Sepuluh tahun lalu sudah berlalu, gubuk yang berada di tengah sawah dahulu kala, sekarang sudah menjadi apartemen yang menjulang tinggi, padahal tempat itu menjadi kenangan manis Jali, Â sebagai awal perkenalan dengan si imut, Â gadis cantik yang menjadi idola kampung saat itu.
"Neng, aku selalu teringat dengan tempat yang paling berkesan dalam hidupku, di sini aku mulai mengenal dirimu."Jali sambil melamun, Â membayangkan mendiang istrinya.Â
"Jali, melamun saja kerjaan kamu tiap hari."sapa Triman teman akrabnya.Â
"eh kamu Man, maklum saja, Â tempat ini sangat bersejarah dalam hidupku".
"Move on mas bro, masih banyak perempuan cantik di luar sana kok."hibur Triman.Â
***
Jali dan istrinya hidup tentram, Â saling kasih mengasihi, ia sangat perhatian kepada istrinya, walau dari keluarga miskin, Â namun kesederhanaannya dalam berpenampilan, Â namun akhlaknya luar biasa halusnya, Â sampai membuat jali terpesona kepadanya. Istrinya meninggal disaat mau melahirkan putra pertamanya, ia dan kandunganya tak tertolong lagi setelah jatuh di kamar mandi, Â dan meninggal saat diperjalanan menuju rumah sakit.
"Neng, Â bangun neng."sambil memeluknya.
"Jali...sabar Jali, Â semua ini ujian, Â kamu harus tabah menghadapinya."Ibunya menasehati dengan memegang pundaknya.Â
***
Setelah kehilangan istrinya, Â ia berusaha tegar kembali untuk beraktifitas seperti semula yaitu menjadi peneliti di lembaga Kajian Ilmu Alam, ia selalu mencatat kenangan manis dengan mendiang istrinya, Â ia berusaha semaksimal mungkin untuk membuktikan agar menjadi seorang peneliti hebat, dan hasil penelitiannya berguna bagi banyak orang. Ditinggal orang yang ia kasihi, Â tak mengurungkan niatnya untuk menjadi orang hebat, Â justru sebagai cambuk untuk meraih kesuksesan di masa depan, Â dengan dedikasi yang tinggi yang dihadiahkan untuk mendiang istri.Â