Mohon tunggu...
Narwan Eska
Narwan Eska Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemahat Rupadhatu

Berkelana di belantara sastra, berliterasi tiada henti

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dukung Konservasi Air Melalui Urban Farming

28 Agustus 2019   13:47 Diperbarui: 4 September 2019   15:28 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengembangan urban farming di perkotaan

Foto: tedxrockcreekpark.com
Foto: tedxrockcreekpark.com

Prinsip dasar konservasi air adalah mencegah atau meminimalkan air yang hilang sebagai aliran permukaan dan menyimpannya semaksimal mungkin ke dalam tubuh bumi. Kemudian pemanfaatan air hujan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain curah hujan, nilai kelulusan batuan (konduktivitas hidrolik), luas tutupan bangunan, muka air tanah, dan lapisan akuifer.

Agar dapat terimplementasikan pada masyarakat atau pengelola bangunan maka diperlukan tata cara pemanfaatan air hujan. Dalam Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 12 Tahun 2009, Tanggal 15 April 2009 disebutkan, jika halaman tertutup semen, beton atau konblok, air akan menggenang dan tidak bisa masuk ke dalam tanah. Genangan air yang tidak segera dibersihkan bisa menjadi sarang nyamuk.

Hal itu banyak terjadi di perkotaan dengan pemukiman padat. Maka masyarakat kota, termasuk kota besar seperti Jakarta perlu memahami manajemen air hujan dengan mengurangi penutupan permukaan tanah dengan semen atau konblok, pembuatan sumur resapan, dan pembuatan biopori.

Selain itu, memanfaatkan air hujan melalui urban farming pun cukup berarti sebagai tindakan bijak selain dua kegiatan di atas. Bercocok tanam di rumah penduduk perkotaan dapat menggunakan berbagai bahan sebagai wadah atau media tanam. Seperti memanfaatkan paralon tak terpakai atau bekas sebagi pot PVC, bekas kemasan cat tembok, bahkan sepatu boots bekas pun bermanfaat.

Barang-barang bekas tersebut bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman hias atau sayuran untuk kebutuhan sendiri. Bahkan dapat berulang-ulang dilakukan dengan tanaman usia pendek. Seperti bawang merah, onclang, tomat, cabai, seledri, kangkung, sawi, selada, terung, atau lainnya.

Sistem penanaman di lahan sempit bisa dengan model vertikultur, yaitu dengan menggunakan pot vertikal. Bahkan bisa juga dengan penanaman tanpa media tanah, cukup dengan air atau istilahnya hidroponik.

Urban farming percantik rumah dan lingkungan

Foto: dokpri
Foto: dokpri

Kegiatan urban farming dengan pot-pot barang bekas memiliki banyak manfaat. Seperti menyediakan sayuran, tanaman obat, sekaligus mempercantik keindahan teras atau lingkungan tempat tinggal. Rumah dan teras penuh tanaman segar dan bunga warna-warni menarik dengan pot warna-warni pula membuat betah penghuninya, serta asri dipandang mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun