Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ajaran Guru Sejati dalam Tembang Macapat

13 Juli 2012   12:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:59 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13421838821987390410

http://www.sesawi.net/2012/07/12/ajaran-guru-sejati-dalam-tembang-macapat/

“Merga bener wani rekasa lan pasrah Gusti yen diwada.” (G.P. Sindhunata, S.J, halaman 528)

“Karena benar berani menderita dan pasrah pada Tuhan saat dicaci-maki.” Begitu selarik petikan kidung Romo Sindhu. Judulnya Sabda Rahayu. Total ada 9 ayat yang notabene musti dilakoni dalam keseharian. Pemimpin Redaksi Majalah Basis ini memodifikasi tembang “Tombo Ati” agar manusia dapat mencecap nikmat anggur “Rahayune Urip” (kebahagiaan hidup).

“Injil Papat, Piwulang Sang Guru Sejati ing Tembang Macapat” terdiri atas gubahan kitab-kitab klasik. Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes disunting bersama Ag. Suwandi, S.Pd dalam bentuk macapat. Sebentuk sintesis dialektik antara budaya Jawa dan ajaran Gereja. Referensi utamanya ialah Injil Perjanjian Baru (PB) dari Romo A. Soenarjo, SJ.

Sindhunata lebih dikenal sebagai budayawan, esais sepak bola, dan penulis feature bergenre humanis. Ternyata, ia masih terdaftar sebagai seorang paderi Jesuit. Pun tekun mendalami laku Kejawen. Sebelumnya, Romo Sindhu telah menulis buku-buku berbahasa Jawa. Antara lain, nDerek Sang Dewi ing Ereng-erenging Redi Merapi, dan Nggayuh Gesang Tenterem: Novena Margining Kabegjan.

Sedangkan, Ag. Suwandi, S.Pd sempat bekerja sebagai guru dan dosen. Selama 8 tahun, mereka berduet menyunting ayat-ayat Kitab Suci (KS) menjadi untaian tembang macapat. Selain itu, buku ini kian komplit berkat visualisasi aneka lukisan karya Herjaka. Ia dikenal sebagai seniman yang gandrung pada seni wayang.

Injil Papat mengalami cetak ulang yang ke-3 hingga tahun lalu. Pada halaman sampul, tampak Ki Semar menembang dengan lamat-lamat (perlahan dan penuh nikmat). Sedangkan, Bagong, Gareng, dan Petruk menyimak santai sembari bersila, duduk timpuh, dan bahkan tiduran terkurap.

Bagi kaum muda yang lebih sering menonton MTv (Music Television), aktivitas melagukan tembang macapat bisa jadi membuat lidah kelu, “Ana kidung rumeksa ing wengi / Teguh ayu luput ing lelara / Luput ing bilahi kabeh / Jin setan datan purun / Paneluhantan ana wani / Miwah panggawe ala / Gunaning wong luput / Geni atemahan tirta / maling adoh tan wani perak ing mami / Tuju guna pan sirna…” (halaman 33).

Padahal, sejatinya arti petuah lelulur tersebut meremangkan bulu roma, “Ada kidung penguasa malam / Sehat dijauhkan dari penyakit / Terbebas dari semua kesialan / Jin dan setan tidak mau mendekat / Teluh tidak mempan / Termasuk hasrat mencelakai / guna-guna orang keblinger / Api ditaklukkan air / Pencuri menjauh tak berani mendekat / Segala niat jahat pun sirna.”

Lazimnya, tembang macapat dilagukan dalam wayang kulit, ketoprak, dan kenduren. Isinya berupa petuah para bijak ihwal kebenaran hidup. Nilai keutamaan yang semula dibaca atau dikotbahkan, kini dinyanyikan dengan pakem tertentu. Setidaknya, terdapat 9 ragam cengkok/irama. Antara lain dhandanggula, sinom, asmaradana, pangkur, mijil, gambuh, durma, maskumambang, dan pucung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun