Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Komunikasi Bisu, Kompasiana, dan Jalan Sunyi Berbalas Puisi

3 Juli 2019   12:13 Diperbarui: 3 Juli 2019   13:37 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: Dokumentasi Pribadi

"Definisi kesepian yang sebenarnya adalah hidup tanpa tanggung jawab sosial" Goenawan Mohamad

Ketika seseorang tak mampu mengungkapkan ide dan gagasan dalam dirinya. Maka yang lahir adalah kekesalan yang memenuhi hatinya. Kekesalan yang paling mudah adalah dengan makian kasar atau kekerasan fisik.

Menurut Hannah Arendt (Teoretikus Politik Jerman 1906-1975), Kekerasan adalah bentuk komunikasi bisu, acapkali dilakukan oleh orang-orang yang belum memahami dirinya. Dari sisi filsafat, seseorang yang belum selesai dengan dirinya, akan menjadi "ancaman" bagi orang lain.

Ancaman itu, secara tak sadar menjadi aura negatif yang mempengaruhi orang lain saat berinteraksi. Jalinan persahabatan bertukar bentuk menjadi permusuhan, kerinduan menjadi kebencian, dan kebahagiaan menjadi penderitaan.

Orang-orang yang terkurung dalam komunikasi bisu, akhirnya terjebak dalam penguasaan amarah. Jika bentuk komunikasi bisu itu adalah kekerasan berupa satu gelas kaca. Tak akan pernah ada penyelesaian masalah jika "diadu" dengan gelas yang lain. Pecahan-pecahan gelas kaca tersebut, bakal menghadirkan "anak-anak" masalah yang semakin banyak.

Sehingga butuh adanya pemantik baru, agar orang-orang tersebut terlepas dari jeratan dan belenggu amarah dalam perangkap komunikasi bisu.

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com

biarkan larik-larik puisi menyepi, menempuh jalan-jalan sunyi

menguji dan menyigi ragam diksi, menebar warna-warni pelangi arti.

Perlawanan Jalan Sunyi Sastra Terhadap Komunikasi Bisu
Ada istilah "sastra adalah pelembut jiwa", dan aku salah satu yang sepakat dengan istilah itu. Parameter sederhananya, banyak kulihat penggiat sastra yang "terperangkap" pada raga yang kasat mata sangar, namun memiliki sentuhan midas yang merontokkan hati para bidadari yang turun menyertai embun di pagi hari. Ahaaay...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun