Mohon tunggu...
Toean Moeda Aldi
Toean Moeda Aldi Mohon Tunggu... Mahasiswa S1 Program Studi Ilmu Ekonomi

Seorang Toean Moeda sekaligus Mahasiswa Ilmu Ekonomi yang doyan diskusi soal isu-isu terkini, intelektualitas, dan hal-hal receh yang kadang serius. Suka baca buku apa aja, dari teori ekonomi sampai cerita petualangan. Suka bikin gagasan dalam menjawab persoalan sosial serta penelitian kecil-kecilan lewat esai atau karya tulis, kadang juga kabur ke gunung buat hiking. Sekarang dipercaya jadi Ketua Umum UKM Pengembangan Intelektualitas, sambil terus belajar dan berbagi lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kondisi Ekonomi Rakyat vs Statistik Negara: Mengapa Sering Bersinggungan ?

14 Februari 2025   09:51 Diperbarui: 14 Februari 2025   09:59 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

c. Pola pengeluaran masyarakat 

d. Komposisi pendapatan nasional

e. Jumlah masa lapang (leisure) yang dinikmati masyarakat

f. Perubahan-perubahan dalam keadaan pengangguran."

2. Inflasi Versi Pemerintah vs Inflasi Versi Rakyat 

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka laju inflasi berdasarkan rata-rata perubahan harga berbagai barang dan jasa. Akan tetapi, angka ini sering kali tidak mewakili apa yang dirasakan masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah. Misal pada tahun 2023 dilansir dari website kementrian keuangan angka inflasi Indonesia berada pada angka 2,61%, dan menurut keterangan dari website tersebut bahwa angka tersebut merupakan angka terendah dalam 20 tahun terakhir, diluar masa pandemi, akan tetapi kenyataannya harga beras premium di penggilingan naik 3,65%. Kondisi ini yang menyebabkan inflasi yang dirasakan jauh lebih tinggi daripada data resmi yang dilaporkan. 

3. Kesenjangan Ekonomi Masih Tinggi

Meskipun data menunjukan perekonomian mengalami pertumbuhan, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang tidak dapat menikmati pertumbuhan ekonomi tersebut, merekamenjadi korban atas tidak meratanya distribusi pendapatan, mengakibatkan yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin melarat. Kondisi ini diperparah banyaknya oknum yang tidak tertib pajak dan para "Tikus Berdasi" suka korupsi atas pajak dan secara tidak langsung merampas nasi dari rakyat miskin.  

Jadi Gimana, Sehat atau Nggak Sih Ekonomi Saat Ini ?!

Jawabannya yah tergantung bagaimana cara kita memandang, kalau dari sudut pandang pemerintah sudah cukup stabil sebab pemerintah mengambil data secara makro atau rata-rata keseluruhan, akan tetapi jikalau melihat dari sudut pandang masyarakat terlebih yang menengah kebawah , tantangan seperti naiknya harga bahan pokok, gaji yang stagnan. Dan kurangnya lapangan pekerjaan masih menjadi momok yang cukup menakutkan. 

Jadi gimana? Mungkin pemerintah lebih mentitik beratkan pada distribusi pendapatan sebagai langkah awal pemerataan kesejahteraan, sebab jikalau hanya berpedoman pada angka-angka pertumbuhan maka seperti yang dijelaskan tadi, masih banyak aspek-aspek yang diabaikan. Sebab perekonomian yang baik dan sehat adalah, perekonomian yang bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun