Mohon tunggu...
Umi Setyowati
Umi Setyowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga

Wiraswasta yang suka membaca dan menulis fiksi sesekali saja.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Perempuan dari Blambangan (1)

9 Agustus 2017   11:38 Diperbarui: 10 Agustus 2017   00:56 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: gaddafi-momen.blogspot.com

Di waktu yang lain. Kami berencana malam minggu mau refreshing putar-putar kota bersama teman -temannya yang lain. Letih lahir batin rasanya, antara waktu kuliah dan kerja berkejaran. 

Sial! Tiba -tiba malam minggu itu ada yang datang tanpa diundang. Yang pernah kukatakan  pada Noval bukan orang penting. 

Aku sudah gelisah, sebentar lagi Noval pasti datang menjemput.Bagaimana caranya?  mau ngomong apa? Supaya tidak membuat tamuku tersinggung kalau kukatakan aku ada acara. 

Herannya kok sepertinya jarum jam lambat bener jalannya. Sebentar -sebentar  kulirik jam di pergelangan tangan kananku. 

Hemm ..bener aja, di  tengah rasa  tidak nyamanku duduk, kudengar suara motor Noval berhenti di depan pagar.  Kulihat dia berjalan menuju halaman. Kutunggu sampai dia berdiri di pintu. 

"Vin,  sudah ditunggu arek-arek di  depan gang! Ooh ada tamu, sorry..sorry, " tergopoh-gopoh Noval melihat ke orang yang duduk di ruang tamuku dan mengucap salam. 

"Gak papa, masuklah kenalin dulu, "

Mereka berkenalan saling menyebut nama. Aku beranjak ke dalam membuat minuman. Kudengar Noval bertanya-tanya pada tamuku. Keja di mana, Mas? Kuliah di mana. Tinggalnya di mana. Banyak sekali pertanyaan Noval. Berlagak kayak investigator saja, batinku menahan tawa. 

Gegas aku keluar sebelum Noval lebih banyak bertanya yang mungkin bisa  membuat orang itu grogi. Lalu kuletakkan secangkir kopi di atas meja untuknya. 

Sedikit obrolan basa-basi kami bertiga, tamuku kelihatan merasa kurang nyaman lagi,  lalu dengan sopan berdiri  dan  permisi pamit pulang. Syukur deh, itu yang kami harapkan. 

Setelah sosoknya tidak tampak lagi, aku menghela napas lega. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun