Mohon tunggu...
eny mastuti
eny mastuti Mohon Tunggu... -

Ibu dua orang remaja. Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kekuatan Media Sosial (Dapat) Merapuhkan Ketahanan Keluarga

16 Agustus 2017   00:20 Diperbarui: 16 Agustus 2017   08:56 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : asap-mkt.com

 Media sosial membawa masyarakat ke dalam suatu pola interaksi yang tidak sekedar baru, tetapi sangat berbeda dari model komunikasi antar personal jaman dulu. Penyampaian pesan dengan kecepatan tinggi - real time, daya jangkau  luas dan waktu interaksi sangat fleksibel- anytime.

Sekitar tahun 80 an, ketika ada anggota keluarga harus menjalankan tugas di suatu pulau kecil di Nusa Tenggara Timur, rasa kehilangan mendera begitu dalam. Kami merasa benar-benar-benar terpisah.  Secara lahir dan bathin.

Salah satu nya karena sulitnya akses komunikasi. Surat menyurat membutuhkan waktu lama. Kontak melalui pesawat telpon juga tidak mudah. Kualitas suara jelek. Jumlah pesawat telpon terbatas.  Bertelpon harus menggunakan fasilitas kantor. Sehingga hanya bisa kontak pada jam kantor saja, obrolan tidak bisa berlama-lama dan tarif mahal karena dilakukan pada jam kerja.

Kini di era digital, komunikasi dengan keluarga nun jauh di seberang tak jadi soal. Kabar dari kampung halaman, bisa dikomunikasikan setiap waktu. Saling menyapa dan bertukar kabar dari pagi buta hingga kantuk malam menjelang.

Itu sedikit gambaran dari sekian banyak manfaat perkembangan komunikasi digital. Namun segala sesuatu, selalu membawa dua sisi yang melekat. Yaitu manfaat dan akibat. Demikin juga kehadiran media sosial.

Banyak pihak tampaknya mulai risau dengan pesatnya perkembangan teknologi yang membuat media sosial semakin perkasa.  Memasuki semua lini masyarakat termasuk keluarga. Merangsek masuk dalam sendi kehidupan anak-anak sekaligus ayah dan ibu. Keberadannya tak lagi hanya sekedar gaya hidup tetapi menjadi kebutuhan.

Salah satunya adalah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) , yang kemudian merasa perlu mengangkat tema Bijak bermedia sosial Demi Bangun Keluarga Berketahanan Nasional ,  untuk lomba menulis dalam rangka memperingati Harganas tahun 2017. 

Bagaimana Kekuatan Media Sosial yang Dapat Merapuhkan Ketahanan Keluarga ?

Media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dalam keluarga, lalu muncul kekhawatiran akan mengganggu ketahanan keluarga. Maka pertanyaannya adalah , sebenarnya pada titik mana, ketahanan keluarga dapat menjadi rapuh karena kehadiran media sosial? Apakah pada :

  • Bergeser nya nilai-nilai luhur agama dan budi pekerti karena tergantikan oleh paham-paham baru yang berdatangan dari segala penjuru melalui media sosial.
  • Melemahnya ikatan antar anggota keluarga karena masing - masing sibuk dan lebih tertarik dengan kawan baru, hal baru atau dunia baru yang ditemui di media sosial.
  • Berkurangnya saling ketergantungan dalam keluarga, karena banyak hal dapat diselesaikan melalui / dengan bantuan media sosial.
  • Minimnya interaksi dan waktu berkumpul keluarga karena merasa tanpa harus bertemu pun, komunikasi bisa dilakukan sepanjang hari melalui media sosial.

Mungkin daftar tersebut masih bisa bertambah panjang, melihat banyaknya kasus yang menimpa generasi muda kita, sebagai efek dari kurang bijak bermedia sosial. Seperti kasus hukum yang bermula dari ujaran kebencian serta penyebaran berita palsu. Beberapa pelaku harus tercyduk ( istilah pengguna medsos yang artinya si terduga dijemput polisi). Serta kasus - kasus kriminalitas lain yang ketika menimpa seseorang, dipastikan pada akhirnya akan melibatkan bahkan menyulitkan keluarga.

Jika gejala ini mulai terasa, maka tugas orang tua untuk segera mengambil langkah, sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya dengan :

  • Memprioritaskan media sosial untuk komunikasi anggota keluarga. Demi menjaga ketahanan keluarga, maka  kegiatan  pertemanan - facebook, instagram WA grup- , bahkan pekerjaan pun,  boleh dan bisa ditempatkan pada urutan ke sekian setelah urusan  keluarga.
  • Selalu ingat bahwa betapa pun menariknya hal baru, kawan baru atau dunia baru di media sosial, semuanya akan menjadi hambar jika untuk mendapatkannya kita harus kehilangan orang-orang yang kita cintai dalam keluarga.
  • Media sosial mungkin mampu menjawab berbagai kebutuhan anak, seperti dalam tugas sekolah, mencari referensi mode / fashion dan sebagianya. Tetapi sebagai orang tua, usahakan tetap memberi contoh atau suri tauladan yang baik, agar kita menjadi rujukan dan model dalam tumbuh kembang mereka menjadi manusia dewasa. Misalnya dalam hal tanggung jawab, keberanian menghadapi dan menyelesaikan masalah, kemauan untuk terus belajar dan membuka diri pada hal-hal baru dan positif.
  • Berusaha menyediakan waktu berkumpul keluarga, karena interaksi langsung tetap berbeda dengan komunikasi di dunia maya. Bukan rahasia lagi, bahwa banyak manfaat dari kegiatan ngobrol dan kumpul- kumpul keluarga. Bisa mempererat ikatan keluarga dan membuka peluang berdialog langsung. Dengan bertatap muka kita bisa melihat sorot mata, mimik muka, bahasa tubuh dan isyarat fisik lain pada diri  anak-anak. Berbekal kepekaan dan naluri sebagai orang tua, akan mudah ditangkap jika ada masalah yang sedang dihadapi anak. Sehingga dapat segera dicarikan jalan keluarnya.

Ponorogo, Agustus 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun