Mohon tunggu...
Salma Sakhira Zahra
Salma Sakhira Zahra Mohon Tunggu... Freelancer - Lahir di Jakarta, 28 Februari 2002. Alumni TK Putra III (2007/2008), SDSN Bendungan Hilir 05 Pagi (2013/2014), dan SMPN 40 Jakarta (2016/2017). Kini bersekolah di SMAN 35 Jakarta.

Nama : Salma Sakhira Zahra TTL : Jakarta, 28 Februari 2002 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tiga Bersaudara

1 April 2020   00:39 Diperbarui: 1 April 2020   00:41 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maliq sama dengan Anti, kedua orangtuanya belum tahu tentang perkembangan Maliq. Ya, mereka tergolong sibuk dengan pekerjaan ditambah sang ayah adalah pianis dan komponis yang selalu sibuk dengan penggemarnya.

"Anti!" panggil ibunya dalam telepon.

"Iya Ma?" Anti kini masih di sekolah, menunggu kedatangan seorang sahabat kecilnya yang kini satu sekolah dengannya.

"Kenapa kamu tidak memberitahu Mama kalau kamu sudah berprestasi?" Anti terdiam.

"Novel kamu di tangan mama lho. Tadi mama ada kesempatan ke toko buku dan lihat nama kamu di sebuah buku. Apalagi bukunya masuk ke rak best seller!" Anti tersenyum. Ia berharap bahwa harapan dahulunya berbuah seperti buah yang enak bila dimakan.

"Anti, mama bangga. Terus semangat dan berkarya Sayang!" Anti mengangguk dan mama menutup telepon.

---

"Assalamu'alaikum!" belum ada jawaban, hanya suara terbahak dari sang ayah yang kini suaranya sedikit menjadi bapak.

"Anak kita buat novel komedi dan terbit. Ayah harus tahu, mama tiap melihat kata demi kata Anti ingin terta..."

Ayah masih tak berhenti tertawa apalagi koleganya iseng menekan tuts piano untuk menyadarkan seorang ayah yang di hadapan kolega tersebut sangat berkarisma.

"Ya Allah, Ayah baru baca satu bab dari novel Anti sudah tertawa, tambah komik pendek Kak Difan baru terbit semakin terbahak!" tak lama tuts piano sang kolega berbunyi berharap sang yang ia kagumi sadar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun