Sternum Fraktur dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan lokasi mereka, yaitu fraktur manublium, corpus sterni, dan proses xiphoidus. Pemeriksaan radiografi dengan proyeksi Thorax PA dan proyeksi lateral adalah prosedur utama untuk pengakuan dan penilaian fraktur ini. Proses ini melibatkan beberapa level penting mulai dari persiapan pasien hingga evaluasi hasil gambar, yang semuanya harus dilakukan dengan hati -hati untuk mendapatkan gambar diagnostik yang akurat. Namun, paparan sinar-X juga menimbulkan risiko potensial, seperti peningkatan morbiditas dan proses penyembuhan luka karena efek radiasi pada jaringan lunak. Oleh karena itu, penting bagi staf medis, terutama siswa radio dan dokter, untuk melakukan tinjauan yang cermat terhadap gambar radiografi dan untuk mempertimbangkan teknik pencitraan tambahan bila diperlukan. Secara keseluruhan, sinar-X tradisional tetap menjadi pemilihan utama dalam mengidentifikasi patah tulang sternum, tetapi harus dikompensasi dengan meningkatkan pengetahuan klinis dan keterampilan teknis staf medis. Di masa depan, pengembangan teknologi radiasi dan peningkatan pemahaman tentang efek radiasi pada penyembuhan jaringan akan menjadi faktor kunci dalam meningkatkan kualitas diagnostik dan penanganan fraktur bintang.
Referensi
Hillejan, L. (2022). Stumpfes Thoraxtrauma (Frakturen: Sternum, Rippen, Zwerchfellruptur, Innere Organe). In Thoraxchirurgie (pp. 1-19). Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg.
Nurlan, A. H. (2023). Korelasi Sternal Gap Pasca Sternotomi Yang Diukur Menggunakan Ultrasonografi Dengan Sternal Instability Scale (Sis) Dan Derajat Nyeri Berdasarkan Numerical Rating Scale (Nrs) (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
Merschin, D., Kerling, F., Winterholler, M., & Stangl, R. (2014). Sternumfraktur bei medikamenteninduzierter Osteopenie. Der Unfallchirurg, 12(117), 1152-1156.
Edwar, P. P. M., Airlangga, P. S., Salinding, A., Semedi, B. P., Sylvaranto, T., & Rahardjo, E. (2018). Kesulitan “weaning” pada kasus flail chest akibat fraktur sternum yang tidak teridentifikasi. JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia), 10(1), 42-50.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI