Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pasca Pilpres 2019, K-Rewards Memakan Korban Seorang Kompasianer

5 Mei 2019   10:27 Diperbarui: 5 Mei 2019   10:33 1542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : kompasiana.com

Harapan adalah impian. Cita-cita. Keinginan. Diseberangnya ada realitas. Seringkali realitas berlaku kejam tak terperi, tak diijinkannya harapan berlabuh di dermaganya. Dibiarkannya harapan itu hanyut dalam arus liar yang deras

Siapa yang dipersalahkan? 

--- 

Tadinya saya punya harapan besar usai pilpres, kompasianer kawakan ini nasibnya akan lebih baik dibandingkan sebelumnya. Bagaimanapun, kompasianer ini banyak jasanya dalam perjalanan karier saya pada dunia menulis picisan di Kompasiana. 

Selain itu, integritas serta komitmen beliau pada kompasiana sudah tidak diragukan lagi. Itu entry point-nya, sehingga saya terpanggil untuk menuliskan artikel ini. Tanpa pamrih. Tidak pakai sambel. Tidak pakai bawang goreng. Juga tidak pakai kol. Tapi banyak kuahnya. Noted, yaa...

Harapan saya itu ternyata tidak terwujud. Padahal saya sudah menyebarkan banyak relawan untuk memantau sekaligus mengawal hasil perhitungan sampai akhir. Saya tempatkan mereka di tempat strategis.  Ada yang di warung soto, warung bakso, warung kopi, warung siomay, warung jomblo, dan tempat lainnya yang berpotensi menjadi tempat nongkrong.

Bukan hanya itu saja, saya juga membuat berbagai narasi positif, membangun diskusi intensif di berbagai tempat, serta mengerahkan para abal abal ahli surga dan neraka untuk meyakinkan publik bahwa beliau pantas memenangkannya.

Saya memahami beban moril beliau di dalam berbagai komunitas tempat beliau mengabdikan sebagian waktu dan tenaganya.  Di komunitas itu, beliau menjadi rujukan banyak orang,  termasuk saya yang seorang penulis picisan. Saya sudah menganggap beliau sebagai suhu saya melalui perhitungan tim internal saya. Dan kami sudah sering bermain suhu-suhuan, dengan kode "siaap suhuden!" heu heu heu....

Siapa beliau? Dia adalah Felix Tani. Seorang kompasianer lawas di usianya yang sepuh namun masih aktif menulis dibandingkan banyak kompasianer seangkatan yang sudah gantung jari. Beliau terus menulis di Kompasiana untuk berbagi informasi, pengetahuan dan tawa dengan humor revolusi mental. Itu motif utamanya. Bukan menulis demi uang.

Lu ngomong apa sih? Bikin bingung aja.  

Lagi nulis artikel picisan, bro....

Nulis kok ndak jelas, blas!

Itu baru foreplay, sabar dikit napa?

Baiklah, Casandra. Kalau itu bisa membuatmu bahagia!

 

Alkisah, sejak K-Reward diluncurkan tim Kompasiana, kompasianer Felix Tani tak pernah sekalipun mendapatkannya.  Entah sudah berapa kali bulan purnama berlalu. Entah sudah berapa kali tukang mie tok tok lewat, namun tak juga ada nama Felix Tani tercatat dalam pengumuman pemenang. 

Tentu saja ini menjadi tanda tanya besar seorang Felix Tani. Namun hal itu tak membuatnya patah arang. Celananya pun tak pernah sekalipun mlorot.

Apa salahnya suhu Felix Tani? Semua persyaratan administrasi sudah dia penuhi. Ritual magis upload foto KTP dan foto diri sedang pegang KTP, sudah dijalankan. Akun Go- Pay sudah terverifikasi. Mandi kembang tujuh rupa tujuh warna, sudah. Puasa melirik anak gadis pak lurah, sudah.

Berarti tinggal nunggu pengumuman penerima K-Rewards dari Redaksi Kompasiana. Tambahan, lewat akun Kompasiananya, Admin pernah mengirim pesan, bahwa kinerja artikelnya punya peluang meraih K-Rewards.

sumber gambar: kompasiana.com
sumber gambar: kompasiana.com

Suhu Felix Tani sudah dikenal kelompok tani guremnya sebagai penulis handal di Kompasiana. Dia tidak ingin para petani beranggapan Kompasiana tak mampu bayar dan dia sendiri tak mau dikatakan penulis gratisan karena hal itu akan menjatuhkan nama besar kompasiana dan harga diri dirinya sendiri. 

Intinya sesuai ijtima admin, Kompasiana berani bayar penulis, sedangkan di sisi lain kompasianer tidak pernah takut menerima bayaran. Klop!

Maka dengan semboyan "pantang gantung cangkul sebelum dapat cacing tanah untuk mancing ikan gabus" -- sikap positif thinking dan optimis beliau tak pernah surut. 

Suhu Felix Tani tak segan berbagi kebahagiaan kepada anggota kelompok taninya, dengan cara mentraktir mereka makan soto Mas Karso! Tentu saja secara diam-diam suhu Felix Tani berhutang kepada Mas Karso karena belum punya uang. Dia belum pernah menerima K-Reward, tapi optimis bulan ini bakal mendapatkannya.

Pengumuman K-Rewards bulan Januari hingga Maret lalu berlalu begitu saja. Tak ada nama Felix Tani dalam daftar penerima, sementara transaksi hutang soto Mas Karso sudah terlanjur dilakukan jauh hari sebelum pengumuman. Artinya, suhu Felix Tani dinyatakan gagal bayar hutang.

Hal itu membuat suhu Felix Tani menjadi paranoid terhadap diksi "soto". Kalau ada tulisan Soto, beliau lari terbirit-birit seperti orang mules ingin ke wc. 

Kalau mendengar suara teriakan tukang soto keliling, dia kabur lompat jendela, atau bersembunyi di bawah meja sambil tertunduk malu dan memainkan ujung rambutnya. Lututnya tertekuk, gemetar. Suaranya parau minta ampun, padahal tidak ada orang di ruangan itu.

Tak mendapatkan K-Rewards membuat suhu Felix Tani dendam kepada Admin Kompasiana. Dia berjanji dalam hati, bila mendapatkan K-Rewards bulan April pada pengumuman bulan Mei, maka para Admin akan ditraktirnya makan soto Mas Karso sepuasnya sampai perut mules. 

Dia juga berjanji akan  mengangkat para Admin Kompasiana sebagai petani gurem kehormatan di komunitas tani yang dia pimpin -- sebagai bentuk rekonsiliasi. Dengan cara itu, suhu Felix Tani berharap para Admin luluh hati dan berbelas kasihan kemudian mengabulkan harapannya mendapatkan K-Rewards pada periode selanjutnya.

Dasar perhitungan suhu Felix Tani sangat optimis. Bulan April lalu, suhu Felix Tani memposting 22 artikel, dengan jumlah pembaca 16.198 view, dan ratusan Vote. Saya cuma memposting 8 artikel dan mendapatkan 24 ribuan pembaca dan K-Rewards Rp 897 ribuan

Dengan perbandingan dengan saya, maka Felix Tani memiliki 66 persen dari yang saya dapatkan. Berarti Felix Tani bisa mengantongi Rp 598 ribu. Ini jumlah yang tidak sedikit untuk bayar hutang sekaligus membeli lagi soto Mas Karso secara kontan.

Namun apa lacur? Baru beberapa hari lalu K-Reward diumumkan, dan nama Felix Tani tidak ada dalam daftar pemenang!

Lagi-lagi sungguh malang nasib suhu Felix Tani. Dia marah besar karena merasa dipermalukan!  Maka dia mengeluarkan seruan tidak mempercayai perhitungan K-Rewards admin Kompasiana. Dia lebih mempercayai hitungan sendiri. Pokoknya dia harus mendapatkan Rp 598 ribu. Titik !

Suhu Felix Tani mungkin lupa, K-Reward didasarkan pada perhitungan Unic View (UV) yang dilakukan Google Analysis, artinya ; jumlah keterbacaan artikel didasarkan deteksi Google Analysis, sebuah system dari mbah Google. Jadi bukan berdasarkan jumlah view yang tampak pada artikel masing-masing kompasiner. Sedangkan admin kompasiana hanya bertugas merekap hasil hitungan otomatis Google Analysis tersebut.

Lalu bagaimana agar artikel kita bisa terbaca Google Analysis? Banyak cara, misalnya sering datang ke rumah Mbah Google, bawakan martabak atau ongol-ongol kesukaannya, sekalian minuman cendol. Jangan pernah bawa makanan yang keras seperti sop batu  atau pepes ban mobil, karena mbah Google sudah tidak punya gigi.

Anda bisania juga mengajak mbah Google jalan-jalan ke mall, nongkrong di warung kopi atau nonton bola bareng liga champion sampai subuh (nobar). 

Sesekali bikinlah acara bersama di kampung mbah Google, misalnya lomba makan kerupuk, lomba panjat pinang, sunatan masal gratis, dan lain sebagainya yang membuat mbah Google merasa senang di hari tuanya.

sumber gambar : kompasiana.com
sumber gambar : kompasiana.com

Kalau anda jenis orang pemalu berinteraksi seperti saya, cukup lah di depan laptop saja. Ketika usai menulis, bikinlah  beberapa "Tag" atau "Kata Kunci" yang kiranya populer di pemberitaan media mainstream atau di laman Google Search. Jadi, sebelum posting tulisan ke Kompasiana, lihat dulu di Google Search atau berita online, kata kunci apa yang populer.

Dengan demikian, "Tag" atau "Kata Kunci" tulisan anda berpotensi terdeteksi Google Analysis dan bisa bertengger di halaman utama Google. 

Syukur-syukur bisa nangkring di halaman 1,2,3 Mbah Google. Atau artikel anda "direkrut" kompas.com, Opera Mini atau yahoo.com, bean.com pada kanal news, future dan lain sebagainya. Sebaiknya "Tag" atau "Kata Kunci" dibuat lebih dari 3 buah.

Cara lain adalah lakukan share artikel anda ke berbagai komunitas yang sesuai tema artikel ke dalam media sosial, seperti FB, Twitter, IG, dll. Setelah itu, perbanyak makan yang berserat dan tidur yang cukup agar badan sehat selalu. Satu lagi, jangan lupa bahagia dan bercinta.

Menurut info A1 dari para agen celana saya, Felix Tani menghimpun para petani gurem untuk melakukan aksi People Powder terhadap kantor kompasiana. Aksi itu dikuatirkan akan membuat para klening serpis di kantor kompasiana stress berat karena harus membersihkan bedak yang bertaburan. 

Selain itu, wajah para admin akan menjadi mirip badut atau lekong taman lawang. Lebih daripada itu, jagat platform blog Kompasiana akan tercoreng dimata dunia guyon.

Felix Tani juga telah melakukan aksi K-Rewards K-reward-an di komunitasnya. Hal ini sangat mengharukan. Para pengikutnya berbaris dan mengucapkan selamat menerima K-Rewards kepada Felix Tani sembari menengadahkan tangan menerima uang kedeudeuh (tali asih).

Saya sendiri dalam posisi sulit. Disatu sisi, Felix Tani adalah suhu saya dalam menulis artikel picisan, sehingga saya menjadi penulis picisan terbaik menurut versi G-Spot dan versi On Clinic. Di sisi lain, saya sudah mendapatkan banyak materi dan non materi (uang dan popularitas) dari kompasiana. Sejak K-rewards dimulai, saya baru sekali tidak mendapatkannya karena hampir sebulan tidak menulis.

Setelah saya pertimbangkan, saya akan membela kompasiana. Kenapa? Karena saya saya lelaki pemalu yang matre (material man). Saya adalah lelaki bayaran (PebPay). Saya berprinsip "Maju Tak Gentar Membela yang Bayar". Selain itu, saya punya misi rahasia yakni menjadi admin tahun 2222, jadi harus berbaik hati dengan para admin jaman now.

Kepada kompasianer Felix Tani, saya tidak akan menghiburnya karena saya tahu dia paling benci lelaki penghibur. Saya hanya berharap Felix Tani mengurungkan niatnya melakukan People Powder di kantor Kompasiana. 

Masa puasa K-Rewards untuk Felix Tani terpaksa diperpanjang. Saya yakin masih banyak kereta K-Rewards yang akan lewat.  Selamat melakukan Tapa Brata kepada suhu Felix Tani yang saya hormati.

Kepada seluruh kompasianer yang menjalankan ibadah puasa, saya ucapkan selamat memasuki dan menjalankan ibadah puasa. Semoga lancar dan memberi berkah berlimpah bagi kehidupan pribadi dan sosial anda.

Dengan berkhirnya artikel picisan ini, saya mohon p a m i t. Aku sih rapopo....... 

------

Referensi :  link dua artikel Felix Tani,

1.  Gagal Dapat K-Rewards, Takut Ketemu Tukang Soto

2. Berharap K-Rewards Terhutang di Warung Soto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun