Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Danau Toba Bukan Tempat Sampah

3 Juli 2019   16:03 Diperbarui: 3 Juli 2019   17:47 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hati saya sangat sedih sekali ketika melihat kepulan asap hitam yang berasal dari sampah-sampah di pinggiran mulut Danau Toba.

25 Juni 2019, sebuah truk kuning dengan pemerintah kota Simalungun Sumatera Utara terlihat dengan jelas membongkar muatan sampahnya di Tanggabatu, Batu Dua Kecamatan  Horisan Haranggaol.   

Sungguh pemandangan itu sangat memprihatinkan.  Ditengah usaha Pemerintah Pusat mempromosikan Danau Toba sebagai wisata dunia.  Presiden Joko Widodo telah menetapkan kawasan ini sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).  

Oleh karena itu  dibangunlah infrastruktur yang sangat bagus yaitu perbaikan Jalur Lingkar Danau Toba dan Jalur Lingkar Samosir.  Perbaikan kedua infrastruktur ini demi memenuhi standar jalan nasional, karena sebelumnya sudah rusak.

Selain itu juga dibangun Jalan Tol Medan-Parapat,  tahap pertama sudah dibangun Tol Medan-Kualanamu-Tebing tinggi sepanjang 61,7 kilometer. Juga dibangun bandara Silangit sebagai bandara internasional, meningkatkan wisatawan asing maupun domestik datang ke Toba.

Segala akses dan infrastruktur sudah dibenahi, tapi sayang seribu sayang bahwa Pemerintah Kota  Simalungun sendiri tidak menjaga keindahan Danau toba dengan membuang sampah di tepi danau Toba.

kompas.com
kompas.com
Sampah sebelumnya juga masih terlihat menandakan bahwa bukan sampah yang ditumpahkan tanggal 25 Juni saja, tetapi sudah jadi kebiasaan untuk membuang sampah di tempat yang sama berbulan-bulan.

Ketika seorang jurnalis bertanya kepada  Sabolas Pasaribu sebagai Camat Haranggaol , siapa yang menyuruh buang sampah di Danau Toba dan mengapa di buang di sana?

Jawaban dari Sabolas Pasaribu,  "Saya tidak tahu, saya hanya minta sampah di bakar saja, saya tidak menyuruh membuang di sana!     Alasan buang di Danau Toba karena ditolak oleh Birokrat di suatu tempat yang biasanya kami buang sampah", katanya.

Ketika pertanyaan dilanjutkan : "Apakah Bapak menyadari bahwa Pemerintah Pusat sudah berusaha untuk mempromosikan Danau Toba sebagai destinasi wisata dunia?"

Jawabnya sangat singkat: "Ya!"

Ketika dalam percakapan skype antara seorang jurnalis Metro dengan Wilmar Simajorang ,seorang  Pemerhati Lingkungan atau Aktivis Lingkungan, "Apakah kesan Bapak dengan adanya pembuangan sampah di Simalungun, tepi Danau Toba?"

Jawabanya yang sangat lugas,  "Saya prihatin sekali seharusnya Camat tidak menyuruh anak buahnya membuang sampah di tepi Danau Toba.    Pemerintah pusat sudah demikian berusaha mempromosikan dan membangun infrastruktur untuk Danau Toba, tetapi justru orang lokal sendiri yang tidak bisa memelihara kebersihan bahkan merusak lingkungan Danau Toba"

Harapan dari Bapak Wilmar agar tidak terjadi lagi yaitu dengan edukasi yang jelas kepada warga melalui instruksi  Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.   Edukasi yang diikuti dengan aksi nyata bukan hanya slogan saja.   Ada Action plan dari Pemerintah Daerah untuk terselenggaranya kebersihan Danau Toba.

Fakta tentang Danau Toba:

Luas dalam kawasan hutan : 24.460HA  dan di luar kawasan hutan 5.151HA.  Lahan kritis daerah tangakpan air Danau Toba seluas 29.611HA, atas inisiatif Pemerintah mengembangkan jenis tanaman Macadamia.   Pengembangan ini dimaksudkan untuk memulihkan lahan kritis.

Kondisi Danau Toba saat ini berbeda dengan kondisi tahun 1960.  Pada tahun 1960 kaya akan sumber daya alam, ikan mujair salah satu sumber penghasilan warga pinggiran.

Saat ini, 80% dipenuhi dengan residu pakan ikan , membentuk lumpur di dasar danau dengan ketebalan rata-rata 20 cm.   Penerbaran 262 ton per hari pakan ikan yang ditaburkan ke dalam danau Toba.  Sayangnya hal ini justru mengakibatkan  1.200 unit KAI  terkontaminasi limbah pakan ikan.Makin parahnya bermuculan jaring apung milik perusahaan swasta.

Menyedihkan sekali penggunaan bahan kimia pertanian, kapal-kapal bermesin diesel dan pembungan oli mempercepat rusaknya biota danau.

Menyedihkan Lingkungan dan biota Danau Toba yang sedang digalakkan untuk promosi  wisata dunia bahkan sedangkan diusahakan untuk diakui oleh Unesco,  justru sedang menurun drastis karena dirusak oleh warga lokal sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun