Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membicarakan Katingan, Antara Ibu Kota Baru dan Catatan Berserak di Kompasiana

9 Mei 2019   13:40 Diperbarui: 10 Mei 2019   10:13 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelotok, taksi sungai yang menjadi sarana transportasi massal di DAS Katingan | Dok.Pribadi

Nenek yang sakit dan perempuan yang baru meninggal kemarin pagi itu adalah contoh bagaimana susahnya penduduk desa tepian sungai mendapatkan fasilitas kesehatan yang siap siaga di desanya. Hanya ada puskesmas pembantu, dalam kondisi darurat, tenaga medisnya sering tak berdaya. 

Orang yang sakit harus segera dikirim ke kecamatan. Tapi itu jika ada ces dan bensin. Taksi perahu tidak lewat setiap hari. 

Bagaimana jika kondisi darurat terjadi malam hari? Ketika memikirkan ini, seperti mengalami jalan buntu bernegara saja. 

***

Mengalami 4 tahun di Katingan memang membuat saya melahirkan beberapa catatan, termasuk juga beberapa puisi yang juga menandai tahun-tahun yang produktif dan menguras makna kedirian dan kehadiran. Tahun-tahun dimana yang eksistensial selalu memiliki jejak kuat pada yang struktural pun sebaliknya. 

Semuanya selalu berwujud pada pertanyaan yang tidak pernah sederhana: hidup sedang apa dan untuk mengapa?


Dan, ketika ibukota kelak digeser juga, apa yang tidak akan atau selalu luput dari percakapan khalayak ramai dan hiruk pikuk kekuasaan?

***   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun