Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Belajar untuk menjadi bagian dari penyebar kebaikan

BEKAS ORANG GANTENG, Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Orang Terkaya

13 Juli 2019   12:53 Diperbarui: 20 September 2020   22:40 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Karena Bang Hamidpunyai pesawat televisi.”

Bantahan ketidakpuasan pun berlontaran meskipun kami mengakui bahwa hanya Bang Hamid satu-satunya orang yang mempunyai pesawat televisi.

“Harga pesawat tak sampai seharga seekor kerbau atau harga tanah Babah Liem!”

“Berat pesawat televisi, aki dan antenanya tidak seberapa dibanding dengan berat seekor kerbau.”

 “Masih lebih kaya Bang Amung, pemilik pohon mangga ini kalau begitu. Coba kau hitung, berapa jumlah seluruh buah mangganya, tidak terhitung bukan? Kalau biji-bijinya ditanam, berapa banyak pohon yang akan tumbuh. Jika setiap pohon berbuah, maka banyak sekali buahnya. Orang sedunia kebagian!”

“Tidak bisa. Tetap lebih kaya Bang Hamid.”

Sebenarnya kami tidak puas, tapi tidak berdaya melunakkan keras kepalanya anak itu.Maklumlah,  dalam berbagai haldia tak pernah mau mengalah andai pun sebenarnya dia yang jelas salah. “Keras kepalanya bawaan orok!” kata teman-teman.   Selalu saja ada argumen untuk memperkuat pendapatnya. Sebagaimana biasa jika sudah berbantahan anak-anak lain terpaksa mengalah.

“Di dalam televisi apa saja ada, nilainya tidak terhingga.” Dia berargumen, tak mau kalah. Dia mencoba bernyanyi menirukan lagu pembuka acara yang digemari banyak orang. “S-A-F-A-R-I, Safariiiiiiii!”  Dia merasa palingbenar. Dia tidak main-main bahwa menurutnya Bang Hamid adalah orang terkaya. Kami terpaksa mengalah dan terpaksa setuju karena kalau tidak, kami dianggap tidak pro Bang Hamid. “Teman-teman, kalian setuju bukan?  Bagi yang tidak setuju jangan harap nanti malam bisa nonton Kamera Ria!” ancamnya.

Dimana lagi kami bisa menonton  televisi kalau bukan di rumah Bang Hamid. Hampir setiap malam kamimenonton televisi di rumah Bang Hamid. Seringkali di antara kami absen mengaji demimenonton acara pavorit dan mendapatkan posisiyang strategis. Bang Hamid tidak pernah melarang jika ada anak-anak yang datang sebelum magrib hanya ingin menonton  televisi lebih awal, terlebih terhadap anak-anak yang banyak jajan di warungnya.

Bang Hamid adalah orang pertama dan satu-satunya yang mempunyai pesawat televisi di kampung kami ketika itu. Pesawat televisinya hitam-putih, 12 inci, berkover merah, powernyaaki 12 volt. Setiap empat hari akinya disetrum di dekat pasar kecamatan.   Hampir setiap malam, terlebih malam Minggu orang separuh kampung tumplek di rumahnya untuk nonton televisi. Imbasnya, dagangan warungnya laris. Selain berjualan aneka jajanan warung istrinya berjualan aneka gorengan. Seolah, berkat pesawat televisi itu kekayaan Bang Hamid terus bertambah. Selain buka warung, Bang Hamidjuga sebagai tengkulak lowa, yakni keranjang terbuat dari anyaman bambu.Dia mengumpulkan barang dagangan dari para perajin. Salah satu pelanggannya adalah ayah anak laki-laki keras kepala tadi. Jika kekurangan uang, ayahnya meminta bayar di muka atas lowa yang akan dikerjakanya. Saat dagangan Bang Hamidterkumpul juragan pemborongnya datang dengan mobil truk engkel. Ribuan pasang lowa diangkut ke Tanjung Periuk.Pendeknya, usaha Bang Hamid mengalami naik daun. Rezekinya lancar.

Inilah masa kejayaan Bang Hamid di usia kepala tiga. Anak-anaknya pun bangga dengan pencapaian orang tuanya. Karena orang tuanya kaya, mereka layak disebut anak orang kaya. Kekayaan orang tua kami jauh berada di bawahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun