Mohon tunggu...
Toean Moeda Aldi
Toean Moeda Aldi Mohon Tunggu... Mahasiswa S1 Program Studi Ilmu Ekonomi

Seorang Toean Moeda sekaligus Mahasiswa Ilmu Ekonomi yang doyan diskusi soal isu-isu terkini, intelektualitas, dan hal-hal receh yang kadang serius. Suka baca buku apa aja, dari teori ekonomi sampai cerita petualangan. Suka bikin gagasan dalam menjawab persoalan sosial serta penelitian kecil-kecilan lewat esai atau karya tulis, kadang juga kabur ke gunung buat hiking. Sekarang dipercaya jadi Ketua Umum UKM Pengembangan Intelektualitas, sambil terus belajar dan berbagi lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kondisi Ekonomi Rakyat vs Statistik Negara: Mengapa Sering Bersinggungan ?

14 Februari 2025   09:51 Diperbarui: 14 Februari 2025   09:59 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kadang kita dibuat bingung dengan kondisi perekonomian. Ketika membaca laporan dari pemerintah atau lembaga ekonomi, memberitakan kepositifan kondisi ekonomi, seperti: pertumbuhan ekonomi yang stabil, inflasi terkendali, dan angka pengangguran menunjukan penurunan. Akan tetapi, ketika melihat sekitar masih banyak masyarakat yang memgeluh, hidup yang makin susah, cari pekerjaan susah, harga-harga naik. Lantas bagaimana sih kondisi  perekonomian Indonesia yang sesungguhnya? Sehat atau nggak sih? Dan apa sih yang menjadikan antara data dan kondisi realita di masyarakat kadang terasa bersinggungan? 

Ini Kata Statistik !!!!

 Memang sih, jikalau kita lihat dari data-data statistik yang dikeluarkan pemerintah maupun lembaga ekonomi terlihat cukup baik. Berikut beberapa indikator perekonomian makro yang menunjukan peningkatan: 

Petumbuhan Ekonomi Stabil-Menurut data beredar yang dikeluarkan pemerintah maupun lembaga ekonomi, menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia beberapa tahun terakhir stabil dikisaran angka 5 %.

Inflasi Terkendali - Dilansir dari website resmi Bank Indonesia, kondisi inflasi di Indonesia beberapa tahun terakhir masih dapat terkendali dengan angka di bawah 5 %.

Angka Pengangguran Turun- Meskipun dengan catatan masih ada tantangan di sektor informal. 

Informasi diatas merupakan beberapa berita positif bagi perekonomian Indonesia. Kalau kita lihat dari informasi diatas, kondisi ekonomi Indonesia kelihatan baik-baik saja, malah cenderung mengalami peningkatan. Tapi kenapa masih banyak masyarakat yang masih merasakan berat nya beban ekonomi ?. 

Realita Lapangan: "Hidup Makin Hari Kok Makin Berat Yah?"

 Kalimat diatas seringkali kita dengar dari masyarakat, yang merasa makin hari beban ekonomi makin berat. Meskipun data statistik memberikan informasi positif, realita yang ada menunjukan kondisi ekonomi sehari-hari masyarakat sering bersinggungan. Beberapa kondisi yang sering dirasakan masyarakat: 

1. Harga Kebutuhan Pokok Naik, Dengan Gaji Yang Stagnan.

Tidak dapat dipungkiri kondisi ini memang menyulitkan masyarakat. Terutama bahan-bahan pokok seperti beras, minyak, gula, dan telur, ketika barang-barang tersebut naik akan tetapi gaji yang diterima masyarakat segitu-gitu aja maka akan menimbulkan keresahan di tengah-tengah masyarakat. Memang sih, upah minimum setiap tahun naik, tapi tidak sebanding dengan kenaikan harga bahan pokok, terlebih masih banyak masyarakat yang menerima upah di bawah standard upah minimun. Kebayang pusing tujuh keliling yang dirasakan masyarakat.  

2. Lapangan Kerja Tersedia, Tapi Bagaimana Dengan Kondisi Gajinya ?

Pemerintah dan lembaga-lembaga ekonomi sering memberikan statement bahwa angka pengangguran di Indonesia mengalami penurunan. Statement itu memang dibenarkan, akan tetapi banyak pekerja yang masuk ke sektor informasi atau Gig Economy -- seperti ojek online, freelancers, dan pekerja kontrak. 

Hal ini menciptakan problem baru, yaitu gaji pada sektor informasl ini sering tidak stabil. Di satu sisi, pekerja informal juga rerata tidak memiliki tunjangan kesehatan. Jadi meskipun angka pengangguran turun, hal yang perlu dipertanyakan adalah, apakah mereka hidup dengan layak?

3. Kredit dan Cicilan Semakin Terasa 

Pada masa ini, banyak orang yang mengambil pinjaman dan juga cicilan sebab seringkali gaji bulanan mereka tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan di dukung dengan semakin mudah medapatkan dua hal tersebut. Apalagi sekarang banyak pinjaman-pinjaman online yang ditawarkan beberapa platform. Masalahnya ketika suku bunga naik inilah yang membuat cicilan semakin mahal. 

Kok Bisa sih Berbeda Antara Data dan Realita ?

Sering banget kita bertanya "Kok bisa yah, berbeda antara data statitsik dengan realita lapangan?". Kondisi ini dapat disebabkan beberapa hal, antara lain sebagai berikut: 

1. Data Makro vs Kondisi Lapangan 

Data Makro melihat angka besar dari kesuluruhan populasi. Data menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi tumbuha sebesar 5 %, dari data tersebut menjelaskan kalau rata-rata ekonomi meningkat, tapi nggak semua kalangan merasakan pertumbuhan ekonomi tersebut. Misal pada tahun 2024 pendapatan perkapita mencapai Rp. 78,6 juta, berarti harusnya rata-rata pendapatan yang diterima setiap penduduk di suatu negara dalam satu tahun mencapai Rp.78,6 juta. Akan tetapi realita nya, boro-boro pendapatan puluhan juta, buat kebutuhan sehari-hari aja masih sulit. Pandangan pendapatan perkapita sebagai indikator tingkat kesejahteraan mendapatkan banyak kritikan, salah satunya yang dijelaskan Prof. Sadono Sukirno di dalam bukunya, "Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan." Pada halaman 58 "Dalam bentuk yang lebih spesisifik, nilai pendapatan per kapita sebagai indeks untuk menunjukan perbandingan tingkat kesejahteraan dan jurang tingkat kesejahteraan dikritik karena perbandingan secara demikian mengabaikan adanya perbedaan-perbedaan dalam hal-hal berikut di antara berbagai negara: 

a. Komposisi umur penduduk

b. Distribusi pendapatan masyarakat

c. Pola pengeluaran masyarakat 

d. Komposisi pendapatan nasional

e. Jumlah masa lapang (leisure) yang dinikmati masyarakat

f. Perubahan-perubahan dalam keadaan pengangguran."

2. Inflasi Versi Pemerintah vs Inflasi Versi Rakyat 

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka laju inflasi berdasarkan rata-rata perubahan harga berbagai barang dan jasa. Akan tetapi, angka ini sering kali tidak mewakili apa yang dirasakan masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah. Misal pada tahun 2023 dilansir dari website kementrian keuangan angka inflasi Indonesia berada pada angka 2,61%, dan menurut keterangan dari website tersebut bahwa angka tersebut merupakan angka terendah dalam 20 tahun terakhir, diluar masa pandemi, akan tetapi kenyataannya harga beras premium di penggilingan naik 3,65%. Kondisi ini yang menyebabkan inflasi yang dirasakan jauh lebih tinggi daripada data resmi yang dilaporkan. 

3. Kesenjangan Ekonomi Masih Tinggi

Meskipun data menunjukan perekonomian mengalami pertumbuhan, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang tidak dapat menikmati pertumbuhan ekonomi tersebut, merekamenjadi korban atas tidak meratanya distribusi pendapatan, mengakibatkan yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin melarat. Kondisi ini diperparah banyaknya oknum yang tidak tertib pajak dan para "Tikus Berdasi" suka korupsi atas pajak dan secara tidak langsung merampas nasi dari rakyat miskin.  

Jadi Gimana, Sehat atau Nggak Sih Ekonomi Saat Ini ?!

Jawabannya yah tergantung bagaimana cara kita memandang, kalau dari sudut pandang pemerintah sudah cukup stabil sebab pemerintah mengambil data secara makro atau rata-rata keseluruhan, akan tetapi jikalau melihat dari sudut pandang masyarakat terlebih yang menengah kebawah , tantangan seperti naiknya harga bahan pokok, gaji yang stagnan. Dan kurangnya lapangan pekerjaan masih menjadi momok yang cukup menakutkan. 

Jadi gimana? Mungkin pemerintah lebih mentitik beratkan pada distribusi pendapatan sebagai langkah awal pemerataan kesejahteraan, sebab jikalau hanya berpedoman pada angka-angka pertumbuhan maka seperti yang dijelaskan tadi, masih banyak aspek-aspek yang diabaikan. Sebab perekonomian yang baik dan sehat adalah, perekonomian yang bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan rakyat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun