Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Penjual Sayur

30 November 2019   09:47 Diperbarui: 30 November 2019   13:42 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://jihandavincka.com

Penjual sayur dihadang sepi. Teriakannya dimakan suara mesin pompa air. Ibu-ibu sibuk menggoreng bawang merah. Anak-anak melahap tahu goreng, sementara bapaknya sibuk memanasi kendaraan.

"Saaaayuurr, saaaayuur," suara emas itu terus menyanyi di tengah gang perumahan yang lengang. Kucing hitam di depan rumah berpagar putih nampak tersenyum renyah sekilat nampak taringnya yang lancip. Matanya menyorot ikan pindang yang melambai di atas gerobak sayur.

"Saaaayuurr, saaaayuur," suara yang mulai berubah perak itu sedikit parau berhenti di depan rumah yang terasnya tergantung banyak sangkar burung. Burung-burung saling bersahutan menegur penjual sayur. Mereka bercuitan bahwa makan dan minum sudah dicukupi oleh pemilik rumah. Burung yang mahal harganya malah mencuit tantang kepada penjual sayur, "Hei mengapa kau tak menjual kebebasan saja, kami butuh terbang bebas bang!"

 "Saaaayuurr, saaaayuur," suara yang sudah menjadi perunggu ungu itu akhirnya duduk lemas. Gerobaknya menguap dipanggang mentari. Ia tepat berhenti di depan rumah cat ungu. Seorang janda yang belum seberapa tua keluar dari rumah seraya bertanya, "Bang, berapa harga terong yang ungu itu?" Penjual sayur segera bangkit, menoleh arah suara calon pembeli. Matanya dipenuhi tubuh perempuan calon pembeli terong. "Aku sudah lelah berjualan, ambil saja semuanya, aku sudah tak punya cinta dan rindu, hidupku sudah seperti sayur layu ungu."

Sebulan berikutnya kudengar penjual sayur itu berbulan sayur dengan janda yang tinggal di rumah bercat ungu. "Maaf, penjual sayur cuti menikah", demikian tulisan itu menempel di gerobak sayur.


MALANG, 30 NOVEMBER 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun