Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pengaruh Hoaks Ratna Sarumpaet terhadap Elektabilitas Capres Joko Widodo dan Prabowo Subianto

8 Oktober 2018   13:59 Diperbarui: 9 Oktober 2018   14:46 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://simomot.com/2014/07/01/elektabilitas-terbaru-prabowo-dan-jokowi-pertarugan-makin-sengit/

Faktor-faktor ini tentu saja lebih cocok berpengaruh langsung kepada kandidat capres petahana, karena sedang berstatus sebagai Presiden aktif. SMRC mencatat faktor ekonomi paling dominan terhadap eletabilitas Jokowi, khususnya angka atau tingkat inflasi yang dicapai. Pada tataran inflasi ini, dapat diartikan bila inflasi semakin tinggi, artinya harga-harga akan semakin naik, maka elektabilitas Jokowi akan turun. Wajar sekali, karena harga barang kebutuhan pokok langsung dirasakan oleh publik atau rakyat.

Sangat wajar kalau pihak kontestan lainnya akan memanfaatkan masalah faktor ekonomi untuk menawarkan solusi mengatasinya bila mereka terpilih. Kritik keras dan pedas bahkan ekstrim akan dilakukan oleh pihak kontestan lawan untuk melemahkannya. Tidak hanya inflasi saja, tetapi juga ketika kurs rupiah terhadap dollar AS semakin menurun, itu menjadi indikasi tentang lemahnya kebijakan ekonomi pemerintah, capres petahana untuk dikritisi.

Hal lain yang dihasilkan dari survey SMRC adalah bahwa aspek kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi sebagai Presiden menjadi faktor penentu mengapa elektabilitasnya terus tinggi. Bayangkan saja angkanya mencapai 73,4% responden merasa puas hasil kerja pembangunan dibawah kepemimpinan Jokowi. Dan hanya 25,4% yang merasa tidak puas. 

Angka ini, yaitu 73,4% menjadi indikator yang sangat kuat bahwa Jokowi sangat sukses dan berhasil memimpin Indonesia hingga saat ini. Dia memang berhasil dan sukses untuk membawa perubahan keadaan negeri yang sangat majemuk ini

Bagaimana Pengaruh Hoaks?

Secara umum harus diakui bahwa Jokowi selama ini lebih banyak menjadi korban hoaks ketimbang dia membuat atau menciptakan hoaks untuk kepentingan dirinya sendiri. Hal yang berbeda dengan pihak lain, kasus hoaks RS misalnya. 

Lebih menarik lagi karena ketika hoaks-hoaks dilontarkan kepadanya, Jokowi nyaris tidak memberikan respons yang signifikan. Artinya, Jokowi terus saja bekerja, kerja dan bekerja. Orang sibuk berhoaks ria, sementara Sang Presiden sibuk untuk terus bekerja dan berada ditengah-tengah rakyatnya.

Itu sebabnya, publik melihat dan memahami Jokowi sebagai pribadi yang rendah hati, yang tidak rakus pada kekuasaan dan harta, walaupun kesempatan itu tersedia baginya untuk melakukannya. Ini difahami oleh publik bahwa Presiden RI ini betul-betul hati, pikiran, jiwaraganya untuk rakyat negeri ini, untuk membuat perubahan bagi masyarakat negeri ini, untuk mengejar ketertinggalan republik ini yang seakan terbiarkan sekian puluh tahun,

Pemahaman ini sangatlah kuat terasa ditengah-tengah rakyat. Bahkan nyaris tidak ada kelemahan Jokowi sebagai presiden republik ini. Seakan-akan dia hadir dimana-mana tempat di seantero wilayah bumi nusantara ini. Nyaris tidak lagi tidur lama-lama di istananya di Jakarta, karena lebih banyak berada ditengah-tengah rakyat. Lihat saja Gempa dan Tsunami di Palu, dalam seminggu Jokowi sudah beberapa kali disana, hanya untuk memastikan bahwa semua penanganan dilakukan dengan benar dan tuntas.

Perjalanan 6,5 bulan kedepan masih panjang sebagai sebuah perjuangan politik, terutama ketika banyak halangan, tantangan dan cobaan diperjalanan itu, seperti munculnya gempa bumi, tsunami, munculnya konflik politik ditengah-tengah masyarakat, dan masalah lainnya. Ini perlu dan dibutuhkan sebagai uji coba tentang kualitas para capres sebagai pemimpiin dan orang nomor satu di negeri ini. Indonesia membutuhkan seorang Presiden yang mampu membawa perubahan mendasar bagi kemajuan dan masa depan Indonesia. Yaitu, memasuki tahun 2030 saat bonus demografi mulai dirasakan oleh Indonesia, dan kedua, memasuki tahun 2045, yang diyakini menjadi tahun penting bagi Indonesia untuk menjadi salah negara besar yang ekonominya ikut mendominasi ekonomi global.

Tak ada pemimpin yang hebat, berkarakter kuat, berintegritas tinggi, dan memiliki kerendahan hati yang prima serta kemampuan manajerial yang kokoh tanpa melalui proses panjang dan penuh tantangan. Indonesia membutuhkan presiden yang hebat !

Yupiter Gulo, 8 Oktober 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun