Ayah, aku tahu bekerja memang penting. Tapi membagi porsi bekerja dengan hal-hal lainnya juga tak kalah penting.
Yang bisa aku lakukan sekarang hanyalah menunggu kamu sadar. Menunggu kamu sadar bahwa aku adalah anakmu yang harus kamu prioritaskan daripada pekerjaanmu. Aku tak ingin menyampaikan perasaanku ini kepadamu secara langsung. Karena aku tak ingin membuat kamu gelisah.Â
Aku tak ingin membuat ini menjadi beban bagi hidupmu. Aku berharap bahwa takdir dapat merubah segalanya. Aku akan tetap menunggu. Menunggu sampai takdir menyadarkanmu. Menyadarkan atas semua kesibukanmu. Kesibukan yang membuat kamu lupa akan tanggung jawab pada anakmu.Â
Anakmu yang selalu berharap atas waktumu. Waktumu yang membuat aku cemburu karena kamu lebih mementingkan pekerjaanmu daripada aku. Iya!! Aku adalah anakmu yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah. Yang seharusnya mendapatkan pengasuhan yang layak sebagai seorang anak.
Yang seharusnya mendapatkan kebahagiaan walau sekedar bersenda gurau saja. Yang seharusnya mendapatkan perhatian dan penyaksian atas tumbuh kembangku.
Ayah, aku harap semuanya berubah. Berubah tanpa harus memaksakan. Memaksakan apa yang harus menjadi tanggung jawabmu. Tanggung jawab yang menjadi bebanmu.Â
Bebanmu yang harus kamu jalani. Jalani tanpa kata menyerah dan putus asa. Ayah, aku akan tetap menyayangimu, walau harus memendam cemburu setiap harinya.