Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Akuntan - Lifelong Learner

hidup sangatlah sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya | -Pramoedya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Wahai Mahasiswa, Presentasi (Bukan) Momok yang Menakutkan

22 Juni 2019   13:06 Diperbarui: 22 Juni 2019   16:06 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi presentasi | sumber: www.annalect.fi

Presentasi adalah satu hal yang tidak bisa ditinggalkan, terutama di dunia perkuliahan. Presentasi bagi mahasiswa, ibarat nasi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Baik untuk tugas kelompok, tugas pribadi, perlombaan, seminar proposal, hingga sidang akhir nanti, tidak terlepas dari apa yang disebut.

Selain itu, presentasi juga digadang-gadang lebih sulit dibanding menulis. Jika menulis, kita mempunyai waktu berpikir untuk memperbaiki. Namun, jika presentasi, kesalahan harus diminimalisir, karena kamu bukan lagi sedang bersama dirimu sendiri, tapi kamu sedang disaksikan oleh seluruh orang yang berada dalam ruangan.

Salah satu penyakit yang sulit hilang ketika presentasi adalah gugup alias dag-dig-dug. Hal ini terjadi terutama bagi kamu yang jarang melakukan berbicara di depan umum. Apalagi jika orang yang maju sebelum kamu, memiliki penampilan yang luar biasa. 

Selain itu, rasa takut juga ikut bersamaan dengan gugup. Takut tidak bisa menyampaikan dengan baik, takut ada kesalahan, takut dengan pertanyaan yang akan muncul, dan lain-lain. Hal ini menyebabkan banyak mahasiswa yang menganggap bahwa presentasi adalah momok yang menakutkan.

Padahal apabila kita mempelajarinya, presentasi tidaklah semenakutkan itu. Bahkan presentasi bisa menjadi ajang unjuk gigi dalam pemahaman pada suatu materi. Lalu bagaimana caranya?

1. Latih Suara Lantang 

Suara lantang adalah salah satu kunci keberhasilan dalam presentasi. Pendengar tidak akan tertarik dengan orang yang presentasi dengan suara biasa, apalagi jika sampai tidak terdengar. Ingat, kamu bukan presentasi untuk dirimu sendiri, tapi kepada orang lain dalam ruangan itu. Jadi, usahakan suaramu terdengar di telinga mereka.

Memang ada sebagian orang atau mungkin kamu yang mempunyai tipe suara imut alias kecil, tapi bukan berarti kamu tidak dapat bersuara lantang. Jika tidak percaya, coba kamu berteriak, atau tes panggil tukang bakso yang sudah jauh dari rumahmu, apakah ia mendengar? Jika iya, selamat kamu sudah bersuara lantang!

Presentasi dengan suara lantang memang ada plus minusnya. Plusnya kamu akan mendapat perhatian pendengar, namun minusnya kamu harus siap mengeluarkan banyak energi. Karena bersuara lantang untuk waktu yang panjang, cukup melelahkan. 

Maka dari itu, ada baiknya kamu berolahraga sebelum memulai presentasi. Olahraga dapat melatih kamu untuk bersuara lantang dan menarik napas lebih panjang, agar kalimat yang kamu ucapkan tidak terputus di tengah jalan.

Saya sendiri biasanya melakukan olahraga lari, atau peregangan-peregangan lain untuk melatih napas. Selain mudah, olahraga ini juga bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, pada saat mengejar kereta misalnya HEHE.

Selain olahraga, kamu juga bisa menentukan jeda dalam kalimat untuk mengambil napas.

Hal ini juga saya terapkan dalam presentasi, misalnya pada pengucapan judul. Saya mengambil jeda pada setiap kalimat yang penting, seperti ini,

"Analisis-Dampak Kapitalisasi Sewa-Berdasarkan PSAK 73-Terhadap-Kinerja Keuangan Perusahaan"

Jeda boleh diambil, tetapi tidak memutuskan kalimat yang berada dalam satu makna. Misalnya dalam judul di atas, saya tidak boleh mengambil jeda seperti ini, "Analisis Dampak Kapitalisasi-Sewa Berdasarkan-PSAK 73 Terhadap-Kinerja Keuangan Perusahaan." Dalam jeda tersebut, ada makna yang terputus, dan dapat membuat bingung para audiens.

2. Permainkan Intonasi Suara dan Perhatikan Kontak Mata

Kunci penting lainnya dalam presentasi adalah dengan memainkan intonasi alias naik turunnya suara. Untuk apa? Tentu saja, untuk membuat pendengarmu lebih tertarik dengan apa yang kamu sampaikan, sekaligus membantu mereka untuk mengetahui point-point penting dari presentasimu.

Jika tidak percaya, coba bandingkan temanmu yang presentasi dengan nada datar dan temanmu yang menggunakan intonasi. Mana yang audiensnya terkantuk-kantuk dan mana yang audiensnya penasaran lalu memperhatikan? 

Hal terpenting yang lagi-lagi perlu kamu tanamkan adalah kamu tidak presentasi untuk dirimu sendiri, tapi kamu mengajak para audiens untuk turut menyaksikan presentasimu. 

Memang sulit untuk melatih intonasi suara bagi kamu yang tidak terbiasa. Namun, bukan berarti kamu tidak bisa mempelajarinya. Kamu dapat menyaksikan tayangan reportase berita di televisi. Perhatikan bagaimana reporter itu berbicara, sehingga orang-orang tertarik untuk mendengar berita yang ia sampaikan.

Selain itu, kamu juga bisa mempelajari lewat pembawa acara, seperti Kick Andy, Najwa Shihab, Merry Riana, dan lain-lain. Saya sendiri menyukai Najwa Shihab, apalagi saat ia membacakan puisi. Intonasinya membuat saya seolah ikut andil dalam kisah yang dibacakannya.

Selain intonasi, kontak mata juga penting untuk mendukung keberhasilan presentasimu. Suara yang bagus akan kalah dengan mereka yang melakukan kontak mata dengan para audiens. Dengan melakukan kontak mata, dapat diartikan bahwa kamu sedang mengajak para audiens untuk turut memerhatikan.

Ketika saya presentasi, saya pun sering menggunakan kontak mata untuk menarik perhatian audiens. Umumnya, orang yang saya tatap, akan berbalik menatap saya. Itu akan membuat seolah-olah saya sedang menjelaskan langsung dan hanya kepada orang tersebut. 

Namun juga jangan berlama-lama menatap pada satu orang, karena orang itu bisa kegeeran, karena kamu punya banyak audiens di sekeliling ruangan yang harus kamu perhatikan juga. 

Walau terkadang ada yang tidak balik menatapmu, atau justru menunduk ketika kamu tatap, tidak apa! Setidaknya kamu sudah melakukan usaha untuk mengajak mereka masuk dalam presentasimu.

3. Buat Gebrakan Pada Saat Pembuka dan Penutup

Konon, seseorang hanya akan tertarik dengan pembuka dan penutup. Seperti sebuah novel, orang-orang akan tertarik jika melihat pembukaannya yang membangkitkan rasa penasaran. Lalu di akhir, orang-orang akan menyimpulkan, apakah cerita dalam novel tersebut bagus atau tidak.

Begitu juga dengan presentasi. Orang-orang akan melihat pada bagaimana cara kamu membuka presentasi tersebut dan bagaimana kamu mengakhirinya. 

Apalagi jika kamu berada dalam perlombaan, dan orang sebelum kamu mempunyai penampilan yang bisa dikatakan wah! Maka dari itu, tugasmu adalah menarik perhatian audiens dan tekankan bahwa presentasimu jauh lebih menarik dari pada yang lain. Di sinilah "gebrakan" sangat penting supaya presentasimu terlihat berbeda.

Untuk pembukaan, jika pada umumnya, orang-orang hanya mengatakan salam, perkenalan diri, dan langsung berlanjut ke materi. Kamu bisa menambahkan kalimat pertanyaan yang dapat membangkitkan rasa penasaran audiens.

Contohnya,

"Assalamualaikum wr. wb. Salam pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Perkenalkan nama saya Tutut Setyorinie dari prodi akuntansi keuangan terapan. Pada hari ini saya akan membahas tentang sewa. Teman-teman, apa kalian tahu apa itu sewa? Dan apa ada yang pernah melakukan sewa?"

Dengan menambahkan pertanyaan seperti itu, audiensmu akan tahu topik apa yang sedang kamu bahas. Bahkan mungkin mereka akan penasaran, dan terus-terusan menyaksikan presentasimu. Selain itu, pertanyaan juga dapat kamu gunakan untuk mengukur bagaimana tingkat pemahaman mereka tentang topik yang kamu bahas, sehingga kamu dapat mempersiapkan pertanyaan yang kira-kira akan mereka lontarkan.

Ah, satu hal penting lainnya adalah jangan membuat presentasimu seperti sedang membaca buku.

Fungsi presentasi adalah menyampaikan point-point penting dari tulisan yang telah kamu buat. Maka dari itu, buat presentasimu sesingkat mungkin namun tetap mewakili isi. Presentasi seperti membaca buku adalah hal yang harus dihindarkan, apalagi jika itu kamu lakukan pada awal-awal presentasi, karena itu akan membuat audiensmu seperti sedang dibacakan dongeng pengantar tidur, HEUHEU.

Untuk penutup, kamu sebaiknya menyajikan kesimpulan yang singkat dan sederhana. Jangan lupa juga untuk mengangkat benang merah dari kesimpulan ke latar belakang dan topik yang kamu ambil.

Seperti misalnya, jika kamu menjelaskan analisis pengaruh produk X terhadap Y. Maka jelaskan kesimpulannya, apakah berpengaruh atau tidak, lalu jelaskan juga, jika berpengaruh dampaknya seperti apa, dan jika tidak seperti apa. Hubungkan dengan latar belakang yang kamu buat, dan tekankan pada efek besarnya.

Setidaknya jika audiensmu tidak memperhatikan atau melewati bahasan penting, mereka tetap bisa mengambil inti dari presentasimu.

Dengan mempelajari trik-trik ini, presentasi bukan momok yang menakutkan lagi, bukan? Presentasi justru menjadi ajang unjuk gigimu di hadapan para audiens. Karena sesungguhnya pemahamanmu tentang suatu topik, bisa dilihat dari caramu berpresentasi. 

Salam.

--
Tutut Setyorinie, 22 Juni 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun