Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci
Menikmati suasana puncak gunung Kerinci, Minggu (23/4/2017) pagi (dokpri)
Sampai ketemu istilah lain yang lebih 'sreg', penulis alias SP masih akan memakai istilah 'pendaki mikroskopis' untuk mengambarkan pendaki gunung yang melihat segala hal terkait pendakian sampai detail.
Pendaki gunung mikroskopis tidak hanya menyusun kerangka pikir abstrak-filosopis terkait kebijaksanaan yang direnungkan selama pendakian, tetapi lebih penting lagi melihat dan berpikir sedetail dan sekongkrit mungkin.
Sudut kecil hutan lumut gunung Latimojong: mirip taman laut! (dokpri)
Kenikmatan pendaki mikroskopis ada pada detail. Berhubung sampai detail, maka kenikmatan yang diperoleh sangat kaya, jauh lebih kaya dibanding pendaki kebanyakan.
Pendaki kebanyakan hanya mengambil air di sumber air dan meminumnya. Minum. Selesai.
Porter Rinjani biasanya jago masak (dokpri)
Pendaki mikroskopis memperhatikan situasi jalan ke sumber air, batu-batunya, kerikil, bunga di tepian jalan, warna tanah, dst. Lalu menyusun konsep cerita darinya.
Setelah sampai di sumber air, pendaki mikroskopis memperhatikan kondisi sekitar, menikmati pengamatan kejernihan air, melihat vandalisme di sekitar sumber air, dst. Tersusunlah satu cerita dari tema ini.
Bunga bermekeran di Shelter 3 Kerinci, 22/4/2017 sore (dokpri)
Lalu ia mencoba meminum air itu, menikmati sensasi ketika air itu berinteraksi dengan simpul syaraf lidah dan tenggorokan, dan mencoba mereka-reka beda rasa air yang diminum tersebut dibandingkan air lainnya. Terbangun satu cerita lagi.
Untuk menjadi pendaki mikroskopis butuh latihan dalam pikiran. Jika sudah terlatih maka akan menjadi seorang ahli, yaitu: keahlian pendaki mikroskopis.
Sumber air terlezat di dunia di shelter 3 gunung Kerinci (dokpri)
Yang diamati dan dinikmati tidak hanya hal-hal yang bersifat fisik-material, tetapi juga suasana kebatinan dan kharakter pendaki, dinamika kejiwaan selama pendakian. Diamati sedetail mungkin. Dari sini lahir satu atau lebih cerita.
Penulis percaya, hanya dengan metode menjadi pendaki mikroskopis maka aspek pendakian dapat digali sedetail mungkin untuk menjadi narasi, baik lisan maupun teks. Dengannya segala cerita terkait pendakian menjadi kaya atau, kalaupun sifatnya pengulangan, cerita yang terbangun memiliki sudut pandang baru yang unik dan segar.
Musim bunga cantigi di puncak gunung Talang, Maret 2017 lalu (dokpri)
Konsep pendakian mikroskopis berguna untuk mengangkat gambaran objek secara detail dan utuh segala aspek pendakian, sehingga segala keindahan terangkat hingga detail, dan aspek negatif yang lahir dari proses pendakian juga terangkat sampai detail.