Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Niat Suciku Berbuah Bahagia

6 Juli 2019   10:50 Diperbarui: 6 Juli 2019   11:15 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Kemudian dia berangkat ke kota P dengan mimpi-mimpi hidup sukses. Namun ternyata dia telah tertipu. Oleh temannya, dia diserahkan ke seorang mucikari di sebuah lokalisasi lumayan besar. Dia disekap dan diancam supaya jangan berbuat macam-macam. Melarikan diri sama artinya bunuh diri.

Akhirnya mulailah dia melayani lelaki hidung belang dengan sangat terpaksa. Meskipun sebelumnya dia berusaha agar orang yang memesannya mengurungkan niat berkencan dengannya, tapi toh srigala mana yang rela membiarkan sepotong daging segar tersiakan. Dia pun hanya dapat membuncahkan air mata, dan tak bisa berbuat apa-apa.

Hatiku langsung tersentuh. Begitulah berbilang hari aku mulai mendatanginya. Hanya sekedar mendengar keluh-kesahnya yang membuat hatiku tersembilu. Mungkin karena kasihan dan karena tempo pertemuan lumayan sering, mendadak timbul benih-benih cinta di antara kami.

Aku kemudian mencoba berkonsultasi dengan seorang teman tentang niatku menarik Desi dari lembah maksiat, sekaligus menikahinya. Temanku itu langsung tertawa. Dia mengatakanku sebagai lelaki bodoh. Untuk apa menikahi seorang Desi, bila perempuan "waras" masih bertebaran di mana-mana. Dia mencoba mengurungkan niatku, karena itu hanya akan membuatku susah.

Dasar cinta, sekaligus ada niat suci untuk mengembalikan seseorang ke jalan yang benar, aku tak perduli atas saran temanku menjauhi Desi. Malahan ketika seluruh rekan kerjaku tahu, dan mencemooh kepadaku, aku lebih tak perduli lagi. Tanpa tedeng aling-aling, aku langsung mendatangi si mucikari, serta berniat mengajak Desi kencan di luar.

Si mucikari kelihatan berberat hati meluluskan niatku. Berhubung aku sanggup memenuhi tawarannya sebesar dua setengah juta rupiah, untuk membawa Desi selama dua puluh empat jam, dia pun hanya mengangguk dengan tatapan was-was.

Desi, tanpa membawa seluruh pakaiannya, langsung kuantar ke rumah nenek di Dusun SM. Sengaja dia kutitipkan di situ. Lalu, kutemui kedua orangtuaku di kota P, sekaligus menyatakan niat ingin menikahi Desi.

Orangtuaku terkejut sekaligus senang. Begitupun, mereka sangat ingin tahu bibit, bebet dan bobot Desi. Aku tentu blingsatan. Kalau berbohong, sampai kapan aku bisa melakukannya? Bangkai itu bagaimanapun rapat menyembunyikannya, pastilah akan tercium juga. Maka, terus terang saja aku menceritakan kepada kedua orangtuaku tentang seluk-beluk kehidupan Desi.

Akibatnya dapat ditebak. Mereka berang bukan main. Meskipun aku lemparkan alasan bahwa yang kulakukan adalah kebaikan; yakni membawa seseorang dari sisi gelap ke sisi terang---dari lumpur dosa ke dunia bermartabat, tetap saja mereka menolak keinginanku.

Tetapi, siapa yang dapat menghalangi cinta dan niat suci? Seorang mucikari yang emosi karena anak buahnya tak kukembalikan dalam sekali duapuluh empat jam, pun dapat kusumpal mulutnya dengan lembaran uang, sekaligus mengancamnya jangan berbuat macam kalau tak ingin aku membeberkan bahwa dia telah memperdagangkan orang secara ilegal. Apalagi kalau hanya melanggar perintah orangtua. Aku yakin perbuatanku belum bersinggungan dengan kata "durhaka". 

Semarah-marahnya orangtua terhadap perbuatan anaknya, pastilah suatu saat akan teredam. Apalagi aku dan Desi kelak bisa merayu keduanya dengan seorang bayi mungil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun