Mohon tunggu...
Yogi Wibowo
Yogi Wibowo Mohon Tunggu... Swasta -

just a simple person

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Dari Negeri 2 Benua ke Negeri 2 Benua : Mempromosikan Wisata, Budaya Bersih dan Senyum Milik Indonesia.

9 Oktober 2016   19:15 Diperbarui: 9 Oktober 2016   19:58 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penutur Bahasa Turki (Turkic Language System). Sumber : http://www.gmbs15.org/turkic-peoples-of-the-world

Jalan-Jalan mewujudkan mimpi ke luar negeri sudah biasa. Tapi, kalau mewujudkan impian orang luar negeri untuk jalan-jalan ke Indonesia? Itu baru luar biasa. hihihi

Ini adalah sedikit kisah tentang hal yang pernah, sedang dan akan terus saya lakukan sebagai bentuk partisipasi mendukung Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS) yang dicanangkan oleh Kemenko Maritim sejak 19 September 2015. Sekaligus, sebagai usaha untuk memperkenalkan Pariwisata Indonesia lebih luas ke luar negeri. Yaitu, mendatangkan turis berbahasa Turki ke Indonesia. Ya, turis yang khusus berbahasa Turki..Lalu kenapa mesti Turki?

FAKTA, DATA dan PELUANG

Dilatarbelakangi sebuah FAKTA, bahwa Indonesia memiliki potensi wisata yang luar biasa. Zamrud Khatulistiwa dengan 17.504 pulau, Indonesia menawarkan wisata alam, atraksi budaya, keanekaragaman hayati, serta keunikan kuliner yang memikat pada siapa saja. Rasanya, mustahil jika para turis yang berasal dari luar negeri tak mau berkunjung ke Indonesia. Mustahil…

Sayangnya, yang saya cermati hingga saat ini,  promosi wisata Indonesia masih banyak menyasar negara-negara yang sudah sejak dulu familiar di telinga orang Indonesia. Hal ini setidaknya terlihat dari DATA Badan Pusat Statistik (BPS) yang bisa dilihat di sini . Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa sejak tahun 2002 – 2014, kebanyakan turis mancanegara yang datang ke Indonesia mayoritas berasal dari wilayah Amerika Serikat, Australia, Negara-Negara Eropa Barat (Belanda, Perancis, Jerman dan Inggris), Asia Timur (Korea Selatan dan Jepang) serta Asia Tenggara yang diwakili oleh Singapura, Thailand dan Malaysia. Kesemuanya, adalah negara-negara yang memang sudah sejak dulu cukup familiar bagi orang Indonesia. Sejalan dengan data tersebut, hingga Mei 2016, jumlah turis mancanegara yang datang ke Indonesia berjumlah 4,33 juta. Mayoritas masih berasal dari Negara-negara yang sangat familiar bagi kita yaitu : Australia, Singapura, Malaysia, Jepang dan Korea Selatan (Sumber berita : https://m.tempo.co/read/news/2016/07/30/090791875/hingga-mei-2016-jumlah-wisatawan-mancanegara-ke-indonesia-capai-4-33-juta

 

Masih dari data di atas, tidak ada disebutkan jumlah turis asing yang berasal dari negara-negara penutur Bahasa Turki (Turkic Language System), seperti Republik Turki sendiri, negara-negara Asia Tengah,  serta beberapa negara/negara bagian lain yang ada di wilayah Rusia, China dan Eropa Timur. Pada data milik BPS tadi, memang ada kategori "Asia Pasifik Lainnya", akan tetapi tidak dijelaskan apakah mencakup negara Asia Tengah atau tidak. Kalau lihat di berbagai sumber, istilah "Asia Pasifik" tidaklah termasuk negara-negara Asia Tengah. Kalau pun termasuk, peringkatnya di data milik BPS tersebut masih berada pada urutan paling bawah. Ini menunjukkan bahwa turis yang berasal dari negara-negara penutur bahasa Turki (Turkic Language System) masih sangat sedikit. Mengapa demikian?

Faktor bahasa disinyalir menjadi salah satu penyebabnya. Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional tampaknya telah mendominasi semua aspek kehidupan di muka bumi ini, termasuk bidang pariwisata. Hanya orang-orang yang bisa berbahasa Inggris sajalah yang berani berpetualang menjelajah ke luar negeri. Sebaliknya, mereka yang tak menguasai Bahasa Inggris biasanya akan enggan, takut atau malas untuk melakukan "information seeking" untuk travelling ke luar negeri.

Di negara-negara penutur Bahasa Turki seperti disebutkan tadi, biasanya warga tidak menguasai Bahasa Inggris. Kepopuleran Bahasa Inggris masih kalah dengan bahasa Turki atau Bahasa Rusia. Ini yang diduga menyebabkan banyak orang enggan pergi travelling ke luar negeri terutama ke negara-negara di mana Bahasa Inggris lebih popular, termasuk ke Indonesia.

Hingga kini pun, saya mencermati bahwa promosi-promosi wisata Indonesia kebanyakan menggunakan Bahasa Inggris untuk menyasar negara-negara maju yang memang berpredikat sebagai “English Spoken Countries”, alias negara-negara penutur Bahasa Inggris (atau setidaknya familiar dengan Bahasa Inggris). Selain Inggris, ada juga menggunakan Bahasa Jepang, Korea, Perancis, Belanda yang memang bagi kita sudah sangat familiar.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun