Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Berguru dari Emak-Emak, Cara Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan Era Milenial

9 Juli 2019   15:40 Diperbarui: 9 Juli 2019   16:04 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emak-Emak (bengkuluinteraktif.com)

Masih ingatkah kita di masa kecil, saat kita ingin beli mainan tapi malah dimarah oleh Emak kita. Alasannya kadang tidak bisa kita terima.  Saat kita ingin beli es krim tapi dimarah oleh Emak kita. Alasannya nanti batuklah, nanti pileklah, nanti sakit perutlah, ya, macam-macam. Begitupun dirumah, kadang kita begitu responsif dengan sayur/lauk yang dimasak Emak. Lauknya kadang hanya telur dadar dan sambal teri, kadang hanya tumis kangkung dan terong, dan kadang pula hanya pucuk ubi rebus dan sambal. Tapi sadarkah kita! itulah kehebatan Emak.

Suka dan tidak suka, mau dan tidak mau "Emak lebih duluan makan garam", sehingga Emak tahu yang terbaik buat anaknya. Meskipun kadang mengesalkan, itulah bentuk keperdulian Emak. Tinggal, bagaimana cara kita mensyukurinya, punya Emak yang peduli dan perhatian untuk menunjang masa depan kita.

Banyak cara ampuh para Emak yang bisa kita tiru dalam mengarungi era millennial ini, yaitu:

Penuh Perhitungan
Penuh perhitungan disini bukanlah pandangan dari sisi "negatif", melainkan sisi kebermanfaatan. Coba kita lihat para Emak-Emak. Berapapun uang yang mereka terima dalam 1 bulan, bisa mereka kelola dengan sungguh baik, dan malah bisa mereka sisihkan. Emak-Emak tidak perlu harus tamat sarjana, atau kursus private dengan Menteri Keuangan, dalam mengelolanya. Emak tahu betul apa yang harus diperbuat disaat krisis moneter dalam rumah tangga, disaat suami sedang mengalami penurunan omset, dan disaat anak-anak sudah sekolah dan kuliah. Jadi, jangan heran jika Emak itu suka tawar-tawar dan berpikir dua kali dalam bertindak.

Usaha Mandiri Emak
Mari sejenak kita melihat negara India, Annette Dixon selaku Wakil Presiden Bank Dunia Asia Selatan Forum Perempuan Times Ekonomi, mengatakan: "we have invested over $3 billion over the past 15 years to support state governments to empower poor rural women through self-help groups." (worldbank.org)

Bayangkan saja dalam 15 tahun, negara India  berinvestasi hingga $ 3 Milyar untuk memberdayakan para Emak-Emak. Dan hasilnya: para Emak-Emak mengalami ketahanan pangan yang lebih besar, akses keuangan yang lebih baik, dan pendapatan yang lebih tinggi yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat mereka.

Banggalah kita melihat Emak-Emak kita saat ini. Begitu banyak usaha mandiri mereka dalam menjaga stabilitas keuangan. Mulai dari jualan kue, pempek, lotek, bakso, hiasan pernikahan, hingga yang sedang trendy sekarang, yaitu online shop.  Ini adalah bukti nyata peran besar para Emak dalam menstabilkan sistem keuangan bangsa ini.

Emak,  Tempat Berinvestasi dan Gurunya Investasi
"Jika ingin uang Anda aman, tidak berkurang, maka investasikanlah ke Emak". Pernyataan ini begitu familiar di telinga kita yang sedang bekerja dan belum berkeluarga. Wajar saja, disaat kita sudah berpenghasilan tapi belum menikah, nafsu boros itu sedang besar-besarnya. Lihat barang yang enak dipandang, lalu segera ingin beli, lihat makanan enak, ngebet ingin beli, lihat destinasi wisata baru, langsung hubungi teman dan segera ingin dikunjungi. Jadi, berapapun besar penghasilan, sebesar itu pula pengeluaran. Tidak kena rumus keuangannya. Terlebih lagi jika punya atm, sms banking, E-money, Debit, dan sejenisnya, maka semakin cepat keuangan kita bobrok jika tak pandai menahan nafsu.

Berbeda cerita jika kita titip ke Emak. Meskipun kadang Emak lebih menyarankan "simpan saja" ke bank, namun dengan keperduliannya Emak akan tetap menerima jika kita ingin ber-invest kepadanya. Jadilah Emak sebagai Bank yang paling aman.

Kemudian, cobalah lihat cara Emak dalam berinvestasi. Mungkin kita sampai kesal jika mengantar Emak belanja pakaian dipasar, termasuk saya sendiri. Sering kali butuh  waktu hingga berjam-jam untuk memilih pakaian yang "cocok". Tawar sana tidak cocok, lalu pindah, hingga dapat yang cocok (lebih murah), padahal jika kita lihat dari segi model maupun desainnya, tidak beda-beda amat. Disinilah kekuatan Emak. Dari sisa beli pakaian itu, uangnya dapat Emak simpan untuk keperluan uang sekolah anak, untuk keperluan rumah, dan sebagainya. Itu baru pakaian, belum barang lain, seperti perabotan, dan kebutuhan pokok rumah tangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun