Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Presiden Terkuat, Jegal Anies Baswedan-Ridwan Kamil, Relevansi Isu Joe Biden

18 November 2020   14:48 Diperbarui: 18 November 2020   14:49 31662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar CNBC Indonesia

Dua Puluh tahun terakhir isu Siapa orang yang tepat untuk menjadi presiden Indonesia tampaknya berkutat pada kekuatan program dan politik identitas belaka. Tapi beberapa faktor di bawah ini tampaknya harus menjadi dasar bagi masyarakat Indonesia memperluas jangkauan pikirannya sebelum memilih seorang presiden.

Melemahnya Amerika, Bangkitnya China, dan Semakin Diperhitungkannya Posisi Indonesia di Kancah Internasional

Ada isu menarik yang dilemparkan Donald Trump kepada pesaingnya saat Pilpres Amerika Serikat berlangsung. Donald Trump berkata Joe Biden akan menjadi Presiden terlemah dalam sejarah Amerika.

Rujukan Donald Trump antara lain karena sebelumnya Joe Biden adalah wakil daripada Barack Obama. Di bawah pemerintahan Obama China bangkit bukan hanya secara militer tapi secara ekonomi.

Dalam hal ekonomi misalnya ada banyak negara-negara di Afrika yang mendapat pendanaan segar dari Cina. Bahkan beberapa negara di Afrika konon menjadikan Yuan yang adalah mata uang China sebagai mata uang negaranya. Yang lebih menyebalkan untuk Donald Trump adalah hegemoni China atas Amerika dalam hal perdagangan.

China selalu surplus dan Amerika selalu defisit. Obama juga banyak menghambur-hamburkan uang untuk mendanai perang. Sehingga Amerika aktif di Kancah internasional tapi semakin keropos dari dalam. Maka Donald Trump melemparkan isu bahwa Amerika akan semakin lemah di tangan Joe Biden.

Sekarang isu ini juga harus dibawa ke tanah air. Dunia semakin terkoneksi dan terbuka. Maka debat program saja tidak cukup, masyarakat harus jeli melihat Apakah sang calon dapat menjadi presiden yang kuat untuk Indonesia.

Setelah Soekarno dan Soeharto saya pikir Jokowi adalah salah satu presiden terkuat yang pernah dimiliki Indonesia. Jokowi tidak seperti Susilo Bambang Yudhoyono yang mempunyai prinsip satu musuh terlalu banyak dan seribu teman terlalu sedikit.

Bagi Jokowi kedaulatan NKRI nomor satu, tidak jadi soal berapa negara yang menjadi teman dan berapa negara yang menjadi musuh. Hal ini dibuktikan dengan penolakan Jokowi atas permintaan Amerika untuk membangun pangkalan militernya di Indonesia.

Walaupun tujuan awal Amerika membuka pangkalan militernya di Indonesia adalah agar mudah memantau gerak-gerik China di laut China Selatan, tapi Jokowi memegang prinsip bahwa Indonesia adalah negara non-blok. Tapi saya yakin Jokowi dan Badan Intelijen Indonesia tahu bahwa berdiamnya militer Amerika di Indonesia dapat menjadi bumerang bagi Indonesia sendiri.

Dengan adanya Freeport di Papua, Amerika dapat menjadikan pangkalannya sebagai perangkat paling dekat untuk mengintimidasi Indonesia. Apalagi peralatan militer Amerika sangat canggih. Jadi peranan Indonesia dan kebijakan Indonesia di Kancah internasional, atau biasa disebut kebijakan luar negeri dapat jadi penilaian masyarakat dalam memilih Presiden.

Apakah kelak jika kita memilih, dia dapat menjadi presiden yang kuat di tengah tekanan dunia internasional? Inilah yang membuat negara China dan Rusia berwibawa. Presiden China XI jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin tidak bisa didikte oleh negara manapun. Jika presidennya kuat pasti negaranya kuat.

Bangkitnya Kaum Radikal yang Berusaha Memecah Belah NKRI

Sang Presiden juga kelak harus kuat di dalam negeri.Dia harus berani menjadi presiden untuk Indonesia bukan untuk kelompok agama. Seperti yang dilakukan Bung Karno dulu. Soekarno pada masa itu menolak Indonesia dijadikan negara agama. Soekarno tahu bahwa Indonesia ini masyarakatnya Plural.

Maka mengakomodir satu kelompok saja, atau menonjolkan satu kelompok saja malah akan memperlemah Indonesia. Maka Indonesia harus punya sistem yang menyatukan keragaman masyarakatnya dalam semangat, satu kepercayaan, dan satu pijakan.

Maka lahirlah Pancasila.Sepuluh tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono adalah titik awal kebangkitan kaum radikal di Indonesia. Starting Point-nya ada pada kejatuhan Soeharto tahun 1998. Di masa pemerintahan SBY kaum radikal ini tumbuh subur.

Maka di tangan Jokowi kaum radikal ini diberantas. Organisasi mereka yang mulai membesar diberangus dan dibubarkan. Akhirnya merekapun bercerai-berai dan menyusup ke berbagai ormas serta lembaga di negara ini.

Maka hanya presiden yang kuat yang bisa melawan kaum radikal ini. Karena mereka mengatasnamakan agama. Inilah bahayanya. Masyarakat awam yang tidak kritis ikut-ikut saja tanpa peduli dampaknya.

Maka sejak kejadian pengumpulan massa oleh Habib Rizieq beberapa hari yang lalu, masyarakat Indonesia dapat mulai mempertimbangkan hal di bawah ini.

Mengeliminasi Calon Presiden yang Lemah

Kalau versi saya pribadi setidaknya dua calon yang akan menjadi presiden terlemah kalau terpilih adalah Anies Baswedan dan Ridwan Kamil. Kedua tokoh ini tidak pernah berani mengambil langkah kontroversi. Masalahnya langkah kontroversi kadang harus diambil selama itu menegakkan hukum.

Anies Baswedan baru saja dipanggil oleh kepolisian untuk mengklarifikasi Kenapa Habib Rizieq diizinkan untuk mengadakan pengumpulan massa. Itu juga yang terjadi di Bogor Jawa Barat. Dua Kapolda sampai harus dicopot karena Kejadian ini.

Padahal tidak memberikan izin pada suatu acara adalah hal yang biasa di tengah pandemi seperti sekarang ini. Hal itu juga yang terjadi pada event-event, tempat hiburan, hingga pernikahan. Semua yang berpotensi menimbulkan kerumunan dalam jumlah banyak harus dibatasi.

Demi bangkitnya sektor ekonomi, Bukan dilarang tapi dibatasi. Makanya kalau Anies Baswedan dan Ridwan Kamil adalah ksatria yang memegang pedang keadilan di tengah masyarakat harusnya mereka berdua tidak memandang bulu.

Apapun jabatannya Jika dia melanggar protokol kesehatan harus ditindak. Artinya kegiatannya harus dilarang. Saya berharap masyarakat Indonesia dapat belajar dari hal-hal kecil. Sejatinya kasus Habib Rizieq ini bukan hal kecil karena mempertaruhkan nyawa banyak orang.

Ridwan Kamil dan Anies Baswedan masih memiliki kesempatan untuk menunjukkan bahwa kelak jika mereka menjadi presiden Indonesia mereka dapat menjadi presiden yang kuat.

Untuk saat ini lawan mereka masih Habib Rizieq, jika jadi presiden mereka harus menghadapi tekanan dari Xi Jinping, Vladmir Putin, hingga tekanan Joe biden.Jadi jika di Kancah politik nasional saja mereka sudah lemah bagaimana mereka akan memainkan perannya dengan baik di Kancah internasional.

Kedepan Indonesia butuh presiden yang kuat. Agar negara punya wibawa dan kesatuan NKRI tetap terjaga sampai selama-lamanya.

Boleh setuju boleh tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun