Mohon tunggu...
Akhmad Faishal
Akhmad Faishal Mohon Tunggu... Administrasi - Suka nonton Film (Streaming)

Seorang pembaca buku sastra (dan suasana sekitar) yang masih amatiran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

First Travel dan Bentuk Kedewasaan

23 Agustus 2017   14:44 Diperbarui: 23 Agustus 2017   14:54 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Polisi mungkin tidak mempunyai model dalam upaya pencegahan kriminalitas, begitu juga dengan BNN. Kriminalitas, walaupun terdakwa atau pelaku dimasukkan ke dalam penjara, toh kriminalitas tetap tak berkurang. Tentu saja, ini merupakan tamparan keras yang nampaknya tidak terasa oleh petugas keamanan. Mereka tidak mempunyai model dalam upaya pencegahan. Anda sekalian pasti pernah menonton film "Catch Me if You Can" yang dibintangi oleh Leonardo di Caprio, sebuah film dalam upaya menangkap penjahat tapi dengan upaya yang keras sang penjahat berhasil ditangkap dan malah dijadikan rekan dalam upaya kejahatan pemalsuan.

Kita selalu dikelilingi oleh orang-orang yang berusaha menggeruk keuntungan, uang selalu menjadi prioritas utama. Dengan uang kita dapat berbelanja apapun, berkelana kemana pun dan tentu berkuasa atas apapun, setidaknya penulis menangkap gambaran pemilik First Travel. Film-film Leonardo di Caprio yang lain berjudul "The Wolf of Wall Street" juga harus ditonton sebagai bentuk pembelajaran (sosialisasi) kepada masyarakat dalam upaya mencegah tertipu oleh bentuk investasi dalam hal ini mempelajari terlebih dahulu sebelum melakukan kesepakatan jual-beli. "The Wolf" yang selalu 'lapar' membidik para konsumen yang 'lapar' juga, ingin selalu invest tanpa melihat apa yang ada dibalik layar.

Begitu pula dengan apa yang terjadi di dalam First Travel, para jama'ah hanya melihat promo tidak melihat realitasnya bagaimana. Mereka terlanjur membeli paket murah dan sesegera mungkin diberangkatkan menuju ke Arab Saudi untuk melakukan umroh. Tidak tanggung-tanggung menurut berita yang beredar yang belum diberangkatkan mencapai puluhan ribu orang dan utang ratusan Milyar. Berita ini mengguncang seluruh perasaan rakyat, ingin dibantu ibadah (amanah) kok malah dipermainkan.

Penulis merasa bahwa pemilik suami-istri masih belum dikategorikan sebagai kedewasaan. Mereka melakukan hal romantis yang di-share di medsos menggunakan duit para jama'ahnya, sesuatu yang persis (hanya beda bentuk) dilakukan saat muda atau SMA dahulu. Jika, waktu itu pacaran, makan bareng dan nonton berdua menggunakan duit orang tuanya, maka mereka ketika dewasa menggunakan duit jama'ahnya. Sampai kapan mereka terus-terusan menjadi anak kecil yang selalu menggantungkan harapan pada orang lain?

Sosialisasi selalu terdiri dari empat tahapan, prepartory stage, play stage, game stage dan generalized other. Di dalam Sosiologi, terutama bab tersebut pasti dipelajari, bahwa interaksi anak sampai dewasa selalu diliputi oleh interaksi, entah itu bentuk imitasi, identifikasi, sugesti, empati maupun simpati. Dengan semua itu mereka akan membentuk karakter diri yang nantinya mereka akan bawa masuk ke dalam generalized other. Mereka akan belajar mengenali diri dan orang lain, membentuk sebuah kesatuan dan pada tujuan akhir sebuah integritas.

Dengan demikian, kita perlu menguatkan generasi muda kita untuk belajar mengenai etika dan estetika. Pemerintah perlu mengubah dan merevolusi bentuk kurikulumnya, memisahkan jam pada guru, murid dan pns lainnya. Jangan lantas, karena gurunya pns harus masuk delapan jam dan murid mengikuti, untuk menyamakan dengan pns lain jelas kurang tepat. Mendikbud harus membuat kurikulum yang benar-benar berkaitan dengan mental dan karakter sang anak didik, terutama anak-anak SD hingga SMA. Jika matematika dipelajari pada waktu kelas enam lebih baik mengapa tidak, karena kelas 1 hingga 5 hanya disisipi saja dan fokus mereka untuk diperkenalkan mengenai Pancasila, Toleransi dan Tenggang Rasa.

Mari selamatkan bangsa dari generasi-generasi yang merusak dan tidak pernah dewasa, mencuri, membunuh, merampok, saling gunjing dan kejahatan lainnya. Mereka melakukan karena sejak kecil tidak diajari tata kelakukan yang tepat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun