Mohon tunggu...
Sari Oktafiana
Sari Oktafiana Mohon Tunggu... Guru - A mother of five kids who loves learning

Living in the earth with reason, vision, and missions...but I can't make everybody happy.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cerita dari Gunung

19 Maret 2010   03:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:20 1516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cerita dari Gunung

Dua hari ini adalah perjalanan penulis melakukan ekspedisi kecil-kecilan dengan niat belajar untuk mengkaji serpihan-serpihan sejarah dari artefak yang tersisa serta melihat perubahan ekosistem terutama physical environment di Gunung Wilis dan deretan perbukitan di pegunungan Kidul TulungagungJawa Timur.

Lereng Gunung Wilis dan Candi Panampihan

Candi Penampihan yang terletak dilereng Gunung Wilis, Dusun Turi Desa Geger kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung merupakan candi Hindu kuno peninggalan kerajaan Mataram kuno dibangun pada tahun saka 820 atau 898 Masehi. Arti penampihan itu sendiri konon berasal dari Bahasa Jawa yang berarti antara penolakan dan penerimaan yang bersyarat demikian tafsirnya.

Candi penampihan merupakan candi pemujaan dengan tiga tahapan (teras) yang dipersembahkan untuk memuja Dewa Siwa, dimana konon peresmian candi ini dengan mengadakan pagelaran Wayang ( ringgit ). Selanjutnya era demi era pergolakan perebutan kekuasaan dan politik di tanah jawa berganti mulai dari kerajaan Mataram Kuno, Kediri, Singosari, hingga Majapahit sekitar abad 9-14 M, candi ini terus digunakan untuk bertemu dan memuja Tuhan, Sang Hyang Wenang.

Didalam kompleks Candi terdapat beberapa Arca yaitu arca Siwa dan Dwarapala, tetapi karena ulah Manusia yang tidak mencintai dan menghargai Heritage dan legacy dari nenek moyang beberapa arca telah hilang dan rusak. Untuk mengamankan beberapa arca yang tersisa yaitu arca siwa sekarang diletakan di museum situs Purbakala Majapahit Trowulan Jawa timur.

Selain Arca terdapat sebuah prasasti kuno yaitu Prasasti Tinulat tertulis dengan menggunakan huruf Pallawa dengan stempel berbentuk lingkaran dibagian atas prasasti. Berdasarkan Penuturan Bu Winarti umur 44 Tahun, juru kunci Candi Penampihan, Prasasti itu berkisah tentang Nama-nama raja Balitung, serta seorang yang bernama Mahesa lalatan, siapa dia? Sejarah lisan maupun artefak belum bisa menguaknya. Serta seorang putri yang konon bernama Putri Kilisuci dari Kerajaan Kediri. Selain menyebutkan nama, prasasti itu juga memberikan informasi tentang Catur Asrama yaitu sistem sosial masyarakat era itu dimana pengklasifikasian masyarakat (stratifikasi ) berdasarkan kasta dalam agama Hindu yaitu Brahmana, satria, Vaisya dan Sudra.

Masih di kompleks candi Penampihan terdapat 2 kolam kecil yang bernama Samudra Mantana ( Pemutaran air samudra), dimana menurut pengamatan empiris selama berpuluh-puluh oleh Bu Winarti, 2 kolam tersebut merupakan indicator keadaan air di pulau Jawa. Kolam yang sebelah utara merupakan indicator keadaan air di Pulau Jawa bagian Utara dan Kolam sebelah selatan merupakan indicator keadaan air di Pulau Jawa bagian selatan. Berdasarkan penuturan Bu Winarti, Apabila sumber air di kedua kolam tersebut kering berarti keadaan air dibawah menderita kekeringan, sebaliknya bila kedua atau salah satu kolam tersebut penuh air berarti keadaan air dibawah sedang banjir.

Lalu bagaimana dengan kondisi physical environment lereng gunung Wilis di sekitar Candi Penampihan? Perubahan alih fungsi lahan, serta sector sosial dan ekonomi telah terjadi. Sejak jaman penjajahan Belanda lereng Gunung Wilis didaerah Sendang merupakan daerah perkebunan teh dan pabrik teh.Tetapi entah kenapa, pabrik Teh yang dikelola oleh PUSKOPAD KODAM V Brawijaya telah brangkrut sejak tahun 1999 dan akhirnya tanah areal perkebunan teh telah dijual ke penduduk sekitar. Nah, sejak kebangkrutan pabrik teh telah terjadi perubahan alih fungsi lahan yang semula perkebunan teh menjadi perkebunan sayur mayur dan rumput gajah. Mengapa rumput Gajah? Mayoritas usaha penduduk Desa Geger saat ini adalah peternak sapi perah, penghasil susu sehingga kebutuhan untuk pakan sapi perah, lahan yang semula perkebunan teh menjadi perkebunan rumput gajah.

Hal yang cukup memprihatinkan bila mengamati kondisi physical environment didaerah lereng Gunung Wilis adalah perbukitan yang Gundul. Sejauh mata memandang adalah Deforestation. Hutan sudah menghilang tinggal kenangan dan alih fungsi hutan menjadi ladang. Nah, bisa dibayangkan bukan apa yang akan terjadi bila kondisi ini terus dibiarkan? Long term dan short term-nya jelas bencana ada didepan mata. Banjir, tanah longor, rusaknya ekosistem dan biodiversity, serta hilangnya atau kering beberapa sumber mata air menjadi ancaman yang cukup signifikan.

Perbukitan Pegunungan Kidul dan Candi Dadi

Perbukitan Gunung Kidul di Daerah Tulungagung merupakan daerah yang secara geografis masih merupakan rangkaian pegunungan Kidul di Selatan Pulau Jawa. Dengan struktur tanah yang memiliki kekhasan sendiri di masing-masing daerah karena secara geografis pembentukan masing-masing dataran juga berbeda. Di perbukitan gunung kidul di daerah Tulungagung memiliki struktur tanah yang berkapur di bagian paling selatan tetapi perbukitan yang agak ke utara merupakan bukit yang memiliki struktur tanah liat dengan beberapa bebatuan cadas di sela-sela bukit.

Di Dusun Tenggong Desa Wajak Kidul dan beberapa desa di Kecamatan Boyolangu terdapat beberapa situs purbakala yaitu candi Gayatri, Gua pasir, Gua Selomangleng, situs Joko Dolog ( Joko Budeg ), Candi wurung, Candi Dadi serta beberapa candi lainya yang terdapat di daerah Boyolangu yang jumlahnya sekitar 7 rangkaian candi. Nah, Candi Dadi merupakan salah satu rangkaian candi, peninggalan agama hindu sebagai tempat pemujaan dan semedi. Di atas candi Dadi konon terdapat sumur yang dulunya merupakan tempat penyimpanan abu jenazah. Candi Dadi terbuat dari bebatuan cadas dengan struktur potongan yang lebih halus jika dibandingkan dengan Candi Penampihan. Mengapa hal ini terjadi? Menurut hemat penulis dikarenakan beda jaman dan periode walaupun sama merupakan candi peninggalan agama Hindu. Candi penampihan jauh lebih tua beberapa abad jika dibandingkan dengan Candi Dadi.

Secara Historis hingga saat ini belum terdapat kajian yang realiabel tentang sejarah Candi Dadi apakah merupakan peninggalan kerajaan Majapahit dan kapan tahun pembuatannya. Sejarah lisan yang penulis temukan masih bersifat serpihan-serpihan. Hal yang menyedihkan pula, menurut Pak Kamiran ( Kamituwa; Perangkat desa sekaligus juru kunci di beberapa situs di dusun Tenggong ) dulu di sekitar candi Dadi terdapat beberapa Arca tetapi telah hilang dan bahkan ada yang dirusak oleh warga sekitar.Di dinding candi tidak di jumpai relief yang bisa memberikan petunjuk tentang gambaran sistem sosial dan budaya masyarakat era itu.

Cerita dari gunung

Kondisi physical environment di Candi Dadi lebih kering jika dibandingkan dengan Candi Penampihan. Di candi Dadi sangat minim pohon dan bunga sedangkan di Candi penampihan lebih sejuk dengan Sebatang pohon tua yang besar menaungi area kompleks candi. Di sekitar Candi Penampihan terdapat berbagai macam bebunga yang cantik serta semak belukar yang hijau. Lumut-lumut yang menjadi parasitmengancam terkikisnya relief didinding-dinding candi.

Keadaan yang sama dari Candi Penampihan dan Candi Dadi adalah kondisi physical environment-nya. Perbukitannya Gundul semua. Tidak Hijau, rusak ekosistemnya. Ibaratnya warga sekitar dan bahkan Kabupaten Tulungagung bisa dikatakan rawan Bencana bila tidak ada gebrakan reboisasi ( Planting trees ) dan pemulihan lahan .

Cerita dari Gunung kali ini berupa cerita pilu akan kehancuran ekosistem serta rusaknya beberapa situs purbakala. The changes physical environment into human environment isn’t sustainable anymore. In the name for meeting and satisfying of human needs but the modifying isn’t balance. Nah apakah kita akan membiarkannya?

Wallahu’alam Bishawab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun