Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perlunya Jaim di Medsos

17 Juni 2019   01:53 Diperbarui: 17 Juni 2019   02:40 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Wanitaindonesia.co.id

Penyebab dan Dampak suka nyinyir dan menghujat orang lain

Ilustrasi Cyberbullying | Sumber : Blogging.com
Ilustrasi Cyberbullying | Sumber : Blogging.com

Ini yang paling sering kita temui, entah itu di berita, membaca langsung komentar para netizen ataupun mungkin sudah mengalami sendiri dikomentari secara negatif. Sampai ada sebutan netizen maha benar, karena komentarnya yang cenderung menghakimi dengan kata-kata yang sangat keras dan kasar bak orang primitif.

Penyebab paling utama adalah kurangnya pengontrolan emosi dalam diri karena tayangan atau postingan yang terlalu totalitas, hingga bisa menciptakan emosi yang melihatnya. Sekarang ini, kita selalu didoktrin sebagai masyarakat yang pintar dalam hal teknologi dan ilmu pengetahuan, namun, ajakan dan doktrinisasi agar kita juga harus memiliki kecerdasan secara emosional, masih sangat kurang.

Kemudian, kemajuan teknologi yang cepat tidak diimbangi dengan pendidikan dalam hal bermedia sosial. Ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga terjadi di luar negeri seperti Korea dan Perancis. Di Korea, ada artis yang bunuh diri karena tidak kuat menghadapi caci maki para netizen. Di Perancis, seorang remaja juga melakukan bunuh diri karena dibully oleh teman-temannya via online. 

Kurangnya pengontrolan dan bimbingan orang tua dalam hal penggunaan smartphone, karena sekarang ini banyak anak usia dibawah 17 tahun yang sudah memiliki smartphone pribadi. Padahal anak remaja seperti ini sangat pintar dan canggih dalam mengakses dunia maya, juga sangat mudah untuk terpengaruh dengan orang yang dianggapnya keren. Tidak semua influencer, artis ataupun tokoh politik memiliki karakter yang patut ditiru oleh anak-anak remaja seperti ini, apabila mereka salah kaprah karena tidak ada bimbingan, mereka akan mudah meniru apa yang mungkin tidak seharusnya dilakukan oleh mereka. 

Tontonan acara TV dan konten media sosial para selebgram ataupun artis yang kurang berbobot, juga bisa mempengaruhi, karena banyak dari konten-kontennya yang tidak memperhatikan mutu, yang diutamakan adalah rating dan likes untuk mendapatkan keuntungan dan followers. Sinetron, talkshow dan realityshow banyak yang masih menayangkan perkelahian, bercanda yang terlalu vulgar, dan apabila ada yang tersinggung langsung memaki dan terlalu menunjukkan emosi yang berlebihan agar terlihat dramatis, dampaknya penonton yang melihat apabila melihat secara terus-menerus, akhirnya akan terdoktrin bahwa hal tersebut keren dan boleh dilakukan. Kemudian, adanya selebgram atau youtuber memberikan konten yang menarik karena tahu orang Indonesia itu kepo, maka disajikanlah konten curhat di media sosial dan menangis sejadi-jadinya didepan kamera, kemudian melabrak "musuh"nya di depan kamera, agar terlihat jagoan, juga dilakukan demi mendapatkan followers, simpati dan pujian. Apabila ini ditonton terus-terusan, ini juga akan berdampak pada followers-nya, akan ditiru karena dianggap sebagai hal yang wajar.

Belum lagi adanya tokoh-tokoh politik yang seperti membenarkan cacian dan penghujatan, sebagai suatu kritik yang pantas dilakukan. Tokoh politik, biar jelek seperti apapun pasti akan tetap dipandang sebagai orang yang patut dicontoh.  Padahal, apabila mereka mencontohkan cara mengkritik yang baik dan benar, serta berbahasa sopan, tentu cacian dan hujatan bukanlah sesuatu dianggap wajar dan lumrah dilakukan, walaupun merasa benci seperti apapun dalamnya. Apabila ini selalu dianggap wajar dan lumrah, bila tidak ada hukuman atau jeraan, maka warga di Indonesia, akan merasa bila tidak setuju, maka cacilah dan hujatlah, karena itu adalah bentuk kritikan yang paling baik dan mengenai musuh. 

Di Amerika sendiri, negara yang dipandang memiliki kebebasan dalam berpendapat, cacian dan hujatan seperti ini sudah ada hukumannya, bahkan akan dipenjara dan didenda ribuan dolar, walaupun sudah meminta maaf, bukan terhadap pemerintah saja, akan tetapi terhadap teman sekolah pun ada hukumannya. Indonesia sendiri masih terlalu baik, penghujatan dan cacian ini masih diberikan pengampunan, dengan hanya meminta maaf karena khilaf. 

Karena adanya penyebab itulah, menurut saya, netizen saat ini sangat mudah untuk nyinyir dan menghujat, orang-orang ini tidak memikirkan image-nya di depan orang lain, karena tidak paham dampak buruk yang akan disebabkan dari kelakuan yang sebenarnya tidak wajar.

Tentu saja ada dampak secara psikologis bagi orang yang melakukan cyber bullying, seperti hujatan dan cacian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun