkan permintaan konsumen, seperti untuk gamis atau mukena.

Ciri khas kain Sabilulungan terletak pada kain tenun sutra motif daun murbei dan daun kaliki, yang dahulu menjadi pakan ulat sutra. Walau kini daun kaliki tidak lagi digunakan, motif yang terinspirasi darinya tetap menjadi simbol sejarah dan kesinambungan budaya.

Pemberdayaan Masyarakat

proses menenun sutra (Foto: Dok.Pribadi)
proses menenun sutra (Foto: Dok.Pribadi)
Usaha ini memberdayakan sekitar dengan 15 di antaranya aktif setiap hari. Mayoritas tenaga kerja berasal dari daerah sekitar, termasuk tetangga desa, Garut, dan Majalaya. Sistem kerja borongan diterapkan untuk memberi fleksibilitas, namun tetap ada target harian. Misalnya, satu potong kain bulu harus selesai dalam satu hari, dan kain sulam dalam dua hari. Menariknya, para pekerja kebanyakan adalah pemuda lokal. Ibu-ibu biasanya diberdayakan untuk proses pengguntingan kain. Hal ini menunjukkan bagaimana Kendra Sabilulungan bukan hanya sebuah usaha ekonomi, tetapi juga wadah untuk pemberdaya masyarakat.

Pemasaran: Dari Manual ke Nasional

Walaupun terletak di daerah terpencil dan minim dukungan teknologi, produk Kendra Sabilulungan telah menjangkau berbagai kota besar seperti Jakarta, Solo, Yogyakarta, dan Bandung. Pemasaran masih dilakukan secara manual melalui WhatsApp, dari mulut ke mulut, atau langsung dibawa oleh Kendra saat bepergian ke luar kota. Tidak sedikit pejabat daerah yang membeli tenun dari usaha ini, menunjukkan kepercayaan dan apresiasi terhadap kualitas produknya.

Sayangnya, keterbatasan dalam pemasaran digital menjadi tantangan utama. Kendra menyadari pentingnya media sosial, namun keterbatasan SDM dan akses teknologi menjadi hambatan besar. "Di sini banyak pengrajin, tapi belum jadi pengusaha," ujarnya. Karena itu, ia berupaya membentuk kelompok dan komunitas agar bisa bangkit bersama.

Manajemen dan Tantangan Pasca Pandemi

Pandemi COVID-19 sempat melumpuhkan banyak sektor usaha, termasuk tenun sutra. Namun, Kendra Sabilulungan tetap bertahan karena masih ada pesanan yang masuk. Salah satu kunci keberlangsungan adalah sistem pembayaran dengan DP minimal 50%, yang digunakan untuk operasional dan pembelian bahan baku. Tantangan lain yang dihadapi adalah regenerasi tenaga kerja. Tukang-tukang yang dulu andal kini sudah tua, sementara SDM muda masih perlu banyak pelatihan. Manajemen dan modal menjadi titik krusial, meski pasar sebenarnya cukup menjanjikan.

Dari Koperasi ke Swadaya

Pada masa jayanya, usaha tenun sutra ini sempat memiliki dukungan koperasi dan bantuan dari pemerintah, terutama pada era krisis moneter 1998. Petani murbei mendapat dana hibah hingga Rp4,7 juta per hektar, dan hasil panen dijual ke koperasi dengan sistem bagi hasil. Namun sejak 2004, koperasi bangkrut karena pasar lesu. Sejak 2008, usaha dijalankan secara individu hingga akhirnya mulai bangkit kembali pada 2017 melalui pembentukan kelompok baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun