Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan Rabu Abu dan Hari Valentine untuk Pemilu 2024

14 Februari 2024   19:10 Diperbarui: 14 Februari 2024   19:14 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemberian Bansos oleh Pemerintah (Sumber Foto: Kompas.com)

Tanggal 14 Februari 2024 sangat istimewa. Hari itu kita merayakan Rabu Abu, Hari Valentine, dan Pemilu. Ada pesan menarik untuk politisi dari hari spesial ini.

Rabu Abu adalah hari rabu yang menandakan hari pertama dibukanya masa Prapaskah bagi umat Katolik. Prapaskah adalah masa puasa dan pantang selama 40 hari sampai pada Hari Raya Paskah. Dalam tradisi Gereja Katolik, saat Rabu Abu umat ditandai abu di kening menggunakan abu.

Yesus memberikan tips dan trik bagaimana menjalankan laku tobat di masa Prapaskah. Berikut kutipannya, "Aku berkata kepadamu: Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

"Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri di rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya supaya mereka dilihat orang.

"Aku berkata kepadamu, 'Mereka sudah mendapat upahnya'. Tetapi jika engkau berdoa masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi.

"Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berpuasa janganlah muram mukamu seperti orang munafik.

"Mereka mengubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu, 'Mereka sudah mendapat upahnya'.

"Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Kutipan yang diambil dalam Injil Matius ayat 6 itu menunjukkan bagaimana Yesus minta kita tidak pamer saat puasa, doa, dan sedekah. Laku tobat yang kita perbuat, biarlah Tuhan saja yang mengetahuinya. Bahkan, kita pun tidak mengharapkan bahwa apa yang kita lakukan cukup membuat dosa kita dihapus atau masuk ke surga.

Mereka yang beriman Katolik, jika berdoa, berpuasa, dan bersedekah tidak pernah punya motivasi untuk menabung pahala. Motivasinya hanya menjalankan perintah Tuhan. Apakah itu akan dipertimbangkan sebagai amal ibadah oleh Tuhan, bodo amat! Kita tidak peduli, karena ganjaran atas apa yang kita lakukan bukanlah urusan kita lagi. Kita berbuat baik, karena kita ingin berbuat baik. Titik!

Jika tetap dikejar, mengapa kita bersikap seperti itu? Mungkin jawabannya bisa dilihat dari simbol abu. Umat Katolik ditandai abu untuk menyimbolkan bagaimana kita yang lemah, hina, tidak berharga, penuh dosa. Lihatlah nasib debu di meja dan kursi, pasti disingkirkan. Jika banyak debu di jendela dan lantai rumah, pasti kita kesal. 

Debu itu adalah diri kita, maka tidaklah layaklah kita sebagai debu mengharapkan pujian atas apa yang kita lakukan. Siapalah kita yang minta diperhatikan amal baktinya supaya bisa masuk surga. Sebagai debu, sungguh sepantasnyalah kita dengan rendah hati melakukan doa, puasa, dan bersedekah tanpa mengharapkan apapun sebagai balasan.

Ajakan untuk laku tobat dengan tulus di masa Prapaskah mendapat tambahan motivasi di hari ini, saat kita merayakan Hari Valentine. Perayaan yang kita juga sebut sebagai Hari Kasih Sayang ini bukan untuk hari cinta-cintaan. Apalagi hari untuk kita berbuat zinah atau dosa.

Cinta Agape dan Etika Politik

Hari Velentine adalah perayaan universal karena kita semua didorong untuk mempraktikkan cinta kasih agape. Cinta agape membuat kita mencintai orang lain sebagai subyek, tanpa pamrih, tanpa syarat, utuh, dan penuh pengorbanan.

Paling mudah, kasih Agape itu seperti kasih Tuhan. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap" (1 Korintus 13:4-8).

Kasih Agape juga ini sejalan dengan prinsip etika Aristoteles yang disampaikan oleh Dr. Augustinus Setyo Wibowo, dosen Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Menurutnya, kalau orang berbuat baik, tujuan dari berbuat baik itu ada di dalam tindakan itu sendiri.

"Kalau orang berbuat baik itu tidak mengharapkan apa-apa. Jika orang berbuat baik tapi mengharapkan sesuatu, itu bukan berbuat baik. Justru karena berbuat baik, maka tidak mengharapkan apa-apa," kata Wibowo dalam acara "Seruan Jembatan Serong II: Nurani Memanggil," Senin, 5 Februari 2024.

Berbuat baik secara etis itu sangat situasional. Misalnya, orang yang memberi beras kepada orang lain itu baik. Tetapi, kita harus lihat kapan orang itu memberikan berasnya, jumlahnya berapa, untuk apa dan dengan cara apa? Menurut Wibowo, prinsip tindakan dan cara penerapan konkretnya tak bisa dipisahkan. Hanya orang yang bijaksana, yang melakukan perbuatan baik dengan melihat situasi sekitar.

Karena, tambah Wibowo, kepuasan yang didapat dari berbuat baik berada di dalam tindakan berbuat baik itu sendiri. Berbuat baik itu ya tindakan berbuat baik itu sendiri. Hasilnya tidak peduli, juga tidak peduli soal kebenarannya. Orang yang berbuat baik punya keyakinan bahwa hal ini harus dilakukan, tanpa meletakkan pamrih di sana.

"Ini agak sulit menerangkan pada teman-teman di politik," kata Wibowo.

Pemberian Bansos oleh Pemerintah (Sumber Foto: Kompas.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun