Mohon tunggu...
Mylab Thereader
Mylab Thereader Mohon Tunggu... Book Reader -

MyLab - Book Reader. Even when we read a novel or fiction, we are not reading a drama, romance, horror, epic or thriller. We learn the human being way of thinking, its behavior, culture and strategies to deal with a situation. Blog https://jemlibrary.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

The Count of Monte Cristo: Dunia yang Asimetri, Resiprokal dan Eksternalities

27 Juni 2017   13:02 Diperbarui: 30 Juni 2017   00:27 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam perjalanan pulang dari perniagaan, Kapten kapal Le Pharaon mendadak mendapat serangan penyakit. Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, sang Kapten memberikan perintah kepada Edmond Dantes agar kapal singgah di Pulau Elba, tempat dimana Napoleon Bonaparte di asingkan, untuk mengambil sepucuk surat dan sebuah paket yang akan dikirimkan kepada seseorang di Paris. Edmond Dantes yang tak pernah mengerti apapun selain menjalankan perintah, tak pernah menyangka bahwa sepucuk surat dan sebuah paket yang diterimanya itu akan membawanya mendekam di sebuah penjara dingin dan gelap; yang memberinya penderitaan dan kepahitan hidup, yang memisahkannya dari Mercedes kekasihnya dan ayahnya; yang memupuskan harapannya atas kehidupan cerah yang menantinya di depan.

Putus asa dan nyaris bunuh diri, Dantes bertemu dengan seorang tahanan lainnya, seorang tua bernama Faria yang sedang merancang pelarian demi kebebasannya. Orang tua itu kemudian mengajarkan banyak hal pada Dantes. 14 tahun mendekam di penjara, Dantes menemukan pelajaran yang berharga: hidup itu asimetri, resiprokal dan eksternalities. Orang dilingkungan anda dapat menyalah gunakan informasi yang terkait tentang diri anda dan menggunakannya demi keuntungan dirinya sendiri; sekelompok orang yang memiliki perasaan sama terusik dengan kehadiran atau keberuntungan anda bisa saja berkomplot untuk menyingkirkan anda; dan tindakan apapun yang anda lakukan akan selalu memberi dampak bagi orang lain.

Dalam senyap, bersama sang orang tua itu, Dantes berupaya memahami apa yang menyebabkan dirinya berada disana. Kalau ingin mengetahui siapa pelaku sebuah kejahatan, temukanlah dulu siapa yang paling beruntung dari kejahatan itu.  Siapa yang paling beruntung dari lenyapnya dirinya? Dengan cara itu Dante kemudian menemukan siapa pelaku dan motif dari orang-orang yang mengirimnya ke penjara. Rasa putus asa berubah menjadi kemarahan yang mendorong motivasinya untuk merencanakan pelarian demi kebebasan dan kesempatan membalas dendam kepada orang-orang yang telah memberinya sebuah fitnah keji ini. Faria, tidak hanya mengajarkan banyak pelajaran pada Dantes, diakhir hidupnya di penjara tersebut Faria mewariskan sejumlah harta yang memungkinkan Dantes untuk bisa membeli kekuasaan dan pengaruh yang dapat digunakannya untuk melakukan pembalasan dendam dengan cara licik dan halus penuh rancangan strategi kepada orang-orang yang telah mengirimnya kepenjara; sebuah pembalasan dendam yang memberi kehancuran dan kepahitan yang lebih kejam dari kekejaman hukuman yang mampu diberikan oleh dewa manapun. Dalam upayanya untuk membalas dendam, dengan pengaruh dan kekuasaan yang dapat dibelinya, Dantes  mengubah indentitasnya mejadi seorang bangsawan dari Monte Cristo.

Dantes memainkan perannya sebagai tokoh protagonist dalam cerita. Karakternya digambarkan sebagai seorang sosok yang jujur penuh rasa hormat, gentleman, santun dan rendah hati, yang dihormati dan disenangi oleh semua crew kapal. Meninggalnya Kapten kapal El Pharaon membuat Morrel sang pemilik usaha yang terkesan atas sikap dan kinerja Dantes, menunjuknya menjadi pengganti Kapten di usianya yang 19 tahun. Masa depan cerah menanti Dantes di depan sana.

Danglars, rekan kerja Dantes, adalah petugas tata usaha yang mencatat transaksi dagang yang dilakukan dalam ekspedisi perdagangan kapal El Pharaon. Seorang yang kerap memanipulasi transaksi perdagangan demi keuntungan sendiri. Danglars adalah satu-satunya orang yang tidak menyenangi Dantes di El Pharaon. Diangkatnya Dantes menjadi Kapten kapal El Pharaon merupakan ancaman baginya. Namun, Danglars bukanlah orang yang cukup berani untuk menghadapi Dantes seorang diri. Tokoh lain dalam cerita adalah Caderousse, teman Dantes, yang berprofesi sebagai penjahit dan rentenir. Karakter ini digambarkan sebagai seorang yang inconsistency between attitude and behavior sehingga penuh tipu muslihat dan lihai memprovokasi.  Tak ada kecendrungan tertentu dari Caderousse terhadap Dantes. Sehingga kami menyimpulkan bahwa karakter ini tak lebih dari seorang oportunis yang mencoba mengubah peruntungan hidupnya dengan mendapat berkah dari lenyapnya Dantes. Tokoh lain adalah Fernand, seorang Catalan, yang mati-matian mencintai Mercedes, kekasih Dantes, dan selalu berupaya mengalihkan Mercedes dari cintanya kepada Dantes. Namun Mercedes tetap menjatuhkan pilihannya pada Dantes. Cinta yang berlebihan akan membunuhmu atau membunuh orang lain. Walaupun Fernand cukup ksatria untuk membela martabatnya di depan Dantes dan Mercedes namun karena cintanya dan harapannya yang sangat besar untuk berhasil mendapatkan Mercedes, Fernand mengurungkan niatnya untuk berduel dengan Dantes. Cukup lengkap: pemanipulasi transaksi dagang yang terancam keuntungannya, seorang oportunis yang selalu mencari-cari kesempatan untuk mengubah hidupnya dan mencoba mendapat berkah dari tersingkirnya Dantes, dan terakhir motivasi dari seorang laki-laki yang cintanya di tolak karena kehadiran Dantes. Ketiganya berkolaborasi dan segera memiliki cukup kekuatan untuk menyingkirkan Dantes.

Skenario fitnah di rancang: Dantes adalah simpatisan gerakan revolusi dan pendukung sang Kaisar. Kesinggahannya di Pulau Elba untuk menerima sepucuk surat dan paket dari sang Kaisar dan kemudian mengantarkannya kepada seseorang penghianat lainnya di Paris adalah bukti bahwa Dantes sedang ikut berpartisipasi untuk mengembalikan Napoleon Bonaparte ke Perancis; Dantes adalah penghianat kerajaan yang perlu disingkirkan. Namun kolaborasi dan motif seperti ini tidak cukup tanpa peran serta kekuasaan. Seorang jaksa penuntut yang haus kekuasaan kemudian dilibatkan dalam alur cerita. Jaksa tersebut, Villefort dari keluarga Girondi pendukung Napoleon Bonaparte, sedang berupaya keras melupakan jejak masa lalu keterlibatan keluarganya sebagai pendukung Napoleon Bonaparte, demi ambisi terhadap kekuasan dan agar dapat diterima di kalangan bangsawan pendukung Louis XVIII, raja berkuasa yang kembali ke tahta setelah gerakan revolusi perancis yang digalang oleh Napoleon Bonaparte berhasil di tumbangkan. Keberadaan kasus Dantes yang ditanganinya memberi peluang baginya untuk membuktikan kesetiaannya pada kerajaan, dan memberi kesempatan untuk diterima dalam pergaulan bangsawan dan membuka peluang akan kekuasaan yang lebih besar. Semuanya kemudian berkomplot mengantarkan Dantes ke penjara.

Bagaimana Dantes kemudian melakukan pembalasan adalah bagian terbesar yang dikisahkan oleh buku tersebut. Strategi apa saja yang diambil oleh Dantes dan bagaimana melakukannya merupakan hal luar biasa menarik yang di paparkan oleh Alexandre Dumas, sang penulis, sebagaimana reputasinya. Buku klasik yang menarik dengan latar belakang Eropah masa itu menjelang berakhirnya revolusi Perancis yang kental dengan suasana dan tradisi Eropa 1800-an. Cukup cermat dan detil dalam mengkaitkan beragam penggalan cerita yang terpisah. Mengalirkan sebuah alur cerita yang sangat sistematis, dan walaupun ada banyak tokoh terlibat dalam cerita dan bagian - bagian cerita yang terpisah, namun mudah dipahami. Inti cerita sederhana, fitnah dan pembalasan dendam atas fitnah tersebut. Inti cerita ini kemudian membungkus sebuah kisah cinta romantis dan pesan moral, yang memang perkembangan filsafat moral dan humanisme sedang trend pada masa itu di Eropah dan mencapai tingkat perkembangan tertinggi pada masa 1600 -1800.

Ada beberapa hal yang menarik perhatian dari apa yang sedang coba disampaikan oleh penulisnya. Dantes tak pernah berpikir untuk menjadi penebar maut penuh dendam dalam bungkusan gentlemen anggun lemah lembut penuh cita rasa seni dalam sosok Count of Monte Cristo, namun berkeribadian ganda yang terkadang menentang hati nuraninya. Bahkan tak merencanakan untuk menjadi Kapten kapal El Pharaon. Dia hanya ingin pulang, menikahi kekasihnya dan membahagiakan serta merawat ayahnya melalui tangan Mercedes dan berlayar kembali. Itulah hidupnya dan definisi kebahagiaan bagi dirinya. Namun seperti kata Dantes sendiri, kebahagiaan sama seperti istana dalam dongeng yang pintu gerbangnya dikawal oleh ular naga-ular naga. Kita harus berjuang untuk dapat memasuki istana tersebut. Berhasil, atau tidak berhasil dipengaruhi oleh banyak faktor. Pilihan Dantes saat itu ditentukan oleh pilihan orang lain, dan walaupun terkadang kita memilih, maka sering pada banyak kesempatan kita mendapati bahwa pilihan kita juga tetap di manipulasi oleh pilihan orang lain. Begitulah dunia, seperti yang sudah disampaikan: asimetri, resiprokal dan eksternalities.Dante harus memilih jalan memutar atau memilih istana lain dengan ular naga-ular naga yang lainnya. Dan Dantes harus mendefinisikan ulang arti kebahagiaannya: membalas dendam atau mendapatkan kembali Mercedes yang telah hilang, atau apapun itu. Pembaca akan ditempatkan dalam posisi penuh kebencian dan kepedihan mendalam yang dirasakan oleh Dantes, yang mendorong sebuah hasrat besar untuk menuntut bela atas martabat kemanusiaannya, dan kemudian merasakan sebuah pertarungan yang melibatkan emosi sekaligus rasionalitas untuk membuat sebuah keputusan: dalam situasi Perancis pada masa itu, apakah tidak ada lagi bentuk institusi legal apapun yang mampu melayani dan melindungi kehormatan martabat manusia, sehingga dengan pertimbangan apapun tindakan pribadi yang dilakukan Dantes memang perlu dilakukan dan dapat dibenarkan.

Menutup resensi ini, kami ingin mengutip Friedrich Hegel melalui Francis Fukuyama dalam bukunya The End of History and The Last Man: "Man believes that he has a certain worth. Man wants to be recognized as human being with certain worth or dignity. The desire to be recognized as human being with dignity drove two primordial combatans at the beginning of history into a bloody battle to death to seek to make the other recognize their humanness by staking their live in a mortal battle. The stakes in this bloody battle at the beginning of history was not for food, shelter or security, but pure prestige!"

Pembacalah yang akan menilainya sendiri. Selamat membaca!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun