Mohon tunggu...
Ibnu Abdillah
Ibnu Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - ... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

| pengangguran, yang sesekali nyambi kuli besi tua |

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mereka-reka Pandangan Mereka Soal Pindah Ibu Kota, Bagaimana Nasib Jakarta?

29 Agustus 2019   22:24 Diperbarui: 30 Agustus 2019   11:03 2196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurutnya, desain ibu kota yang beredar menunjukkan pemborosan lahan, pemborosan infrastruktur karena terlalu luas dan pada akhirnya berorientasi pada mobil dan bangunan, sementara nilai humanistiknya tidak maksimal. Artinya, jangan sampai ibu kota baru nantinya jatuh pada lubang yang sama. (Baca disini)

Bagaimana Nasib Jakarta?
Jakarta akan tetap menjadi kota yang memiliki nilai sejarah panjang dan sumbangsih besar bagi bangsa ini. Baru kali ini, saat dimana Jakarta selalu dikritik dan dinyinyiri karena pembangunannya dianggap lambat, Jakarta seperti dibela habis-habisan.

Rupanya, banyak orang yang tidak benar-benar benci dengan Jakarta sebab banyak yang tak sudi untuk meninggalkannya. Bukan hanya soal kerja, hidup, dan gula perekonomian yang melimpah tapi Jakarta mempunyai narasi dan cerita. Paradoks memang.

Tentu akan ada yang berubah, setidaknya status "Daerah Khusus Ibukota" (DKI) tidak akan lagi disandang, dan akan berpengaruh terhadap posisi Jakarta. Mungkin saja Jakarta berpeluang untuk menjadi daerah dengan otonomi khusus, tapi yang jelas, sebagaimana pernyataan Presiden, Jakarta akan menjadi pusat perekonomian dan perdagangan.

Jakarta akan tetap menjadi prioritas pembangunan yang akan terus dikembangkan untuk menjadi kota bisnis, kota keuangan, pusat jasa berskala regional dan global. Bahkan anggaran sebesar Rp 571 triliun untuk Pemprov DKI Jakarta melakukan urban regeneration tetap terus berjalan. (Baca disini).

Apa yang disampaikan oleh Presiden terkait Jakarta ini pun harus diatur dan diantisipasi dengan baik sebab tidak menutup kemungkinan, bahwa perekonomian dan perdagangan juga akan "terangkut" ke daerah ibu kota yang baru. Apalagi tipikal masyarakat kita lebih suka mendekati wilayah (di sekitar) pusat pemerintahan.

Tentu saja Jakarta akan berubah, dan itu bukan salah Jakarta. Banyak kita tangkap suara-suara kekhawatiran warga Jakarta ketika ibu kota dipindah. Mulai dari nasib pekerjaannya, bisnisnya, komunitasnya, serta kehidupan sosialnya.

Lalu Apa Urgensinya dan Haruskah Secepat Ini?
Setidaknya, sedikit banyak kita sudah mengetahui pandangan mereka yang pro dan kontra terhadap kebijakan ini. Tapi apakah benar pemindahan ibu kota se-urgent itu? Segenting itu? Secepat itu? Kalau pun Jakarta sudah terlalu berat menanggung beban, tidak bisakah beban itu diselesaikan? Atau memang tidak untuk diselesaikan dan satu-satunya upaya mengurangi beban adalah dengan pindah ibu kota?

Jakarta memang kerap dicaci, tapi bagaimanapun Jakarta juga dicintai. Bagi yang sedang mencintai Jakarta dengan segala tetek-bengeknya tentu merupakan sebuah pukulan telak ketika dipaksa harus berpisah justru saat sedang cinta-cintanya. Apa yang dilakukan, bagi sebagian orang lebih cenderung pada "pemaksaan"; seperti ingin lepas tangan dari ruwetnya Jakarta yang dulu dijadikan gula pancingan untuk mendongkrak keterpilihan.

Maka, munculnya bermacam-macam asumsi, narasi, persepsi yang sifatnya "meragukan" dan "mencurigai" adalah sebuah keniscayaan. Pemerintah harus menerima ini sebagai sebuah kewajaran.

Polarisasi pandangan yang terjadi di ILC tvOne, mungkin menjadi gambaran tepat bagaimana urusan pemindahan ibu kota ini bukanlah hal yang sederhana, sebab tidak hanya kota yang berpindah tapi juga manusianya. Tentu kita paham betul bagaimana rumitnya ketika berkaitan dengan pembangunan, sosial, dan kemanusiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun