Mohon tunggu...
Fakhrunas Jabbar
Fakhrunas Jabbar Mohon Tunggu... Dosen - Penulis/ Sastrawan

Fakhrunnas MA Jabbar adalah sastrawan, dosen dan wartawan, tinggal di Pekanbaru Riau

Selanjutnya

Tutup

Puisi

HPI Riau Berskala ASEAN dan Akrab Lingkungan

17 Agustus 2017   04:06 Diperbarui: 17 Agustus 2017   04:42 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak jauh dari istana juga terdapat Balairung Kesultanan Siak, Makam Sultan Syarif Kasim II, sultan terakhir yang menghibahkan seluruh asset kerajaan termasuk uang senilai 13 juta gulden Belanda kepada negara Indonesia yang baru merdeka dan diterima oleh Presiden Sukarno masa itu.

Lebih dari itu, para peserta diajak berziarah ke Makam Raja Kecik, pendiri kerajaan Siak yang sangat masyhur dalam sejarah. Raja Kecik merupakan putra Sultan Mahmud, Sultan Johor yang pernah dibesarkan di Kerajaan Pagaruyung. Kemudian Raja Kecik inilah yang mendirikan kerajaan Siak yang sempat memiliki wilayah kekuasaan di sebagian pulau Sumatera dan tanah Semenanjung Malaya.

Usai mengunjungi Makam Raja Kecik, peserta pun diajak melihat peninggalan sejarah di tepi sungai yang bernama Kolam Hijau. Konon dulunya, di kolam itulah sultan melakukan pencucian keris. Namun saying, kondisi dan informasi yang berkaitan dengan kolam bersejarah itu tidak ditata dan dikelola dengan baik.

Beraroma Sastra Hijau

 

Penyelenggaraan HPI Provinsi Riau oleh Komunitas Rumah Sunting ini sejak awal digiring Kunni Masrohanti lebih dekat ke alam dan lingkungan. Kegiatan beberapa hari di kota Siak digelar di tepi sungai Siak yang dulunya bernama sungai Jantan. Lebih-lebih lagi kegiatan di desa Buluhcina yang benar-benar bersebati dengan alam.

Para peserta diinapkan ala homestay di rumah-rumah penduduk desa wisata budaya Buluhcina itu, termasuk Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri. Sebab, di desa kecil tersebut memang tak ada hotel atau penginapan sama sekali meski pun setiap tahun duounya ada iven Pacu Sampan Buluh Cina memperebiutkan Piala Presiden.

Kedekatan acara HPI dengan alam sebenarnya cukup beralasan. Kunni Masrohanti saat menyampaikan laporan panitia pada acara pembukaan HPI di Gedung Tengku Mahratu mengatakan kegiatan HPI tersebut dapat terselenggara atas dukungan dan kerjasama banyak pihak terutama Pemkab Siak dan Walhi Riau.

Jejak kerjasama dengan Walhi itu pula dibuktikan dengan terbitnya Antologi Puisi Hijau Penyair Riau  berjudul Mufakat Air yang diterbitkan atas kerjasama Rumah Sunting dan Walhi. Di dalam buku yang dikuratori oleh Kazzaini Ks dan Kunni Masrohanti ini memuat  lebih 80 puisi yang ditulis  sejumlah 37 penyair.

Buku puisi hijau ini tentu saja didominasi oleh puisi bertema lingkungan dengan sudut pandang yang sangat beragam. Suara rintihan dan kritik tajam pun tak terhindarkan saat menatap situasi dan kondisi alam dan aktivitas pembangunan di tanah air terutama Tanah Melayu Riau yang sangat merugikan semua pihak terutama rakyat.

Selain itu, panitia juga menerbitkan buku puisi Menderas Sampai ke Siak yang menghimpun puisi-puisi para penyair nusantara yang bertemakan Siak. Tak tanggung-tanggung, buku yang dikuratori oleh Fakhrunnas MA Jabbar, Mosthyamir Thalib dan editor Bambang Kariyawan ini menghimpun ratusan puisi karya 99 penyair dari berbagai kota di tanah air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun