Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengikat Kenangan Menjadi Nyata

21 Agustus 2017   08:36 Diperbarui: 21 Agustus 2017   11:08 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suatu pagi

Di suatu tempat

Bersama sesuatu yang disebut kenangan....

Aku meniup ujung selendangmu yang setipis kulit ari.  Sekuat tenaga.  Sebab angin juga melakukan hal yang sama.  Dari arah yang berbeda.  Aku harus bertahan.  Kalau tidak, aku sadar angin akan mengambilmu dari aku.

Kau tersenyum

Semanis tebu

Tapi salah tingkah....

Kau memegang ujung telingaku yang memerah terbakar senja.  Merasakan debar jantung ternyata sampai di sana.  Kau menudingkan telunjukmu ke arah pantai yang landai.  Katamu, dengarkan pasir sedang berbisik.  Ramai.  Mereka sedang mengumpulkan ombak.  Ada pengumuman tentang gelombang.  Datang, menakutkan dan garang.

Aku mengikat hati agar tak terjatuh

Ah, kau membuatku takut

Takut kau akan menerima bujukan pasir untuk ikut bersama gelombang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun