Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Mesin Ais, Pendeteksi Hoaks Kominfo yang Mendadak "Mati" Jelang Pemilu

16 April 2019   08:45 Diperbarui: 16 April 2019   08:55 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ruangan mesin Ais di Kominfo (sumber foto: detik.com/Agus Tri Haryanto)

"Konon", Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) memiliki mesin pendeteksi hoaks canggih yang diberi nama Mesin Ais (diambil dari kata "PengAis konten). Mesin senilai Rp 211 miliar itu digunakan Kominfo dalam memerangi konten negatif di internet.

Mesin Ais ini sendiri merupakan senjata dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam memerangi konten negatif di internet. Ais akan beraksi menghadapi hoaks, ujaran kebencian, pornografi, terorisme, radikalisme, hingga perjudian.

Khusus untuk pemilu, mesin Ais akan difokuskan untuk mendeteksi penyebaran hoaks yang nantinya akan diumumkan kepada publik.

Saya sengaja memakai kata "konon" dengan tanda petik untuk menggambarkan mesin ini ternyata tidak canggih-canggih amat seperti yang digembar-gemborkan Kemkominfo. Buktinya, di saat pemilu tinggal menunggu detik-detiknya, hoaks dan ujaran kebencian justru merajalela.

Mesin Ais hingga saat ini ternyata tidak sanggup membendung dan mendeteksi dua hoaks yang menjadi sorotan netizen. Pertama, hoaks tentang foto Ketua Panwaslu Malaysia Yaza Azzahra yang berpose dua jari di tengah komunitas Relawan Prabowo-Sandi. 

Padahal itu adalah foto Idawati Murdaningrum, anggota Satgas Relawan Prabowo-Sandi Pas di Hati (Prasasti) Malaysia yang sekilas memiliki kemiripan wajah. Jika tidak ada klarifikasi dan ancaman somasi dari Idawati sendiri, hoaks itu akan terus tersebar.

Hoaks kedua adalah tentang pertemuan UAS dengan Karni Ilyas dan manajemen stasiun televisi tvOneNews, beserta fitnah yang menyertainya. Hoaks dan fitnah ini pertama kali disebar akun twitter @saididu yang sudah diretas.

Sejak sekitar pukul 11.00 WIB Sabtu (13/4) malam, akun @saididu memuat pelbagai konten yang bersifat sangat tendensius dan negatif terhadap sosok Ustaz Abdul Somad (UAS). 

Salah satunya adalah tweet yang berisi foto Ustad Abdul Somad yang tampak sedang berbincang-bincang dengan Direksi dan karyawan tvOne. Pada narasinya, akun saididu ini menulis sebagai berikut;

"Rapat UAS dg TV ONE yang sudah dibayar oleh PRABOWO utk mengkondisikan Dukungannya utk pasangan PAS tidak terlepas dari peran KARNI ILYAS . UAS Mendapatkan dana Milyaran Rupiah dari Prabowo yang diambil dananya di AYANA MID PLAZA untuk bangun ISTANA MEGAH #UASDibayarPrabowo,"

Tweet ini beserta tweet lain yang diposting pasca peretasan sudah tidak bisa ditemukan lagi di akun @saididu pada saat ini.

Menanggapi tweet hoaks dan fitnah tersebut, manajemen tvOneNews lewat akun media sosial langsung memuat klarifikasi. Dalam klarifikasinya, tvOneNews mengatakan foto yang diposting tersebut adalah foto UAS berbincang-bincang dengan Karni Ilyas dan manajemen tvOne setelah UAS menjadi khatib sholat Jumat 7 Desember 2019. tvOne juga menyatakan apa yang dituduhkan postingan tersebut adalah fitnah dan tuduhan tidak mendasar.

Meski tweetnya sudah dihapus dan ada klarifikasi dari tvOneNews yang ikut terseret, konten negatif menjurus fitnah terhadap UAS itu terus dibagikan. 

Beberapa laman media sosial yang selama ini pro pada pihak petahana masih memuat konten fitnah tersebut, seperti laman akun Mak Lambe Turah.

Sebagai dampak dari konten hoaks dan fitnah terhadap UAS, ujaran kebencian pun merajalela. Ini wajar mengingat UAS adalah sosok ulama populer dan berpengaruh.

Hoaks dan fitnah yang dituduhkan pada UAS dengan mendompleng akun @saididu yang diretas menunjukkan Mesin Ais seolah "mati", tidak berdaya menghadapi hoaks dan fitnah yang ditujukan pada pihak-pihak yang selama ini dikenal berseberangan dengan pemerintah.

Pasalnya, pemerintah dalam hal ini Kemkominfo belum juga memberi tanggapan apapun. Setidaknya untuk menenangkan masyarakat atau kelompok masyarakat yang dirugikan akibat hoaks tersebut. 

Tanggapan dari pemerintah dibutuhkan karena hoaks tersebut sudah menyeret tokoh nasional, jaringan televisi nasional dan ulama yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.

Terlebih lagi, konten hoaks itu juga mengarahkan tuduhannya pada Prabowo, capres nomor 02. Konten yang disebar akun twitter @saididu yang sudah diretas ini memang diposting tak lama setelah pertemuan UAS dan Prabowo.

Khawatirnya, apabila tidak ada tanggapan dan keseriusan dari pemerintah dalam menangani kasus hoaks dan fitnah terhadap UAS, maupun ujaran kebencian yang menyertai peredaran konten tersebut, gejolak antara pendukung kedua capres semakin kencang dan panas. Saling tuding dan tuduh sudah merebak. Jurang perpecahan yang semestinya bisa direkatkan kembali terancam semakin melebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun