Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengurai Masalah Waktu dan Mindset Guru dalam Implementasi Kurikulum Merdeka

3 Mei 2024   15:47 Diperbarui: 4 Mei 2024   00:43 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemendikbudristek tetapkan Kurikulum Merdekan menjadi Kurikulum Nasional di tahun 2024.(DOK. Kemendikbudristek)

Kita ingin pendidikan kita dibangun di atas pondasi yang mapan dan kokoh. Tetapi terkadang para pengambil kebijakan ingin meninggalkan legacy-nya masing-masing. Sehingga kalimat ganti menteri pendidikan sama artinya ganti kurikulum agaknya tidak berlebihan. 

Masa sebuah pemerintahan satu periode adalah lima tahun lamanya. Setelah lima tahun bisa menjabat periode yang kedua jika terpilih kembali. Itupun juga tidak menjadi jaminan tidak terdapat perubahan mendasar terhadap sebuah kurikulum. Padahal kembali lagi guru sebagai pelaksana teknis kurikulum membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk memahami sebuah kurikulum dengan baik.

Mendekatkan filosofi penerapan kurikulum itu sendiri dengan konteks satuan pendidikannya masing-masing. Karena kurikulum yang sama sekalipun tetap membutuhkan adaptasi dalam proses implementasinya. Mengingat situasi dan kondisi setiap sekolah berbeda. Garis besar dan filosofinya tentu sama. 

Tetapi terdapat adaptasi dan modifikasi dalam penerapannya. Maka dalam kurikulum merdeka guru dan sekolah dipandang bukan saja hanya sebagai pelaksana teknis kurikulum tetapi juga sebagai pengembang kurikulum itu sendiri. Dikembangkan sesuai konteks satuan pendidikannya masing-masing.

Persoalan Sikap Difensif

Dalam tulisan saya sebelumnya tentang konsep pembelajaran bermakna dan menyenangkan ada sebuah komentar menarik dari salah seorang pembaca. Beliau mengatakan bahwa tidak mudah untuk menciptakan hal ideal seperti yang saya uraikan. Beberapa faktor pendukung untuk mendukung pembelajaran bermakna dan menyenangkan menjadi perhatian bersama komponen pendidikan, mulai dari warga sekolah itu sendiri, fasilitas penunjang dan masyarakat sekitar.


Sejatinya jika lebih jauh dicermati saya menguraikan gambaran konsep pembelajaran yang sudah sejak lama dibahas dan diulas dalam dunia pendidikan kita. Jauh sebelum kurikulum merdeka lahir. Sebagai turunan dari aliran pendidikan humanistik yang menjadi induk dari kurikulum kita selama ini adalah hal yang lumrah jika guru bersama siswa diharapkan dapat menciptakan situasi pembelajaran bermakna dan menyenangkan. Hampir semua para ahli dan pemikir pendidikan humanistik mengatakan hal yang senada. Dengan sendirinya konsep pembelajaran yang kontekstual pun akan carry over di dalamnya.

Perhatian bersama dari berbagai stakeholder pendidikan, keterlibatan aktif warga sekolah dan masyarakat sekitar serta fasilitas penunjang pendidikan itu sendiri memang tidak bisa dinafikkan dalam keberhasilan implementasi sebuah kurikulum. Lebih jauh dari itu dan tidak kalah pentingnya adalah diperlukan sikap terbuka serta semangat menerima perubahan di dalam hati sanubari sang guru.

Menghindari sikap difensif terhadap perubahan dan wacana kemajuan adalah sebuah sikap bijak dari sang guru. Secara sederhana sikap difensif dapat diartikan perilaku atau reaksi individu yang cenderung untuk mempertahankan diri atau menghindari tanggung jawab dalam situasi-situasi yang memerlukan kritik, umpan balik atau perubahan.

Pemerintah melalui kurikulum merdeka membawa semangat transformasi pendidikan yang lebih memberikan keleluasaan kepada guru dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan konteks masing-masing. Dalam pembelajaran juga guru diberi keleluasaan untuk merumuskan tujuan pembelajaran masing-masing sesuai dengan situasi dan kondisi kelasnya. Dalam bingkai capaian pembelajaran (CP) yang sudah ditentukan oleh pemerintah.

Tentu dalam hal ini guru dapat menyusun skenario pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan sesuai dengan situasinya masing-masing. Sesuai dengan kemampuan sekolah dan ketersediaan sarana prasarana penunjang di satuan pendidikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun