Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pandangan Rsi Astavakra tentang Mimpi

10 Juli 2017   09:36 Diperbarui: 10 Juli 2017   11:04 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Aldy Radiany

Bhagawan Astavakra atau Rsi Astavakra merupakan Rsi bijak dari India. Salah satu murid beliau yang paling populer adalah Janaka, seorang Rajarsi yang bijaksana, ayah dari Dewi Sita dalam kisah Ramayana. Percakapan diantara Rsi Astavakra dan Janaka dihimpun dalam kitab Astavakra Samhita. Kitab ini menguraikan tentang hakekat atman dan pikiran, juga disinggung sedikit tentang mimpi.

Rsi Astavakra menjelaskan secara gamblang  antara yang nyata dan mimpi. Menurutnya, antara mimpi dan realita sesungguhnya sebuah ilusi atau maya, imajinasi pikiran. Sederhananya, antara yang nyata dan mimpi itu sama saja, sama-sama permainan pikiran: mimpi merupakan pengalaman pikiran alam bawah sadar maupun tak sadar, sedangkan apa yang nyata merupakan pengalaman pikiran sadar.  

Pada pikiran sadar, apa yang kita anggap nyata semua berasal dari ketiadaan dan berakhir pada ketiadaan, sehingga apa yang kita anggap nyata sebenarnya tidak nyata, itu selalu berubah silih berganti, sehingga argumen terakhir bahwa di dunia ini tidak ada yang kekal, yang kekal hanyalah perubahan. Rsi Astavakra berpendapat bahwa yang kekal adalah atma, sang roh itu sendiri. Hal ini senada dengan ajaran Bhagavad Gita.

Pandangan yang demikian hampir selaras dengan ajaran Syek Siti Jenar, dimana menurut pandangannya apa yang kita anggap sebuah kehidupan di dunia ini namun sesungguhnya sebuah kematian. Sedangkan kehidupan yang sebenarnya kehidupan setelah kematian, yaitu hidup kekal abadi di alam rohani.

Kita sepakat bahwa mimpi itu sesuatu yang tidak nyata, akan tetapi mungkin sebagian besar dari kita tidak sepakat bahwa apa yang kita anggap nyata ini bukan sesuatu yang tidak nyata, tetapi itulah kebenarannya. Sebagaimana pada cerita menarik berikut:

Suatu malam Janaka bermimpi. Di dalam mimpi itu dia merasa kerajaannya diserang oleh musuh. Pertempuranpun tak dapat dihindari, dengan segala kekuatan yang dimilikinya Janaka berusaha melawan musuh. Namun kekuatan musuh lebih kuat dan dia terdesak kalah. Akhirnya dia melarikan diri untuk keselamatannya. Dia berlari dan berjalan jauh tanpa bekal dan alas kaki. Tanpa pengawal atau kereta seperti halnya seorang raja. Berhari-hari dia berjalan dalam penderitaan seperti itu, ketika penderitaannya teramat sangat, pada saat itulah dia terjaga.

Setelah terjaga mimpi itu sangat mempengaruhi pikirannya. Dia bertanya dalam hati, manakah yang benar, penderitaan yang dialaminya dalam mimpi itukah atau keberadaannya sebagai raja saat ini. Kalau salah satu benar dan yang lainnya tidak benar bagaimana hal ini dapat dibuktikan? Apa perbedaan dari keduanya dan makna kedua keadaan tersebut terhadap pikiran?

Karena terus terganggu oleh pertanyaan yang tidak terjawab, sebagai seorang raja yang punya kekuasaan, akhirnya memutuskan untuk mengundang para bijaksana, rsi, pendeta, dan sebagainya untuk datang ke istana guna menjawab pertanyaan tersebut. Apabila yang datang tersebut tidak mampu memberikan jawaban maka mereka akan ditahan sampai jawabannya ditemukan. Akhirnya banyaklah para bijaksana, rsi, dan sebagainya yang datang namun tak bisa menjawab, sehingga mereka semua ditahan! Berita ini sampai ke telinga Astavakra. Dia memutuskan untuk menemui raja. Ketika bertemu raja, Astavakra mengatakan dengan penuh keyakinan pada raja bahwa dia akan menjawab pertanyaannya sehingga semua rsi dan pendeta yang ditahan bisa dibebaskan.

 Mendengar ucapan tersebut Janaka menjadi tunduk dan menurut. Selanjutnya Astavakra menjelaskan tidak salah satu dari kedua fenomena itu ada yang benar. Baik pengalaman dalam mimpi maupun pengalaman saat terjaga adalah sama-sama figment atau imajinasi pikiran. Yang benar adalah atma, yang melihat keduanya. Pikiran memiliki empat tingkatan kesadaran, terjaga, mimpi, tertidur, dan Samadhi. Astavakra menjelaskan baik mimpi maupun terjaga adalah aktivitas pikiran dalam tingkat kesadaran yang berbeda. 

Dalam keadaan terjaga orang melihat suatu pengalaman dari pikiran sadar, saat tidur pengalaman yang lain dari lapisan pikiran yang berbeda. Yang benar hanyalah atman, ketika orang berada dalam kesadaran atma, hanya disana orang bisa melihat sesuatu yang nyata, tidak dalam keadaan yang lainnya. Jawaban tersebut ternyata memuaskan dan menjawab pertanyaan Janaka dan dia kemudian menjadi murid Astavakra.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun