Mohon tunggu...
Rizka Edmanda
Rizka Edmanda Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer - Mom Blogger - Soon To Be Notary

www.rizkaedmanda.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berwisata ke TN Tanjung Puting, Aksi Nyata untuk Menyelamatkan "Mereka" yang Terancam Punah

30 Oktober 2018   09:01 Diperbarui: 3 November 2018   12:51 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa penyebab berkurangnya populasi orangutan diantaranya adalah aktivitas manusia khususnya praktik perburuan dan pembalakan liar, beralihnya fungsi hutan menjadi perkebunan, deforestasi, perubahan iklim, serta kebakaran hutan, maka untuk itulah Camp Leakey didirikan oleh para penggagasnya sebagai pusat konservasi dan rehabilitasi Orangutan Kalimantan serta sarana edukasi masyarakat mengenai pentingnya upaya konservasi orangutan pada masa-masa darurat punah saat ini.

Tanjung Puting dan Makna Perjalanan

Orangutan (orangutan.org)
Orangutan (orangutan.org)

Kapal kelotok yang kami tumpangi bertolak pulang kearah pelabuhan kumai, hari mulai gelap, pemandangan syahdu yang tadi pagi kami lihat berubah menjadi bunyi-bunyian binatang malam serta kunang-kunang yang kerlap-kerlip berterbangan. Di kapal, saya dan suami berbincang-bincang ditengah damainya malam, 

"Keren ya, bule-bule aja peduli sama pelestarian Orangutan di Negara kita. Lihat deh yang ngembangin lokasi ini bule, yang pada datang juga kebanyakan bule. Padahal yang punya potensi kita, tempatnya ada di Negara kita. Orangutan nya ya juga punya kita. Tapi yang ngurusin dan yang peduli ya bule lagi, bule lagi" kata saya.

Suami saya menjawab, "Ya begitulah adanya. Semoga saja nanti akan lebih banyak lagi orang Indonesia yang tertarik datang ke tempat wisata seperti ini,  karena cukup dengan datang berwisata ke taman nasional saja, maka sudah berarti kita ikutserta dalam upaya pelestariannya sebab, retribusi yang kita berikan pasti akan sangat berarti untuk pengelolaan kawasan konservasi ini. Semoga pula lebih banyak lagi bule yang datang berwisata ke Kalimantan, sebab wisata Indonesia bukan hanya Bali". Saya tak menjawab, hanya larut dalam lamunan. Berfikir bahwa kata-kata suami saya tadi, ada benarnya.

Hari semakin malam, udara semakin dingin menusuk tulang, untuk membunuh kesunyian, saya memilih membaca sebuah buku yang saya bawa dari rumah, sebuah buku yang sebenarnya sudah 2-3 kali saya baca tapi entah mengapa tak pernah bosan.  Buku berjudul "Titik Nol : Makna Sebuah Perjalanan " karya Agustinus Wibowo. Jika Agustinus Wibowo berkelana ke berbagai belahan dunia selama lebih dari 10 tahun, demi menemukan sebuah "makna perjalanan", maka bagi saya cukup dengan pengalaman singkat ke Tanjung Puting saya dapat menemukan sebuah "makna perjalanan" , yaitu bahwasannya aktivitas berwisata seyogyanya tak melulu hanya dapat sekedar dijadikan sarana berekreasi semata.

Apabila sesekali saja kita mengunjungi tempat-tempat wisata konservasi semacam ini, maka berarti kita tak hanya telah ikut bertamasya menikmati keindahannya, tapi juga secara tidak langsung dapat menanamkan kesadaran pada diri kita akan pentingnya upaya-upaya konservasi dan pelestarian habitat asli satwa endemik kebanggaan Indonesia, retribusi yang kita keluarkan juga akan sangat berarti bagi pengeloaan kawasan konservasi. Kedatangan kita ke taman nasional dan kawasan konservasi adalah sebuah bentuk kontribusi sekaligus sedekah bagi bumi, agar alamnya lebih lestari.

Lalu,apakah tidak akan merusak kawasan konservasi jika kelak terlalu ramai pengunjung yang datang?

Sebetulnya tidak, jika kita sebagai pengunjung menaati aturan yang ada di kawasan Taman Nasional, seperti dilarang menyentuh hewan apapun, dilarang memberi makan hewan dengan makanan yang kita bawa sendiri, dilarang membuang sampah sembarangan, dilarang merokok serta melakukan perbuatan yang akan merusak cagar alam. 

Jika ini dipatuhi maka kunjungan kita akan menjadi sangat berarti untuk menyambung nyawa Taman Nasional kita. Sebab kegiatan serta upaya konservasi semacam ini tentulah membutuhkan biaya yang tidak sedikit dalam pelaksanaan dan pengelolaannya, maka retribusi wisatawan memang menjadi hal yang sangat berharga. Ingatlah, bahwa setiap Rupiah yang kita keluarkan di tempat-tempat wisata semacam ini tak hanya sekedar berakhir menjadi sederet foto-foto selfie, tapi juga menjadi penyelamat bagi keanekaragaman hayati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun